Bab 7. Ternyata Baik.
Arkan kembali melihat ke Arah Evellyn yang meringkuk dibawah sana."Heyyy... kau boleh tidur disampingku, asal tak melebihi batas," ucap Arkan mengeraskan sedikit suara.Tanpa aba-aba untuk kedua kali Evellyn menyingkab bedcover yang menutupi tubuhnya, membangunkan tubuh dan berjalan menuju ranjang. Netranya melirik ke arah wajah Arkan yang memejamkan mata saat Evellyn melintas dihadapannya. Terbit tersenyum smirk di bibir Evellyn.Di taruh bantal yang dia bawa di kepala ranajang dan sebelum naik ke atas ranjang dia kembali berjalan ke kamar mandi. Sengaja dia lalukan untuk melancarkan aksinya yaitu menggoda."Hey... mulai besok pakailah pakaian yang sedikit tertutup, tubuh buruk jangan kau expose tak enak dilihat," suara Arkan terdengar kesal, ketika Evellyn sudah menyelimuti tubuhnya."Baik, Tuan," ucap Evellyn, dia memiringkan tubuhnya menghadap Arkan."Bilang saja kau tergoda Tuan," batin Evellyn, bola mata coklat itu menatap punggung Arkan dia tersenyum tipis lalu kembali terlelap.Karna tak bisa tertidur kembali Arkan mengambil air wudhu dia melaksanakan solat tahajud memohon ampunan atas kesalahannya kemarin menyentuh kembali minuman keras yang sudah lama dia tinggalkan.Pagi pun menjelang matahari menyingsing malu-malu. Dua anak manusia di satu ruangan dengan aktivitas masing-masing."Ini." Arkan menyerahkan kartu berwarna hitam."Untuk apa? ""Gunakanlah, bukankah wanita suka berbelanja," ucapnya."Belanjalah pakaian layak pakai, itu pakaian yang kamu pakai...." Arkan tak melanjutkan perkataannya hanya memandang Evellyn sesaat, lalu mengalihkan pandangannya."Oh iya, mulai hari ini kau risign kerja, aku tak suka lihat wanita bekerja setelah bersuami," ucap Arkan datar, Evellyn diam tak menanggapi perkataan Arkan."kenapa? Keberatan? " mata Elang Arkan memincing melihat expresi Ecellyn seperti keberatan."Aku masih harus membiayai keluargaku," ucap Evellyn pelan wajahnya ia tundukkan."Berapa engkau beri ibumu tiap bulan?" tanya Arkan."10 juta," jawab Evellyn tak enak hati.Arkan mengeluarkan satu kartu lagi. " Berikan ibumu 20 juta setiap bulannya."Evellyn terbelalak. Tadi dia hanya asal ucap, gajinya pun tak sampai 10jt/ bulannya. Dengan mudah suaminya memberikan jatah bulanan pada orang tua angkatnya. Dan sebanyak ini.Sampai kapan dia mendapat kenikmatan ini. Bisa jadi sampai Arkan menceraikannya. Karna pada surat perjanjian tertulis jika saatnya sudah tepat maka Arkan akan membebaskannya.Arkan belalu dari hadapan Evellyn, pergi membuka pintu depan."Tuan mau kemana? bukankah ibu menyuruhmu cuti kerja," tanya Evellyn."Berenang," ucap Arkan masih dengan suara datar menuju lift.Setelah Arkan tak terlihat Evellyn menelpon customer service menanyakan kolam renang . Setelah tau ia mengambil baju renang muslimahnya, "untung kemarin aku masukin," monolog Evellyn sambil tersenyum jahat ingin menggoda Arkan."Berguna juga kamu."Sudah lima kali bolak-balik Arkan menyelami kolam renang ini. Tapi Adrenalin kelelakian di tubuhnya belum mereda. Dia terlihat stres.Kalo dulu Allena hanya berada didekatnya, jarang sekali bersentuhan, namun kini dia harus berada satu kamar dengan wanita yang halal dia sentuh dan selalu menunjukkan lekuk tubuhnya.Baru dua hari tinggal bersama Evellyn, dia mampu memporak porandakan jiwa kelelakian Arkan. Semua karna ulahnya juga