Share

Bab 4. Menyakitkan.

Penulis: Azzurra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-02 21:50:03

Bab 4. Menyakitkan

“Haii kau sedang apa? Mandi lama sekali?” suara Arkan mengagetka Evellyn yang sedang berbalas pesan. Dia masuk kamar dan mendapati Evellyn menggunakan pakaiannya.

“Maaf Tuan, aku pinjam bajumu sementara. Aku belum membawa baju-bajuku,” ucap Evellyn. Evellyn berdiri mematung melihat ke datangan Arkan.

Evellyn sedikit malu menggunakan pakaian seperti ini, tetapi memang dia tak memiliki pakaian ganti.

“kau ingin menggodaku? Pakai pakaian lebih pantas,” ucap Arkan. “Aku tak akan tergoda. Kau bukan seleraku. Lihat dirimu di cermin, baguskah tubuh dan wajahmu?” tanpa melihat ekspresi wajah Evellyn, Arkan berlalu menuju ranjang.

Wajah Evelly langsung berubah mendung. Senyumnya hilang, hatinya kacau. Kata-kata lelaki di hadapannya sungguh menyakiti.

Arkan menuju kasur dan merebahkan tubuhnya di atas kasur yang bertebaran bunga mawar merah dan pink. Bunga-bunga menjadi acak-acakan terkena tubuh dengan postur maskulin.

Karna juga merasa lelah, Evellyn pun menuju ranjang sebelah Arkan dan merebahkan tubuhnya juga di sana. Kakinya terekspos indah.

Selama ini jika di luar tubuhnya tertutup rapat, namun jika di dalam kamar memang dia terbiasa menggunakan pakaian yang terbuka.

Apa lagi menurutnya sekarang lelaki di sebelahnya adalah muhrimnya walaupun hanya kontrak, dan memang dia tak memiliki pakaian layak untuk saat ini.

Bunga-bunga berhamburan terkena tubuh mereka.

Arkan memiringkan tubuhnya, dia terlonjak kaget melihat Evellyn sudah merebahkan tubuhnya di sebelahnya.

“Suruh siapa kau tidur di situ?” tanya Arkan ketus.

Karna kamar kita hanya satu. Kamu bisa tidur di sofa itu. Gak sudi aku tidur bersebelahan denganmu.” Arkan menunjuk sofa di pojokan kamar menghadap jendela kaca. Tempat biasa dia menghabiskan waktu saat tak bisa terlelap.

Lagi-lagi Arkan melancarkan ucapan yang menyakitkan. Lihat saja seberapa kuat kamu bisa menahan hasrat melihatku Arkan.

Akanku buat kau banyak kehilangan uang. Monolog evellyn sambil berlalu menuju sofa membawa 1 bantal. Sungguh kesal hati Evellyn dengan perlakuan lelaki yang menjadi suaminya.

“Hei, aku belum menyuruh mu tidur. Bereskan bunga-bunga ini, besok mau aku gunakan untuk mandi.” Perintah Arkan.

Evellyn berlalu keluar kamar mencari tempat untuk menyimpan bunga-bunga.

“Uuhhh kalo tau aku yang nempatin gak perlu aku buatin beginian,” gerundel Evellyn dalam hati. Kakinya berjalan sedikit dihentak.

Mengetahui Evellyn kesal Arkan menajadi bersemangat menjahili wanita yang sekarang dan entah sampai kapan akan menemaninya.

“Setelah ini pijat kakiku sampai aku tertidur,” titah Arkan lagi setelah Evellyn selesai merapikan bunga.

“Tapi itu termasuk kontak fisik, Tuan,” ucap Evellyn.

“Pijat,” perintah Arkan tak ingin dibantah. Dengan terpaksa Evellyn memijat kaki Arkan. Karna lelah dan pijitan Evellyn yang nyaman membuat Arkan cepat tertidur.

