1. Aku Merayu Tuhan
Bimbang! Penulis : Lusia Sudarti Part 1 "Ibuu ...," Layla berlari-lari kecil menghampiri Ibunya yang sedang melayani pembeli. Anjar sang Ibu sontak menoleh kearah Layla yang sedang menghampirinya. Layla pulang dari sekolah, ia berjalan kaki. karena jarak sekolah dengan rumahnya hanya sekitar lima ratus meter. "Ada apa Layla? Kok Anak Ibu kelihatannya begitu riang?" tanya Anjar dengan alis bertaut. Wanita tegar yang merawat kedua Anaknya seorang diri setelah suaminya meninggal empat tahun yang lalu. "Assalamualaikum Bu," Layla mengucap salam ketika telah berdiri di ambang pintu warung kecil-kecilan milik Ibunya. "Waalaikumsalam." Layla mencium tangan Ibunya dengan takzim. Setelah pelanggan warungnya pergi Layla meraih tangan Ibunya dan dibimbing menuju kursi di bagian dalam warung yang sederhana. Mereka berdua duduk di kursi. Layla membuka tas sekolahnya lalu mengeluarkan buku laporan pendidikan. Dan kemudian ia serahkan kepada Ibunya. Ibu Anjar menerima buku laporan dari Layla, kemudian membukanya. Kedua netranya berbinar ketika membaca hasil akhir milik putrinya yang mendapatkan nilai tertinggi di atas rata-rata. "Subhanaallah nak, kamu lulus dengan nilai terbaik," Anjar begitu bahagia dengan pencapaian Anaknya. Dengan penuh haru ia memeluk Layla yang tersenyum bahagia. "Ini berkat doa dan jerih payah Ibu. Terimakasih Bu!" Layla membalas pelukan Ibunya dengan erat. "Ayahmu pasti bangga Nak melihat keberhasilan kamu!" Anjar menangkup pipi Layla lalu menciumnya dengan penuh kasih. Anjar menitikkan air mata kala mengingat almarhum Suaminya yang telah tiada. 'Mas, Anakmu mewarisi kepandaianmu," lirihnya dalam hati. "Layla kamu mendapatkan bea siswa Nak untuk melanjutkan ke SMA," ujar Anjar terharu. Dan tak henti-hentinya ia mengucap syukur kepada yang mempunyai kehidupan. "Iya Bu, Layla mendapatkan bea siswa," ujar Layla. "Tapi Bu, apa Ibu mempunyai cukup uang untuk Layla melanjutkan ke SMA?" tanya Layla kepada Ibunya dengan wajah ragu. "Insyaallah, Ibu akan berusaha Nak. Namun Ibu hanya mampu membiayai sekolah Layla hanya sebatas SMA ya Nak?" sang Ibu membelai pucuk kepala Layla dengan Sayang. Layla mengangguk lalu tersenyum manis mendengar ucapan Ibu Anjar, Ibunya. "Iya Bu, Layla faham dan mengerti kok, kan masih ada Adik Layla yang juga membutuhkan biaya," sahut Layla sambil menatap manik coklat sang Ibu. "Layla kan punya penghasilan tambahan, mengajar les privat dua kali seminggu, juga mengajar Anak-anak mengaji di rumahnya selama dua jam." Yah Layla memang anak yang cerdas, selain pandai Layla juga pandai mengaji. Tak heran jika para Ibu-Ibu di lingkungannya meminta Layla mengajarkan Iqro kepada Anak-anak mereka. Layla pun aktif mengikuti pengajian di pesantren yang berada tak jauh dari rumah kediamannya. Teman-teman Layla yang pernah belajar di pesantren waktu di SMP sebagian melanjutkan di SMA yang sama dengannya. Bahkan dengan para guru yang mengajar di pesantren pun masih tetap berhubungan baik dengannya. "Layla, kamu ada kegiatan gak sehabis selepas ashar nanti?" ujar Siti yang baru saja belanja dari warung Ibu Layla. "Eemm, kayaknya aku