meminta Evellyn menggosok-gosok tubuhnya kemarin.Arkan mengistirahatkan tubuhnya di kursi panjang menghadap pintu masuk. Dia melihat seorang wanita masuk berjalan anggun bak pragawati. mengenakan pakaian renang muslimah.Beberapa orang dibelakangnya yang melihat kearah wanita itu berkimentar berkomentar cantik. Dan Arkan mengakui jika wanita ini cantik. Arkan mengernyitkan dahi, mencoba mengingat. Dari cara berjalan Arkan sepertinya dia familiar dengan wanita ini.Byuurrr....Si wanita menceburkan diri berenang lihai meliukkan badan. Sesaat kemudian si wanita meraih pinggiran kolam dan menengadahkan wajahnya ke arah Arkan, lalu memberikan senyum semanis madu.Alangkah terkejutnya Arkan, yang dilihatnya adalah wajah Evellyn, istrinya, dengan cepat Arkan mengangkat tubuh Evellyn, membuka handuk mandinya dan memakaikan pada tubuh Evellyn."Kau gila! Semua orang memandangimu," ucap Arkan pelan di telinga Evellyn, Arkan menarik tangan wanita di depannya dengan keras. Beberapa pengunjung memandangi mereka."Aduh,,, Tuan kau menyakitiku," ucap Evellyn mengernyitkan wajah menahan sakit."Katakan jika ingin berenang, aku booking sebelumnya, agar tak ada yang melihatmu berpakaian seperti ini," ucap Arkan emosi ketika sudah berada di dalam Apartemen."Ini pakaian renang muslimah, Tuan. lihat!" Evellyn memutar badannya.Arkan tak ingin melihat penampakan wanita didepannya, dengan langkah lebar di masuk ke kamar dan menuju kamar mandi. Bukannya adem, semakin bertambah panas pikir Arkan.Di dalam kamar mandi hasratnya memuncak, setelah lama mengguyur kepalanya dengan air dingin hasratnya kembali mereda dia keluar dengan keadaan lebih baik."Kami dalam perjalanan Bu," ucap Arkan melalui sambungan telpon.Tak ada percakapan sejak kejadian di kolam renang. Arkan berusaha menutup matanya setiap ada bayangan Evellyn melintas, sama sekali dia tak ingin melihat sosok pendamping hidupnya yang seperti selalu menggodanya.Kenapa jadi kacau begini Arkan mengacak rambutnya frustasi. Dia menyandarkan kepalanya pada sandaran jok mobil. Dan Evellyn tak Merasa bersalah, dia wanita dewas tau apa yang dirasakan Arkan. Dan Evellyn sedikit senang melihat Arkan tersiksa.Evellyn melirik kearah Arkan yang memejamkan mata. bibirnya tersungging. "Ini belum seberapa, Tuan. Kalau kamu terus-terusan mencoba memusuhiku, akan aku balas dengan yang lebih kejam." Hati Evellyn tersenyum bahagia.Mobil masuk ke dalam pekarangan rumah, namun dihalau oleh pak satpam untuk putar balik."Tuan Nyonya memerintahkan agar langsung berangkat ke rumah Nona Evellyn rombongan sudah siap semua."Apa? Rombongan? " Arkan mengernyitkan dahi."Iya, nyonya menggelar doa bersama anak yatim piatu mereka sudah berada di dalam bis di pertigaan jalan depan," ucap pak satpan.Tanpa memberi aba-aba lagi mereka menuju rumah Evellyn beserta rombongan.Sampai di sana Ibu Evellyn dibuat kaget, namun Ibu-nya Arkan sudah menyiapkan segalanya sehingga orang tua Evellyn tak terepotkan dengan kedatangan mereka.Pengajian digelar, semua mendoakan kebaikan pernikahan Evellyn dan Arkan. Evellyn memanjatkan doa dengan khusu. Begitu pun dengan Arkan. Hanya mereka yang tau doa apa yang mereka panjatkan.Ramah tamah dilakukan kedua keluarga. Keluarga Arkan begitu ramah, terutama Ibunya yang humble, Ibunya mampu menempatkan diri dimana pun."Nak titip Evellyn ya, dia