Beberapa kali Evellyn menguap dan akhirnya dia tertidur dengan memeluk kaki Arkan.

Penciuman Arkan mengendus sesuatu yang berada tepat di hidungnya. Ketika membuka mata betapa terkejutnya dia, mendapati paha yang pas berada di dadanya memeluk Erat dan telapak kakinya tepat berada di wajah Arkan.

Dia mengangkat telapak tangannya yang pas berada dibagian bokong Evellyn. Tak kalah tekejutnya, tangan Evellyn pas berada pada kejantanannya.

Dengan gerakan cepat dia singkirkan kaki evellyn dari wajah dan tubuhnya. “ Hai kakimu!” teriaknya sedikit serak.

Evellyn bangun, kaget mendengar teriakan Arkan, juga akibat kakinya yang disingkirkan.

Evellyn berusaha mengembalikan ingatan. Kenapa dia masih berada disini? Bukan kah semalam dia berniat tidur di sofa.

“Kenapa kau tidur di sini dan kaki mu tepat berada di wajahku.” Arkan berteriak murka.

Ervellyn terjingkat mendengar teriakan Arkan, hatinya ketar-ketir. “Maaf tuan, semalam saya gak berasa tertidur di sini, sini saya pijat lagi Tuan.” Tangan Evellyn mencoba meraih kaki Arkan, tetapi ditepis dengan kakinya.

“Gak usah.” Setelah mengatakan itu Arkan berlalu ke kamar mandi, tak lama dia kembali dengan wajah basah.

“Kau muslim bukan? “ tanya Arkan. “ Kalau muslim solat, buruan jamaah!!” ucap Arkan ketus, dia mengambil sarung dan sajadah di laci nakas sambil menunggu Evellyn.

Biarpun ketus, galak, tapi suara Arkan begitu merdu saat menjadi imamnya, tadi saat solat subuh.

Bibir Evelllyn menyungging. Dia buka beberapa tirai dan terlihat gedung-gedung pencakar langit yang lampunya masih menyala. Di bawah pun terlihat Lampu-lampu jalanan yang belum dipadamkan.

Indahnya, monolog Evellyn.

“Hai buatkan Aku kopi dan sarapan.” Panggil Arkan.

“Tuan, Anda selalu panggil saya, Hai, perkenalkan nama saya Evellyn.” Evellyn menjulurkan tangannya memperkenalkan diri.

Arkan berbalik dari hadapan Evellyn tak berniat menerima jabat tangan wanita di depannya. Evellyn menarik tangan yang diabaikan Arkan. Dan segera membuatkan kopi juga sarapan.

Arkan duduk di ruang televisi menunggu kopi, tak lama Evellyn menghampiri masih menggunakan kemeja tanpa bawahan.

“Bisa tidak? kau pakai celana boxer atau apalah, agar aku tak melihat kakimu yang hitam itu.”

Evellyn melihat kearah kakinya, dia sandingkan dengan sofa berwarna krem.

“sama kursi ini aja masih putihan kakiku, dia bilang item, buta warna kali tuh orang,” pikir Evellyn.

Tanpa berniat menjawab Evellyn berlalu kembali kedapur membuatkan sarapan.

“Tuan sarapan sudah siap!!” teriak Evellyn.

Arkan menuju meja makan. “Bisa tidak rambutmu yang jelek itu jangan diikat begitu, aku tak suka liatnya,” Ejek Arkan lagi.

Evellyn merapikan rambutnya dan mengikatnya dengan kuat. Melihat tingkah Evellyn Arkan hanya mendecih.

Arkan menyantap daging cabe ijo buatan Evellyn dengan lahap.

“Enak kan, Tuan, masakan saya?” tanya Evellyn, bibirnya tersungging.

“Setidaknya kamu berguna berada di sini, “ ucap Arkan tanpa perasaan. Membuat bibir Evellyn kembali cemberut.