mengajar iqro' deh Sit," sahut Layla. Siti terdiam seolah sedang berfikir. "Emang kenapa Sit?" Layla penasaran dengan pertanyaan Siti. "Ah enggak kok. Kamu dapat undangan kerumah Ibu Indri gak nih? Hari ini ulang tahun Sadewa yang pernah mencoba PDKT sama kamu," Siti tersenyum menggodaku, aku terkejut mendengar ucapan Siti perihal undangan. "Aduh, iya ya Sit! Kok aku bisa lupa sih," ucap Layla sambil melipat tangannya didada. "Duduk dulu Sit," Layla melangkah masuk hendak mengambil air dingin untuk sahabatnya itu. Sementara Siti mengikuti titah Layla untuk duduk di teras rumah Layla. Layla gegas melangkah kedapur dan membuka kulkas, dimana tersimpan berbagai minuman kaleng dan botol. Layla meraih dua kaleng minuman bersoda menaruhnya dalam baki dan menaruh satu toples kecil makanan ringan. Dengan langkah santai dan gemulai ia menuju ke teras dimana sahabatnya menanti kehadirannya. "Kelamaan nunggu ya Sit!" Layla menaruh baki di atas meja teras. Siti tersenyum ceria. "Enggak kok hehehe," jawab Siti, ia tampak menelan saliva melihat air dingin bersoda yang berada di atas meja. "Ambil aja, emang khusus buat kamu kok," ujar Layla yang mengerti sifat dan karakternya dari kecil. Tanpa menunggu ucapan Layla yang kedua kalinya, Siti menyambar sprite kaleng lalu disesapnya hingga setengah kaleng. "heegg, ups hehehe. Keluar seketika kan angin-angin jahat yang merasuki pencernaanku," ujarnya sambil mengusap bibir yang belepotan air sprite. Layla hanya tertawa melihat tingkah Siti yang tak berubah. "Dasar gak pernah bisa berubah. Gimana coba kalo suatu saat nanti punya pacar," ujar Layla sembari menyentil kening Siti. Siti terkenal dengan gaya tomboy dan slengek'an, namun Siti begitu disukai teman-teman mereka. "Jadi gimana Lay, apakah kamu bisa menghadiri undangan itu? Kan bisa PDKT lagi," bisik Siti sembari melayangkan senyuman menggoda, kedua alisnya pun bergantian turun naik. Layla bukannya tertarik dengan gurauan Siti, namun terkekeh karena alis Siti yang bisa bergantian turun naiknya. "Sungguh diluar nurul sekali kedua alis kamu Sit," kekehnya. Siti terdiam, karena Layla tak merespon gurauannya sama sekali. "Ihh kamu gak seru banget sih," cerca Siti sambil mencebik. Sementara jemarinya meraih kripik singkong pedas manis lalu mengunyahnya perlahan. Layla hanya menanggapi ucapan sahabatnya itu dengan mengangkat bahu. "Ya udah deh, jika kamu berubah fikiran nanti pon aja ya!" ujarnya sambil berdiri, tetapi ia mencomot kripik kembali lalu berlalu begitu saja sambil ngemil. Layla hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Siti yang kadang nyebelin. Tak urung Layla pun termenung memikirkan antara menghadiri undangan atau mengajarkan Iqro'. 