Share

Bab 113

Damar sudah siap akan menjemput istri kecilnya tetapi Fatta menangis tak mau di diamkan oleh siapapun. Bahkan Murni tak bisa juga mendiamkan cucunya.

"Aku mau bunda," ringik Fatta tersedu.

Damar menggedong putri kecilnya, mengajak bermain di taman sebentar. Tetapi Fatta tak kunjung mau melepaskan pelukan pada ayahnya.

"Fatta ayah pergi sebentar nanti ayah ajak mama Nisa ke sini. Setelah itu kita jemput adek bayi bareng mama Nisa." Bujuk Damar. Tetapi Fatta tetap menggeleng.

Dengan sabar Damar menggendong Fatta, hingga gadis kecilnya terlelap dalam dekapan lelaki atletis ini, setelah menidurkan Fatta lelaki tampan yang kini diliputi kegundahan ini gegas meninggalkan kediamannya.

Setelah menempuh perjalanan cukup panjang akhirnya Damar menemukan alamat yang di berikan Roni. Netranya memindai. "Sepi."

Lelaki ini melangkah pasti menuju pintu, dari jarak ini terdengar tawa Nisa begitu bahagia di dalam sana.

"Nisa!!"

Seketika tawa Nisa berhenti mendengar suara seorang pria yang selalu dia rindu selama dia di sini.

"Sedang apa kamu di sini bajingan." langkah Damar cepat ke arah Emran, mencengkram kemeja depan lelaki ini lalu mendaratkan bogem mentah pada wajah Emran.

"Mas!!" Nisa menghampiri Damar menarik tangan suaminya, tetapi Damar mendorong tubuh Nisa hingga dia terhuyung jatuh membentur pinggiran meja.

Melihat Nisa jatuh, Emran melepaskan pukulan di rahang Damar lalu mendorong kuat tubuh tegap ini, hingga limbung.

Lelaki tampan ini beranjak menuju Nisa berada."Dek kamu enggak apa-apa?" Emran membopong tubuh Nisa, melihat pemandangan itu gejolak cemburu Damar semakin menggebu.

Lelaki ini menendang bokong Emran membuat lelaki ini terjerembab, beruntung Nisa yang masih dalam gendongannya jatuh tepat di atas sofa. Emran pun menindih tubuh Nisa.

Damar semakin kalut melihat adegan ini. Dia menarik Emran hingga terjengkang kebelakang. Lalu menarik lengan Nisa membawanya ke dalam kamar, setelah itu mengunci kamar dari luar. Di dalam Kamar Nisa berteriak histeris, menggedor pintu dengan sekuat tenaga.

Dengan wajah penuh emosi Damar menghampiri Emran. "Kamu selalu menginginkan milikku?"

Dan tanpa aba-aba dia menendang perut Emran. Lelaki tampan ini terhuyung kebelakang. Senyum smirk terukir di bibir Emran. "Kali ini kamu akan kehilangan dia. Jadi nikmatilah hidupmu dengan Kirana. Lepaskan Nisa aku yang akan membahagiakannya."

"Jangan mimpi." Damar menghampiri Emran, tangannya melayang mendaratkan pukulan pada rahang Emran, tetapi dengan sigap Emran menangkap kepalan tangan Damar, lalu membuang keras kepalan tangan itu.

"Sampai aku dengar kamu menyakiti Nisa, akan aku kejar sampai lubang semut," ujar Emran menatap Damar nyalang, lalu pergi meninggalkan Damar yang masih tersulut Emosi.

Damar menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa, menyisir rambut dengan jari-jari lalu menarik rambutnya kuat. Suara Nisa masih terdengar merintih di dalam kamar. Netra Damar melirik pada pintu kamar, dia bangunkan tubuh lalu kaki melangkah menuju pintu kamar.

Tatapan mereka bersiborok ketika pintu kamar terbuka. Lelaki ini mendekati Nisa yang sedang duduk bersimpuh di depan pintu, dengan keras dia menutup pintu, mencengkerang lengan Nisa menarik tubuh lemah ini ke atas pembaringan.

"Apa yang sudah kalian lakukan di belakangku?" ucap Damar, tatapannya penuh intimidasi.