“Siapkan pakaian aku mau ke kantor,” perintahnya lagi Setelah menyelesaikan makan.

“Siap laksanakan, Tuan,” ucap Evellyn ceria. Ia tak ingin Arkan tau kalau hatinya tertekan dengan semua ucapan dan tingkah lelaki di depannya.

“Bagaimana Bos?” tanya Ervan menaik-turunkan alis matanya. Memberi tatapan mengorek berita.

“Apanya?” tanya bosnya pura-pura bodoh.

“Nikmat Bos, belah durennya?” tanya Ervan akhirnya to the poin.

"Duren dari mana? “ ucap Arkan masih pura-pura polos.

“ Aahhh Bos, oke laahhh.” Ervan berlalu keluar dengan wajah kecewa.

Arkan hanya tersenyum dia tau maksud Ervan. Tetapi menurutnya urusan ranjang tak boleh terekspos keluar, walaupun itu sahabat dekatnya.

Arkan berjalan menuju kaca besar yang mengelilingi kantornya, pandangannya jauh, menatap atap-atap rumah, hiruk-pikuk kota jakarta dan gedung tinggi.

Akan dibawa ke mana pernikahannya, pikirnya.

Baginya menikah sekali seumur hidup. Masalah menjelang pernikahan yang sangat tak diduga membawanya pada pernikahan seperti ini. Menikah dengan wanita yang belum dikenal. Walau mereka pernah bertemu sepintas.

Arkan selalu mengingat. Seoarang wanita tak dikenal, yang memberikan saran padanya, untuk memohon petunjuk pada sang pencipta.

Saat itu Arkan dalam keadaan kacau dan takdir mempertemukan mereka sudah menjadi suami istri.

Walau Arkan mencari dan menginginkan wanita itu. Arkan tak ingin mengikatnya. Jika wanita itu menginginkan lepas darinya. Maka dengan sukarela dia akan melepaskannya.

Di balkon seorang wanita berdiri terkena paparan sinar matahari yang begitu terik. Bayangan tubuhnya tak terlihat, menandakan matahari tepat berada di atas kepalanya. Panasnya matahari tak membuatnya bergeming meninggalkan tempat itu.

Angan-angannya melayang sampai kapan dia harus hidup seperti ini. Tinggal di tempat nyaman dan mewah namun jiwa tersakiti.

Sampai kapan dia harus menjalani pernikahan atas dasar pertolongan lelaki itu terhadap perusahaan ayahnya.

Apalagi nama baik. Hal yang pasti sulit Evellyn lakukan tanpa bantuan Arkan.

Evellyn menarik nafas panjang dan mengeluarkannya secara perlahan. Jari-jari tangannya mengerat gagang penghalang balkon. Nafasnya mendadak sesak. Tubuhnya terduduk kepalanya disandarkan pada kaca pembatas balkon.

Dia menangis sendiri ditemani terik dan tiupan angin.

Bab terkait

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 5. Nurut aja.

    Bab 5. Nurut aja. Menjelang sore Evellyn sudah terlihat segar. Dia masih menggunakan pakaian Arkan, kali ini dia menggunakan kaos yang tentu ke besaran. Di meja makan terhidang menu makan malam. Evellyn menata meja makan dengan nyaman. Bibirnya tersungging melihat meja makan yang romantis. Tak lama pintu terbuka, Arkan pulang dengan wajah lelah. Evllyn segera menyambut suaminya dengan senyum menawan. Lain lagi dengan Arkan yang selalu berwajah tak ramah pada Evellyn. “Tuan, kau mau langsung mandi atau makan dulu,” tanya Evellyn ceria. Netranya menangkap meja makan yang terlihat tidak biasa. “Mandi,” jawab Arkan singkat. Sedikit melonggarkan dasi. Dia menghadapkan tubuhnya pada Evellyn. “Buka.”“Apanya, Tuan?” Evellyn menyilangkan tangannya di dada. “Jas ku, kan sudah ku bilang aku tak tertarik pada tubuh mu, jadi gak usah ke Gr-an.” “Siapkan bathtub tubuhku lelah, aku ingin berendam,” Perintahnya lagi. Dengan gesit Evellyn mengisi bathtub. Lalu memberikan aroma terapi. Dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-02
  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 6 kenalan.