anak yang baik, berikan kasih sayang kepadanya seperti kami mengasihinya," ucap Ibu Evellyn menggenggam jemari Arkan saat pamit pulang."Insha Allah Bu," hanya itu yang bisa Arkan jawab. Dia tak mau memberi janji manis Jika tak dapat menepatinya."Eve mampir kerumah dulu ya," ucap Ibunya Arkan.Eve melihat ke arah Arkan."Baiklah," ucap Arkan, dia berfikir lebih baik dia menginap beberapa hari dirumah ibunya menenangkan pikiran.Setidaknya di rumah Ibunya banyak topik pembicaraan dan banyak teman, bisa untuk mengalihkan pikiran yang tidak baik, pikir Arkan.Malam berganti pagi, Arkan sudah berpakaian rapih akan berangkat ke kantor. Semalam dia tidur dengan nyenyak karna tak ada gangguan."Tuan!" semua orang di ruang makan menengok ke asal suara.Evellyn menutup mulutnya keceplosan."Maksudku, eemm... sayang, boleh ya aku ke kantor sebentar memberikan surat risign," ucap Evellyn gugup."Berikan lewat Email saja." jawab Arkan dengan mode dingin melebihi Es kutub utara."Tapiii...."Arkan tak mau mendengar alasan Evellyn, Ia bangkit dari kursi makan, berpamitan pada ayah ibunya lalu menuju mobil yang sudah menunggu.Namun sebelum masuk ke dalam mobil, Arkan mengulurkan tangannya pada Evellyn yang mengikuti untuk dicium Evellyn, lalu dia menarik tubuh Evellyn dan mengecup keningnya, membuat Evellyn terbelalak.Evellyn terus memandang kepergian suaminya dengan was-was. Apakah gerangan yang akan dilakukan suaminya nanti, kenapa tiba-tiba dia mengecup keningnya.Bab 8. Kau Coba Menggoda? "Eve bersabar ya, Arkan memang sedikit kaku, punya pendirian tegas, apa yang dia tidak suka coba kamu hindari." Ibu mertuanya memberi Nasehat."Iyaa bu, akan saya coba memahaminya," ucap Evellyn sedikit ragu. Sore hari mereka pulang ke panthouse. keadaan rumah bersih dan rapi, pakaian kotor sudah bersih, tertumpuk rapih di ruang laundry room. "Waahhh... rupanya Tuan memiliki Keong Mas," ucap Evellyn naetranya berkeliling mendapati huniannya sudah dalam keadaan bersih. Arkan tak perdulikan ucapan Evellyn, dia langsung masuk ke dalam ruang kerja, melanjutkan pekerjaan yang belum selesai. Gadis itu melihat pakaian rapih masih tertumpuk di keranjang, rupanya wakl in closet terkunci, Evellyn ingat sebelum pergi dia mengunci dan memasukkan kunci dilaci nakas. Evellyn memasukkan satu persatu pakaian ke dalam bathrobe Menggantung kemeja dan jas.Uummm... Dia menghirup wangi pakaian yang sudah rapih. Membayangkan memeluk lelaki itu. Tubuhnya yang tegap dan ke
Bab 9. Fakta. "Aku paling benci peselingkuh." Arkan menarik tangan Evellyn dengan keras membawanya pulang. "Hai, jangan kasar pada wanita," ucap si lelaki mencoba menarik pakaian Arkan. Dengan tangkas Arkan menepis tangan lelaki itu sebelum tangannya mengenai tubuh Arkan lalu mendorongnya hingga terjungkal. Tak pelak mereka menjadi tontonan pengunjung. Evellyn memberi kode kepada si lelaki agar tak melanjutkan pembelaan. Arkan terus menarik tangan Evellyn dengan keras. Dia hempaskan tubuh Evellyn di atas kasur, membuka paksa pakaiannya dengan kasar lalu mencumbui tubuh Evellyn. Evellyn terisak menerima perlakuan Arkan, walau dia akui Arkan melakukannya dengan lembut. "Kau menggoda semua lelaki, ini 'kan, yang kau inginkan, akan ku berikan," ucap Arkan. "Mengapa semua perempuan suka menggoda lelaki." Arkan terus meracau tanpa sedikit pun menjeda aktifitas terhadap Evellyn. Arkan sudah dalam posisi siap begitu pun Evellyn sudah dalam keadaan pasrah. Mereka sudah siap melakuka