"Lakukan apa? Nisa masih punya harga diri nggak mungkin aku melakukan hal nista." Nisa berkata pelan di tekan, membalas tatapan Damar dengan berani.

Sudah tidak ada lagi Nisa yang mengkeret takut saat Damar menatap dengan intimidasi.

"Harga diri? Kalo bukan mas yang menjaga kamu selama ini, apakah kamu masih memiliki harga diri?"

Tamparan mendarat di pipi Damar, tetapi itu tak berpengaruh apa-apa untuk Damar, bahkan wajahnya tak bergeming sesentipun dari hadapan Nisa.

"Mas memikirkan kamu, ternyata kamu sedang bersenang-senag di sini!" ujar Damar. "Katakan terus terang, apakah Emran sudah merasakan tubuh kamu!?"

Senyum sinis tersungging dari bibir Damar, "Sudah berapa lama aku tak menjamahmu, hingga kamu mencari kehangatan lelaki lain?" ucapan demi ucapan melecehkan Nisa, terus dilayangkan Damar.

Lagi Nisa menampar pipi Damar, kali ini pipi lelaki atletis ini sedikit bergeser ke samping, akibat begitu kerasnya tamparan yang di berikan Nisa. Bibir Damar terus menyeringai, dia begitu terluka melihat Nisa sedang bersenda gurau dengan Emran tadi, sedangkan hatinya begitu risau memikirkan keadaan Nisa.

Lelaki ini mengikis jarak antara Nisa dia meraih bibir Nisa mencium paksa melumat dengan kasar. Dadanya sakit membayangkan Emran menikmati bibir mungil Nisa.

Nisa melengoskan kepala mencoba menghindar dari kejaran bibir Damar, tetapi Damar begitu kuat mencengkeram kepala Nisa.

"Lepasin Nisa, Mas!" Nisa mendorong dada bidang Damar berusaha bangun tetapi Damar mengungkung tubuh wanita cantik ini.

Damar benar-benar tak bisa mengendalikan emosi kali ini, dadanya turun naik membayangkan apa saja yamg Nisa lakukan seminggu ini di vila ini bersama Emran.

"Mas, kamu nyakitin Nisa, lepasin Nisa, Nisa nggak mau!" Nisa mencoba mengelak dari kecupan bibir Damar.

"Nggak mau? Kamu lebih senang bermain dengan Emran. Hah ...!" Damar berteriak lantang. Semakin bringas Damar melucuti pakaian Nisa.

Nisa menangis sepanjang Damar menyentuh dan menyatukan tubuhnya, Nisa merasakan Damar kali ini benar-benar marah.

Marah? Lalu apa yang dia lakukan bersama Kirana? Nisa juga boleh marah. Bahkan dia melegalkan dan mengumumkan pernikahan dengan Kirana. 'Pikir Nisa. Apakah hanya Damar yang boleh marah padanya, sedangkan dia tak boleh marah. Terus hati Nisa berbincang sepanjang Damar menuntaskan hasrat membara akibat marah.

Damar meringkuk mengerat tubuh Nisa dalam dekapannya setelah selesai menuntaskan segala beban. Tak dibiarkan Nisa bergeser sedikitpun, apalagi turun dari ranjang.

Tangis di bibir Nisa masih terdengar tapi tak ada niatan Damar menghibur, hingga akhirnya mereka tertidur karna lelah.

**

Hai Readers, terimaksih sudah mengikuti perjalanan Nisa Damar Kirana hingga bab ini.

Jangan lupa kasih ulasan terbaik, bintang lima, juga vote untuk mendukung buku ini.

Tinggalkan komen terbaik tiap babnya.

Love sekebon untuk readers tersayang.

Salam hangat.

salam literasi.

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Etti trisnawati
kepanjangan ceritanya thor jdi bkin bosan bcanya . ap lgi crita dri awal smpek hampir habis si nisa nya tersakiti teus sm si damar .jdi y membosan kn sekali mengikuti ceritanya ......
goodnovel comment avatar
Yuni Erna
Ditunggu kak lanjutny
goodnovel comment avatar
Azzurra
Terimakasih kak. jangan lupa kasih ulasan bintang lima, jangan ketinggalan juga Vote untuk mendukung buku ini.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status