    Sampai di parkiran Evellyn melirik pergelangan tangan.  Masih ada waktu buat cuci mata, gumam Evellyn.  Dia berjalan melewati outlet-outlet pakaian. Lalu memasuki salah satu departmanstore. Memilih beberapa pakain. Netranya menangkap jejeran lingeri tergantung rapih.  Terbersit pikiran jahil, membalas perkataan Arkan. Sedari dia datang Arkan selalu body shaming terhadapnya.  “Aku enggak akan tertarik sama tubuh kamu! Tubuh buruk,” terekam kata-kata menyakitkan yang keluar dari bibir lelaki bernetra tajam itu.  Bibirnya tersungging. “Kita lihat, Tuan, sejauh mana kau kuat melihatku dengan pakaian seperti ini.” Evellyn memilih beberapa warna dan model.  Setelah selesai melakukan pembayaran dia menuju huniannya di lantai teratas.   “Surprisee,” teriak orang di dalam Apartemen, ketika Evellyn membuka pintu. Evellyn ternganga kaget. Mengapa banyak orang di dal

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 7 Ternyata Baik.

    Bab 7. Ternyata Baik. Arkan kembali melihat ke Arah Evellyn yang meringkuk dibawah sana."Heyyy... kau boleh tidur disampingku, asal tak melebihi batas," ucap Arkan mengeraskan sedikit suara. Tanpa aba-aba untuk kedua kali Evellyn menyingkab bedcover yang menutupi tubuhnya, membangunkan tubuh dan berjalan menuju ranjang. Netranya melirik ke arah wajah Arkan yang memejamkan mata saat Evellyn melintas dihadapannya. Terbit tersenyum smirk di bibir Evellyn. Di taruh bantal yang dia bawa di kepala ranajang dan sebelum naik ke atas ranjang dia kembali berjalan ke kamar mandi. Sengaja dia lalukan untuk melancarkan aksinya yaitu menggoda. "Hey... mulai besok pakailah pakaian yang sedikit tertutup, tubuh buruk jangan kau expose tak enak dilihat," suara Arkan terdengar kesal, ketika Evellyn sudah menyelimuti tubuhnya."Baik, Tuan," ucap Evellyn, dia memiringkan tubuhnya menghadap Arkan. "Bilang saja kau tergoda Tuan," bat

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 8 Kau coba menggoda?

    Bab 8. Kau Coba Menggoda? "Eve bersabar ya, Arkan memang sedikit kaku, punya pendirian tegas, apa yang dia tidak suka coba kamu hindari." Ibu mertuanya memberi Nasehat."Iyaa bu, akan saya coba memahaminya," ucap Evellyn sedikit ragu. Sore hari mereka pulang ke panthouse. keadaan rumah bersih dan rapi, pakaian kotor sudah bersih, tertumpuk rapih di ruang laundry room. "Waahhh... rupanya Tuan memiliki Keong Mas," ucap Evellyn naetranya berkeliling mendapati huniannya sudah dalam keadaan bersih. Arkan tak perdulikan ucapan Evellyn, dia langsung masuk ke dalam ruang kerja, melanjutkan pekerjaan yang belum selesai. Gadis itu melihat pakaian rapih masih tertumpuk di keranjang, rupanya wakl in closet terkunci, Evellyn ingat sebelum pergi dia mengunci dan memasukkan kunci dilaci nakas. Evellyn memasukkan satu persatu pakaian ke dalam bathrobe Menggantung kemeja dan jas.Uummm... Dia menghirup wangi pakaian yang sudah rapih. Membayangkan memeluk lelaki itu. Tubuhnya yang tegap dan ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-03
  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 9. Fakta.