"Evellyn masih bergulung di tempat tidur, Sudah dua hari dia tak keluar kamar, sebatas keluar kamar pun dia malas. Sudah dua hari ini Bi Ningsih asisten rumah tangganya datang setiap hari menyiapkan kebutuhan Evellyn. Ketika Arkan masuk mengambil pakaian ke dalmam kamar Evellyn akan menyelimuti dirinya dengan bedcover dan bertahan di dalam sana sampai Arkan keluar. Melihat tingkah istrinya Arkan hanya tersenyum, dia belum ingin mengganggu Evellyn. Aksara terus menghubunginya. Namun, tak pernah dia angkat. Evellyn hanya memberi pesan singkat untuk tak memberi tahu kejadian kemarin pada ibunya. Dia berkata pada adiknya itu bahwa dia baik-baik saja di sini. Evellyn bangun, duduk di sofa menghadap kaca besar yang memperlihatkan keindahan kota jakarta pagi ini. Ceklek.. pintu dibuka."Eve." Arkan memanggilnya, Eve bergeming. Evellyn pikir Arkan sudah berangkat ke kantor. Arkan masuk kamar netranya mencari keberadaan Evellyn, didapatinya Evellyn berada disofa. Arkan menjatuhkan bob
"Kau!" sentak Arkan ketika melihat Allena berada disampingnya menyentuh pangkal pahanya. "Minumlah dulu untuk meredakan sakit kepalamu." Allena mengulurkan gelas dan dengan cepat Arkan menyambut gelas pemberian mantan kekasihnya. Dengan cepat Arkan menghabiskan air mineral yang berada dalam genggamannya. Berharap dapat meredakan kepala yang berdenyut. Namun bukannya menjadi lebih baik kini tubuhnya serasa terbakar, keringat bermunculan, dia melonggarkan dasi di lehernya."Allena apa yang kau lakukan?" tanya Arkan dengan mata yang sudah memerah. "Aku belum melakukan apapun Arkan, ada apa dengan tubuhmu?" Allena mengulurkan tangannya menyeka keringat yang bermunculan di dahi. "Allena nyalakan Acnya, aku kepanasan," ucap Arkan, sambil membuka kancing jas dan melonggarkan dasi dan kemeja putihnya basah oleh keringat. "Ini sudah suhu yang paling rendah sayang." Allena menyentuh wajah Arkan hingga leher, se
Bab 12. Luka. Brak!!! Pintu kamar Hotel terbuka dengan sekali tendang. Seseorang masuk dengan rahang keras menahan amarah. Dua orang yang sedang bergulung dengan kenikmatan, kocar-kacir mencari keberadaan pakaian yang teronggok entah di mana. Peluh kenikmatan membanjiri tubuh mereka. Si wanita berusaha menutupi tubuh polosnya dengan bedcover, yang sudah acak-acakan jatuh ke bawah ranjang. Dan si lelaki mendapatkan boxer lalu mengenakannya, tak lama tendangan menghantam dadanya. Tubuhnya terhuyung kebelakang. Saat ini suara tangisan, teriakan, kegaduhan, mendomisili kamar dengan nomor 23. Bahkan si wanita memilih kamar dengan nomor yang sama, dengan tanggal pernikannya, tiga hari yang akan datang. "Stooopp,,, aku bilang stooppp!" Suara melengking Allena menghentikan tindakan Arkan, yang dengan brutal memukuli teman tidur calon istrinya. Si lelaki terkapar tak berdaya, dengan wajah berc