'Yaa Rosulullah salamun alaik! Disaat kebimbangan melanda hatinya, suara panggilan menggema dari ponselnya di atas meja di hadapannya. Bu Rt memanggil ... Layla mengusap layar ketika ia melihat sebuah panggilan dari Bu Rt. "Assalamualaikum Bu. Ada yang bisa saya bantu," sapa Layla. Waalaikumsalam Layla, oh iya Layla. Sepertinya hari ini libur dulu ya. Ibu ada acara nih sahut Bu Rt dari seberang telpon. Kening Layla bertaut mendengar ada acara. "Oh baik Bu. Tapi kalo Layla boleh tau acara apa ya Bu? Dan dimana? Maaf jika pertanyaan saya tidak sopan," ujar Layla. "Mengantarkan ketring sekalian menghadiri ulang tahun Mas Sadewa putra Ibu Indri." Deg! Tiba-tiba jantung Layla berdegub, jika Ibu Rt menghadiri ulang tahun Mas Sadewa, berarti mau tak mau aku pun harus hadir. Fikiran Layla bimbang saat ini. "Halo Layla. Masih disanakah?" suara Ibu Rt memanggilnya, Layla pun tersadar dari lamunannya. "Oh, i-iya Bu. Maaf ... baiklah kalau demikian Bu," sahut Layla terbata. "Kalau begitu, Ibu tutup dulu telponnya ya Layla ... Ibu akan bersiap mengantarkan pesanan ketring terlebih dahulu." "Silahkan Bu. Terima kasih, wassalamualaikum," jawabku. "Waalaikumsalam warohmatulohi wabarokatuh." Hening terasa setelah panggilan terputus. Kini Hati Layla pun kembali bimbang. Antara hadir dan tidak ...! (Bersambung)2. Aku Merayu Tuhan Saskia Menahan Malu Atas Penolakan Sadewa. Penulis : Lusia Sudarti Part 2 Hening terasa setelah panggilan terputus. Kini Hati Layla pun kembali bimbang. Antara hadir dan tidak ..! 🌺🌺🌺🌺🌺🌺 Setelah Siti meninggalkan kediamannya. Layla menerima telpon dari Ibu RT di mana Layla mengajar Iqro', memintanya untuk libur mengajar, Ibu RT akan menghadiri undangan ulang tahun Sadewa, serta mengantarkan ketring pesanan keluarga Sadewa. "Layla ..." Layla terperanjat ketika bahunya ditepuk lembut dan terdengar suara halus nan lembut sang Ibunda. "Oh Ibu, ada apa Bu!" sahut Layla, seraya mendongak menatap Ibunya. Ibu Anjar tersenyum lalu duduk di samping Layla, ia menatap seksama wajah putrinya yang nampak bimbang. "Ada apa? Seperti ada yang sedang mengganggu fikiranmu!" tanyanya pelan sambil mengusap kepalanya yang selalu tertutup hijab. Layla menundukkan kepalanya sembari memilin ujung hijab yang ia kenakan. Sebagai seorang Ibu, ia merasakan apa y
3. Aku Merayu Tuhan Saskia Mencari Perhatian. Penulis : Lusia Sudarti. Part 3 'Tunggu aja kamu Sadewa, aku tak akan pernah menyerah," umpat Saskia dalam hati sembari mengepalkan tangannya. 🌺🌺🌺🌺🌺🌺 Sadewa mengantarkan sahabat karibnya hingga kedalam. Dirga dan para sahabatnya mencicipi hidangan yang tersedia di meja. Sadewa kembali keruang depan. Tepatnya di pintu depan, ia terlihat begitu gelisah. Kedua netranya tak terlepas dari pintu gerbang masuk ke kediamannya. Sementara diruang depan Saskia sibuk tebar pesona untuk menarik perhatian kedua orang tua Sadewa. "Hai Tante ...!" Saskia mencium punggung tangan Ibunya Sadewa lalu cipika-cipiki. "Hai Saskia. Makin cantik aja," sahut Indri. Ia menatap penampilan Saskia, pakaiannya terlalu terbuka. Sebagai seorang Ibu dan seorang wanita, ia merasa sedikit risih. Apalagi tamunya adalah para santri dan ustadzah. "Oh iya Saskia silahkan mencicipi semua hidangan yang tersedia, ajak serta teman-temannya ya?" ujar Indri. I