    Bab 9. Fakta. "Aku paling benci peselingkuh." Arkan menarik tangan Evellyn dengan keras membawanya pulang. "Hai, jangan kasar pada wanita," ucap si lelaki mencoba menarik pakaian Arkan. Dengan tangkas Arkan menepis tangan lelaki itu sebelum tangannya mengenai tubuh Arkan lalu mendorongnya hingga terjungkal. Tak pelak mereka menjadi tontonan pengunjung. Evellyn memberi kode kepada si lelaki agar tak melanjutkan pembelaan. Arkan terus menarik tangan Evellyn dengan keras. Dia hempaskan tubuh Evellyn di atas kasur, membuka paksa pakaiannya dengan kasar lalu mencumbui tubuh Evellyn. Evellyn terisak menerima perlakuan Arkan, walau dia akui Arkan melakukannya dengan lembut. "Kau menggoda semua lelaki, ini 'kan, yang kau inginkan, akan ku berikan," ucap Arkan. "Mengapa semua perempuan suka menggoda lelaki." Arkan terus meracau tanpa sedikit pun menjeda aktifitas terhadap Evellyn. Arkan sudah dalam posisi siap begitu pun Evellyn sudah dalam keadaan pasrah. Mereka sudah siap melakuka

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04
  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 10. pertemuan Dengan Kolega.

    "Evellyn masih bergulung di tempat tidur, Sudah dua hari dia tak keluar kamar, sebatas keluar kamar pun dia malas. Sudah dua hari ini Bi Ningsih asisten rumah tangganya datang setiap hari menyiapkan kebutuhan Evellyn. Ketika Arkan masuk mengambil pakaian ke dalmam kamar Evellyn akan menyelimuti dirinya dengan bedcover dan bertahan di dalam sana sampai Arkan keluar. Melihat tingkah istrinya Arkan hanya tersenyum, dia belum ingin mengganggu Evellyn. Aksara terus menghubunginya. Namun, tak pernah dia angkat. Evellyn hanya memberi pesan singkat untuk tak memberi tahu kejadian kemarin pada ibunya. Dia berkata pada adiknya itu bahwa dia baik-baik saja di sini. Evellyn bangun, duduk di sofa menghadap kaca besar yang memperlihatkan keindahan kota jakarta pagi ini. Ceklek.. pintu dibuka."Eve." Arkan memanggilnya, Eve bergeming. Evellyn pikir Arkan sudah berangkat ke kantor. Arkan masuk kamar netranya mencari keberadaan Evellyn, didapatinya Evellyn berada disofa. Arkan menjatuhkan bob

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-05
  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 11 Apa yang Harus Aku Lakukan Tuan?

    "Kau!" sentak Arkan ketika melihat Allena berada disampingnya menyentuh pangkal pahanya. "Minumlah dulu untuk meredakan sakit kepalamu." Allena mengulurkan gelas dan dengan cepat Arkan menyambut gelas pemberian mantan kekasihnya. Dengan cepat Arkan menghabiskan air mineral yang berada dalam genggamannya. Berharap dapat meredakan kepala yang berdenyut. Namun bukannya menjadi lebih baik kini tubuhnya serasa terbakar, keringat bermunculan, dia melonggarkan dasi di lehernya."Allena apa yang kau lakukan?" tanya Arkan dengan mata yang sudah memerah. "Aku belum melakukan apapun Arkan, ada apa dengan tubuhmu?" Allena mengulurkan tangannya menyeka keringat yang bermunculan di dahi. "Allena nyalakan Acnya, aku kepanasan," ucap Arkan, sambil membuka kancing jas dan melonggarkan dasi dan kemeja putihnya basah oleh keringat. "Ini sudah suhu yang paling rendah sayang." Allena menyentuh wajah Arkan hingga leher, se