Bab 13. Kenapa? Arkan merenggangkan tubuh, cahaya matahari menerobos melewati celah-celah hordeng yang belum dibuka. Dia memincingkan matanya, melihat arah jam dinding. "Oohhh shiit," Arkan melonjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Setelah mandi dia langsung menggelar sajadah melaksanakan ibadah sholat subuh yang tertinggal. Evellyn selesai menata makanan di atas meja. Pakaian pun sudah rapih dia jemur. Kemudian dia masuk ke dalam kamar dan mendapati Arkan sedang menunaikan kewajiban. Evellyn tersenyum mendapati suaminya menjalankan ibadah saat matahari sudah meninggi. "Solat Duha Masss," sindirnya cekikikan, dia masuk ke kamar mandi membasuh wajah dan mengganti pakaian. Dia ambil alat makeup dan sedikit memoles wajah. Walau kesiangan pantang bagi Arkan tak melakukan ibadah pada Tuhannya, karna hisab yang pertama dilakukan oleh Allah nanti adalah perihal Shalat. Selesai shalat, Arkan menuju meja makan. Makanan tertata rapi, beberapa menu tersaji. Triiiinngg, triiinng
Bab 14. Menyatakan. "Evee...." Arkan memegang dagu gadis dipangkuannya, lalu mendongakkan wajah Evelyn yang tertunduk untuk menatap wajahnya. "Kamu cantik." Mereka beradu pandang sesaat, lelaki bermata elang itu mengecup bibir Evellyn sedikit lama. "Sudah Tuan nanti anda terkena diabetes," ucap Evellyn saat Arkan melepas tautan bibirnya. Arkan pun mengernyitkan dahinya. "Tadi Anda bilang bibirku semanis kopi, Anda pun banyak menghabiskan kopi, nanti Anda overdosis, Tuan." Eve bicara sambil memalingkan wajahnya. "Kalo ini doping, agar aku semangat bekerja, supaya bisa cepat melunasi hutangku pada mu," ucap Arkan tersenyum, Kembali mengecupi wajah gadis yang duduk dipangkuannya. "Tuan, sudah... aku bukan anak kecil yang imut dan lucu, kenapa anda seperti ini!! Evellyn mencoba merenggangkan tubuh. Namun, sia-sia. "Eve, maafkan kata-Kata dan perbuatanku yang sering menyakiti hatimu," ucap Arkan tulus. Evellyn memandang mata Elang lelaki dihadapannya, mencari kebenaran ucapan
Bab 15. Masalah. "Kau tak ingat seperti apa wajah pemuda itu?" tanya Arkan penasara. Dan gadis ini hanya menggeleng. "Pemuda itu ada dihadapanmu sekarang Eve!" ucap Arkan. "Hhaaaahh, sungguh kah? Kalian seperti dua orang yang berbeda." ucap Evellyn tak percaya, dia terperangah. "Lama aku memperhatikanmu Eve, aku mengikuti saranmu, aku pergi menuntut ilmu agama, setelah satu tahun aku kembali lagi aku mencarimu dan tak pernah ku temukan." Arkan menceritakan pencariannya selama ini. "Ketika aku kembali dan akan menemuimu, aku membawakan parfum ini, untuk ku berikan padamu. Agar kau selalu mengingatku," "Karna kau tak kutemukan aku bawa kembali parfum ini, sesekali kucium parfum ini saat mengingatmu." Arkan menjeda ucapan. "Malam itu kau gunakan parfum ini, membuatku tak sadarkan diri ingin menjamahmu, maafkan aku Eve," ucap Arkan menyesal. "Kau berhak atas diriku, Tuan. Aku berterimakasih atas semua pertolonganmu kepada orang tua ku," ucap Evellyn. Mereka pun kembali ke hu
"Mas gimana keadaan Ervan?" tanya Evellyn. "Baik, sudah lebih baik," "Udah aktif ngantor lagi?" tanya Evellyn penasaran. "Ngapain nanyain Ervan?" tanya Arkan penuh intimidasi. "Aku cuma nanya, Mas. Masa nanya doang nggak boleh?" jawab Evellyn cuek, dia mengalihkan pandangan karna tatapan Arkan yang seperti menguliti. "Begitu aja kesel," ujar Evellyn masih membuang muka. Arkan duduk di sebelah Evellyn. "Nanyain aku aja," ucap Arkan lembut, di dekat telinga Evellyn membuat bulu kuduknya berdiri. "Iisshhh ... Kamu tiap hari liat, perlu di tanyain apa lagi?" jawab Evellyn kesal. "Tiap aku pulang kaya sekarang tanya begini. Mas mau enak-enak nggak? gitu ...." "Iisshhh ... Kamu nggak usah di tanyain pasti minta." jawab Evellyn.