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-06
  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 12 Luka

    Bab 12. Luka. Brak!!! Pintu kamar Hotel terbuka dengan sekali tendang. Seseorang masuk dengan rahang keras menahan amarah. Dua orang yang sedang bergulung dengan kenikmatan, kocar-kacir mencari keberadaan pakaian yang teronggok entah di mana. Peluh kenikmatan membanjiri tubuh mereka. Si wanita berusaha menutupi tubuh polosnya dengan bedcover, yang sudah acak-acakan jatuh ke bawah ranjang. Dan si lelaki mendapatkan boxer lalu mengenakannya, tak lama tendangan menghantam dadanya. Tubuhnya terhuyung kebelakang. Saat ini suara tangisan, teriakan, kegaduhan, mendomisili kamar dengan nomor 23. Bahkan si wanita memilih kamar dengan nomor yang sama, dengan tanggal pernikannya, tiga hari yang akan datang. "Stooopp,,, aku bilang stooppp!" Suara melengking Allena menghentikan tindakan Arkan, yang dengan brutal memukuli teman tidur calon istrinya. Si lelaki terkapar tak berdaya, dengan wajah berc

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07

Bab terbaru

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 146

    "Mas gimana keadaan Ervan?" tanya Evellyn. "Baik, sudah lebih baik," "Udah aktif ngantor lagi?" tanya Evellyn penasaran. "Ngapain nanyain Ervan?" tanya Arkan penuh intimidasi. "Aku cuma nanya, Mas. Masa nanya doang nggak boleh?" jawab Evellyn cuek, dia mengalihkan pandangan karna tatapan Arkan yang seperti menguliti. "Begitu aja kesel," ujar Evellyn masih membuang muka. Arkan duduk di sebelah Evellyn. "Nanyain aku aja," ucap Arkan lembut, di dekat telinga Evellyn membuat bulu kuduknya berdiri. "Iisshhh ... Kamu tiap hari liat, perlu di tanyain apa lagi?" jawab Evellyn kesal. "Tiap aku pulang kaya sekarang tanya begini. Mas mau enak-enak nggak? gitu ...." "Iisshhh ... Kamu nggak usah di tanyain pasti minta." jawab Evellyn.

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 145

    Ervan mengendarai mobil dengan perasaan gelisah, bukan 'kah tadi Aryanti sudah lebih baik, dia meninggalkan Aryanti dalam keadaan baik? Lalu kenapa Dokter mengabarkan Aryanti dalam keadaan kritis. Ervan berlari menuju ruang oprasi, sudah ada seorang perawat yang menunggunya di sana. Ervan menanda tangani berkas dengan cepat, bertanya kenapa bisa Aryanti kembali kritis, tetapi perawat enggan menjawab. "Nanti Dokter penanggung jawab yang akan menjelaskan, Pak,"jawab perawat, gegas masuk ke dalam ruang operasi. Operasi kali ini terbilang lama, setelah Beberapa jam, seorang dokter menghampiri Ervan. "Pak Ervan." Lelaki tampan yang terlihat begitu murung ini mendongak. Bangun dari duduk. Menatap Dokter Eliza. "Alhamdulillah, pasien sudah mendapatkan pertolongan, tetapi kondisinya begitu kritis, semua sudah kami upayakan yang terbaik. Hanya doa kini yang dapat kita lakukan." "Dok, bagaimana bisa kritis kem

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 144

    "Sebentar lagi kamu bisa pulang, aku nggak akan melakukan yang melanggar undang-undang, Ar." Ervan berkata yakin. Ervan menaruh bekas makan di dekat pintu. "Marni sebentar lagi datang, aku sudah lama nggak ke kantor, aku ke kantor dulu, nggak apa 'kan?" tanya Ervan. "Iya, nggak apa, untung bos baik, boleh kamu cuti," Aryanti tersenyum kecil. "Itulah enaknya," Ervan terkekeh. "Mas cium aku," Aryanti merentangkan tangan, Ervan pun menyambut rentangan tangan wanitanya. Ervan mengecupj wajah Aryanti, tetapi saat Ervan akan melumat bibir Aryanti melengos, aku belum gosok gigi," ucapnya malu. Ervan menahan kepala Aryanti mengecup bibir yang terlihat pucat dan melumat lembut, kehangatan bibir Ervan membuat jantung Aryanti berdetak lebih keras. Kedatangan Marni menghentikan aktifitas mereka. "Maaf, Mbak." Marni kembali

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 143

    "Sabar ya, Mas semua pasti ada hikmahnya, pasti ada kebaikan di balik semua ini," ucap Evelly saat menjenguk Aryanti. Ervan meyugar rambut kasar, sorot matanya penuh dengan dendam melihat istrinya terbaring, "Kebaikan apa yang di dapat dari kejadian ini?" di dalam hati Ervan terus bertanya. Apalagi setelah mendengar keterangan dokter mungkin telah terjadi tindak pelecahan terhadap Aryanti, karna ada luka lebam di pipi juga bekas ikatan di tangan. Dan ditemukannya sperma saat pertama kali Aryanti di bawa ke Rs. Ervan membekap mulutnya dengan bantal dia barteriak sekencang dia ingin luapkan. "Masss," suara Aryanti menghentikan kegiatan Ervan, lelaki itu menengok pada wanita yang terbaring di ranjang. Ervan melangkah mendekati Aryanti, "Kamu udah bangun Ar?" "Aku di mana? Mas?" tanya Aryanti lemah. "Kamu di Rs. Aku panggil dokter dulu," ucap Ervan, dia membuka pintu memanggil

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 142

    Ivander mengambil kue bekas gigitan Azalea, lalu memakannya, netra biru itu membola, "Carla benar ini buatanmu?" tanya Ivan tak percaya. "Iya, kalau gak enak, besok aku cari resep yang baru, aku pikir ini sudah enak, teman-teman bilang ini benar-benar enak," Carla berkata pelan. "Tapi ini memang benar-benar enak Carla." Ivan berkata sambil mengambil satu potong lagi. "Bang buruan ngomongnya. Aku udah gak betah," Azalea merajuk manja, melirik pada Carla. Carla memang wanita penghibur, siapapun lelaki yang masuk areanya pasti akan tergoda, tetapi anti baginya menggoda lelaki beristri yang jelas-jelas tak menginginkannya. "Sebentar, sayang," ujad Ivan menggenggam tangan Lea. "Carla semua akan aku atur, mungin tiga hari lagi kamu sudah bisa keluar dari sana," Ivan meyakinkan wanita begincu merah ini. "Tapi, untuk keluarkan aku dari sana, Mr pasti keluar uang banyak, aku harus g

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 141

    "Bahasa dari mana itu?" tanya Ivan menyungingkan senyum. "Dia bilang sendiri, seneng ya dikejar-kejar jablay kesayangan, bahkan Abang selalu pakai dia." suara Azalea menggebu. "Lea gak usah bahas yang lalu, itu masa kelam abang, malu abang kalo ingat masa itu." Ivan menangkup wajah Azalea. Perlahan melumat bibir yang sedang merajuk. Ivan melakukan perlahan, lembut, lalu menyesap intens. Azlaea mencoba mendorong, berusaha melepas tautan bibirnya, tatapi tangan Ivan kuat memegangi kepala wanita blasteran ini. Masih tak ada respon dari wanitanya, Ivan melepas pagutannya, menatap netra kebiruan Azalea. Kembali mendekatkan bibirnya mengecup lembut lalu menyesap peralahan menjadi lumatan bergairah. Sesekali bibir Azalea merespon menyesap bibir lelaki dihadapan, tetapi egonya lebih besar. Ivander kembali melepas pagutan, "Kenyangin perut bawah dulu aja ya!" Netra biru Ivander mengerling, lelaki ini bangun membuka sabuk tanpa membuka kemeja. Azalea mendegkus kesal, "Masukin kedala