Ervan mengendarai mobil dengan perasaan gelisah, bukan 'kah tadi Aryanti sudah lebih baik, dia meninggalkan Aryanti dalam keadaan baik? Lalu kenapa Dokter mengabarkan Aryanti dalam keadaan kritis. Ervan berlari menuju ruang oprasi, sudah ada seorang perawat yang menunggunya di sana. Ervan menanda tangani berkas dengan cepat, bertanya kenapa bisa Aryanti kembali kritis, tetapi perawat enggan menjawab. "Nanti Dokter penanggung jawab yang akan menjelaskan, Pak,"jawab perawat, gegas masuk ke dalam ruang operasi. Operasi kali ini terbilang lama, setelah Beberapa jam, seorang dokter menghampiri Ervan. "Pak Ervan." Lelaki tampan yang terlihat begitu murung ini mendongak. Bangun dari duduk. Menatap Dokter Eliza. "Alhamdulillah, pasien sudah mendapatkan pertolongan, tetapi kondisinya begitu kritis, semua sudah kami upayakan yang terbaik. Hanya doa kini yang dapat kita lakukan." "Dok, bagaimana bisa kritis kem
"Sebentar lagi kamu bisa pulang, aku nggak akan melakukan yang melanggar undang-undang, Ar." Ervan berkata yakin. Ervan menaruh bekas makan di dekat pintu. "Marni sebentar lagi datang, aku sudah lama nggak ke kantor, aku ke kantor dulu, nggak apa 'kan?" tanya Ervan. "Iya, nggak apa, untung bos baik, boleh kamu cuti," Aryanti tersenyum kecil. "Itulah enaknya," Ervan terkekeh. "Mas cium aku," Aryanti merentangkan tangan, Ervan pun menyambut rentangan tangan wanitanya. Ervan mengecupj wajah Aryanti, tetapi saat Ervan akan melumat bibir Aryanti melengos, aku belum gosok gigi," ucapnya malu. Ervan menahan kepala Aryanti mengecup bibir yang terlihat pucat dan melumat lembut, kehangatan bibir Ervan membuat jantung Aryanti berdetak lebih keras. Kedatangan Marni menghentikan aktifitas mereka. "Maaf, Mbak." Marni kembali
"Sabar ya, Mas semua pasti ada hikmahnya, pasti ada kebaikan di balik semua ini," ucap Evelly saat menjenguk Aryanti. Ervan meyugar rambut kasar, sorot matanya penuh dengan dendam melihat istrinya terbaring, "Kebaikan apa yang di dapat dari kejadian ini?" di dalam hati Ervan terus bertanya. Apalagi setelah mendengar keterangan dokter mungkin telah terjadi tindak pelecahan terhadap Aryanti, karna ada luka lebam di pipi juga bekas ikatan di tangan. Dan ditemukannya sperma saat pertama kali Aryanti di bawa ke Rs. Ervan membekap mulutnya dengan bantal dia barteriak sekencang dia ingin luapkan. "Masss," suara Aryanti menghentikan kegiatan Ervan, lelaki itu menengok pada wanita yang terbaring di ranjang. Ervan melangkah mendekati Aryanti, "Kamu udah bangun Ar?" "Aku di mana? Mas?" tanya Aryanti lemah. "Kamu di Rs. Aku panggil dokter dulu," ucap Ervan, dia membuka pintu memanggil
Ivander mengambil kue bekas gigitan Azalea, lalu memakannya, netra biru itu membola, "Carla benar ini buatanmu?" tanya Ivan tak percaya. "Iya, kalau gak enak, besok aku cari resep yang baru, aku pikir ini sudah enak, teman-teman bilang ini benar-benar enak," Carla berkata pelan. "Tapi ini memang benar-benar enak Carla." Ivan berkata sambil mengambil satu potong lagi. "Bang buruan ngomongnya. Aku udah gak betah," Azalea merajuk manja, melirik pada Carla. Carla memang wanita penghibur, siapapun lelaki yang masuk areanya pasti akan tergoda, tetapi anti baginya menggoda lelaki beristri yang jelas-jelas tak menginginkannya. "Sebentar, sayang," ujad Ivan menggenggam tangan Lea. "Carla semua akan aku atur, mungin tiga hari lagi kamu sudah bisa keluar dari sana," Ivan meyakinkan wanita begincu merah ini. "Tapi, untuk keluarkan aku dari sana, Mr pasti keluar uang banyak, aku harus g