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 140

    Azalea terbelalalak mendengar penuturan Carla. "Utang apa?" Azalea mengajak Carla masuk ke dalam ruangan Ivander bekerja. Carla menjelaskan semua janji Ivan, selama ini dia menunggu. Tetapi yang di tunggu tak kunjung datang. "Jangan marah pada Mr Ivan, kami hanya partner ranjang, dia tak memiliki perasaan apapun padaku." Bola mata Azalea terbelalak, Carla berkata begitu nyaman, bahwa dia hanya partner ranjang. Tak memikirkan perasaan Azalea kah pelacur satu ini pikir Azalea. "Oke, nanti akan saya sampaikan pada partner ranjang Anda, bahwa Anda mencari Mr Ivan. Sebaiknya Anda pergi sekarang dari ruangan ini!" suara Azalea di tekan, berusaha meredam emosi. "Maaf, tapi itu dulu, sudah lama dia tak menjumpaiku. Maaf 'kan aku jika salah ucap." Carla merasa tak enak dengan reaksi Azalea. "It's oke," ujar Azale, " silahkan pintu ada disebelah sana." Tangan Azalea menjulur menunjuk arah pintu. "Mba, jangan marah, selama ini saya pikir Mr Ivan menyukai saya, karna dia hanya mengg

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 139

    "Lalu?" "Bos Nathan mau melamar aku, kalo aku gak mau ngawal kakak." Dina berkata pelan. "Emang Nathan belum punya istri?" tanya Evellyn. "Belum kak, tapi dia pria flamboyan," ujar Dina. "Ya siapa tau, kamu perempuan terakhirnya, buktinya dia mau nikahin kamu," ujar Evellyn. "Aku belum yakin kak," ujar Dina lagi. Mereka berbincang selama perjalanan, Evellyn memang tipe orang yang tidak memandang status, asal enak di ajak bicara maka dia akan terus mengorek berita, hitung-hitung olah raga mulut, dari pada bergaul dengan teman-teman istri dari kolega suaminya yang dibicarakan hanya jabatan, kekayaan hingga arisan yang diluar nalar Evellyn. Evellyn terperangah kaget, ketika berkumpul dan mereka melakukan arisan berondog, padahal suami-suami mereka tak kalah tampan dan berwibawa, kenapa mau dengan lelaki yang hanya tampang dan juga entah apa yang di mau para wanita itu. "Din, kita mampir ke superma

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 138

    Bima masih terus bermain pada tubuh Aryanti, dan berkali-kali pula Aryanti mendapatkan kenikmatan luar biasa. Ingin rasanya mengumpat, tetapi itu terjadi pada tubuhnya. Bima menyeringai penuh kemenangan. Hingga dia menuntaskan hasrat terkutuknya. Bima mengejang panjang. "Ar, rasamu tak pernah berubah, tak salah aku merindukanmu." Bima mengecup pucak kepala Aryanti, masih berada di atas tubuh tergolek tak berdaya. Lelaki ini bangun lalu mengambil pakaian yang tercecer dan memakainya lagi. Melepas sabuk yang mengikat tangan lalu melepas ikatan di mulut Aryanti. Wanita ini tergugu mengerat selimut, kepalanya berputar. "Jangan menagis Ar, tak ada yang tau selain kita berdua, asalkan kamu selalu siap saat aku mau, kamu akan aman." Bima mengecup pundak Aryanti, berbisik ditelinga mengancam."Maksu kamu?" Aryanti menatap Bima sendu matanya bengkak. Bima menunjukkan vidio panas yang barusan dia rekam, ini akan aku edit, seoalah-olah kita melakukan atas dasar suka sama-sama suka." Bima ber

DMCA.com Protection Status