"Bahasa dari mana itu?" tanya Ivan menyungingkan senyum. "Dia bilang sendiri, seneng ya dikejar-kejar jablay kesayangan, bahkan Abang selalu pakai dia." suara Azalea menggebu. "Lea gak usah bahas yang lalu, itu masa kelam abang, malu abang kalo ingat masa itu." Ivan menangkup wajah Azalea. Perlahan melumat bibir yang sedang merajuk. Ivan melakukan perlahan, lembut, lalu menyesap intens. Azlaea mencoba mendorong, berusaha melepas tautan bibirnya, tatapi tangan Ivan kuat memegangi kepala wanita blasteran ini. Masih tak ada respon dari wanitanya, Ivan melepas pagutannya, menatap netra kebiruan Azalea. Kembali mendekatkan bibirnya mengecup lembut lalu menyesap peralahan menjadi lumatan bergairah. Sesekali bibir Azalea merespon menyesap bibir lelaki dihadapan, tetapi egonya lebih besar. Ivander kembali melepas pagutan, "Kenyangin perut bawah dulu aja ya!" Netra biru Ivander mengerling, lelaki ini bangun membuka sabuk tanpa membuka kemeja. Azalea mendegkus kesal, "Masukin kedala
Azalea terbelalalak mendengar penuturan Carla. "Utang apa?" Azalea mengajak Carla masuk ke dalam ruangan Ivander bekerja. Carla menjelaskan semua janji Ivan, selama ini dia menunggu. Tetapi yang di tunggu tak kunjung datang. "Jangan marah pada Mr Ivan, kami hanya partner ranjang, dia tak memiliki perasaan apapun padaku." Bola mata Azalea terbelalak, Carla berkata begitu nyaman, bahwa dia hanya partner ranjang. Tak memikirkan perasaan Azalea kah pelacur satu ini pikir Azalea. "Oke, nanti akan saya sampaikan pada partner ranjang Anda, bahwa Anda mencari Mr Ivan. Sebaiknya Anda pergi sekarang dari ruangan ini!" suara Azalea di tekan, berusaha meredam emosi. "Maaf, tapi itu dulu, sudah lama dia tak menjumpaiku. Maaf 'kan aku jika salah ucap." Carla merasa tak enak dengan reaksi Azalea. "It's oke," ujar Azale, " silahkan pintu ada disebelah sana." Tangan Azalea menjulur menunjuk arah pintu. "Mba, jangan marah, selama ini saya pikir Mr Ivan menyukai saya, karna dia hanya mengg
"Lalu?" "Bos Nathan mau melamar aku, kalo aku gak mau ngawal kakak." Dina berkata pelan. "Emang Nathan belum punya istri?" tanya Evellyn. "Belum kak, tapi dia pria flamboyan," ujar Dina. "Ya siapa tau, kamu perempuan terakhirnya, buktinya dia mau nikahin kamu," ujar Evellyn. "Aku belum yakin kak," ujar Dina lagi. Mereka berbincang selama perjalanan, Evellyn memang tipe orang yang tidak memandang status, asal enak di ajak bicara maka dia akan terus mengorek berita, hitung-hitung olah raga mulut, dari pada bergaul dengan teman-teman istri dari kolega suaminya yang dibicarakan hanya jabatan, kekayaan hingga arisan yang diluar nalar Evellyn. Evellyn terperangah kaget, ketika berkumpul dan mereka melakukan arisan berondog, padahal suami-suami mereka tak kalah tampan dan berwibawa, kenapa mau dengan lelaki yang hanya tampang dan juga entah apa yang di mau para wanita itu. "Din, kita mampir ke superma
Bima masih terus bermain pada tubuh Aryanti, dan berkali-kali pula Aryanti mendapatkan kenikmatan luar biasa. Ingin rasanya mengumpat, tetapi itu terjadi pada tubuhnya. Bima menyeringai penuh kemenangan. Hingga dia menuntaskan hasrat terkutuknya. Bima mengejang panjang. "Ar, rasamu tak pernah berubah, tak salah aku merindukanmu." Bima mengecup pucak kepala Aryanti, masih berada di atas tubuh tergolek tak berdaya. Lelaki ini bangun lalu mengambil pakaian yang tercecer dan memakainya lagi. Melepas sabuk yang mengikat tangan lalu melepas ikatan di mulut Aryanti. Wanita ini tergugu mengerat selimut, kepalanya berputar. "Jangan menagis Ar, tak ada yang tau selain kita berdua, asalkan kamu selalu siap saat aku mau, kamu akan aman." Bima mengecup pundak Aryanti, berbisik ditelinga mengancam."Maksu kamu?" Aryanti menatap Bima sendu matanya bengkak. Bima menunjukkan vidio panas yang barusan dia rekam, ini akan aku edit, seoalah-olah kita melakukan atas dasar suka sama-sama suka." Bima ber