4. Aku Merayu Tuhan Sadewa So Sweet. Penulis : Lusia Sudarti Part 4Layla menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah. 🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺 Saskia yang menyaksikan Layla dan Sadewa menjadi sangat geram dan ia meninggalkan kediaman Sadewa dengan sumpah serapahnya. Semua tak ada yang peduli dengan kepergian Saskia dan teman-temannya. "Tunggu pembalasanku Layla. Jangan merasa senang dulu, karena aku tak akan tinggal diam!" teriak Saskia.Ia tak peduli dengan tatapan tamu yang hadir. "Lihat bro, Saskia cemburu melihat Layla bersama kamu," bisik Dirga di telinga Sadewa. "Enggak ada bosennya emang, udah aku tolak berkali-kali masih gak jera," jawab Sadewa. Sementara itu Saskia menghampiri sahabatnya yang masih asyik mencicipi hidangan yang menggugah selera. "Hei, Mit. Elu mau pulang atau tinggal di sini, makan aja yang ada di fikiran ...!" hardik Saskia dengan suara menggema. Hingga menarik perhatian tamu yang lainnya. "Tunggu Saskia, aku belum mencicipi puding-pudingnya. Enak bange
5. Aku Merayu Tuhan Kesedihan Rangga. Penulis: Lusia Sudarti Part5 Bisa berabe jadinya jika Sadewa mengetahui isi hatinya, tentu ini akan membuatnya bersedih. Raut wajah Rangga memerah mendengar kata-kata Papanya, ia menundukkan kepalanya. "Tenang saja Papa akan tutup mulut," ujar Hendra sambil tersenyum simpul. "Kok Papa senyum-senyum gitu," tanya Rangga sambil menaikkan sebelah alisnya. "Kamu traktir Papa. Bukankah kalo harus tutup mulut itu ada upahnya, hehehe." Hendra terkekeh. Ia berhasil membuat putranya tersenyum. 'Kasihan sekali kamu Rangga, selama ini tak pernah sekali pun kamu mempunyai teman dekat atau kekasih. Kamu selalu menutup diri terhadap wanita yang jelas-jelas mengejarmu.Ternyata baru sekarang Papa tau, jika hatimu telah tertambat kepada seorang wanita. Namun sayangnya, kamu kalah bersaing dengan adikmu sendiri," batin Hendra. 'Di usiamu yang telah menginjak 25 tahun, kamu telah menjadi orang yang sukses sebagai seorang marinir." Wajah Hendra sedikit me
6. Aku Merayu Tuhan Kedatangan Sadewa Penulis Lusia Sudarti Part 6 "Oh iya Mbak ... Nay tadi rasanya mau mencabik-cabik wajah si Saskia itu lho!" ucap Naysila dengan suara ketus. "Enggak boleh begitu dong Adik Mbak yang cantik. Biarin aja Saskia mau berbuat apa, bilang apa, kita gak usah melayaninya," Layla menasihati adiknya dengan lembut. Sementara motor mereka memasuki sebuah bangunan panti asuhan yang sebagian bangunannya mulai rapuh, dan sebagian dalam tahap pemugaran. "Ayo turun Dek, kita sudah sampai!" seru Layla, ia berhenti di panti asuhan yang berhadapan langsung dengan pesantren. "Aduh ... selamat datang ustadzah Layla," seorang wanita paruh baya menyambut mereka dengan senyuman yang merekah menghiasi wajahnya yang masih nampak ayu. "Assalamu'alaikum," sapa Layla, ia mencium takzim punggung tangan Ibu panti Ibu Aisyah. "Waalaikum salam cah ayu," jawab Ibu Aisyah sembari mengulas senyum. "Mari cah ayu kita masuk, kebetulan Anak-anak sedang berkumpul di dalam," sam
7. Aku Merayu Tuhan. Naysila Menggoda Layla dan Sadewa. Penulis: Lusia Sudarti Part 7"Gombal. Layla gak percaya Mas," kilahnya sembari memalingkan wajahnya karena malu. "Ya sudah kalau gak percaya," jawab Sadewa pura-pura marah.🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹Setelah mereka selesai sholat berjamaah, kemudian Layla menuju ke dapur menyiapkan makan malam bersama Anjar dan Naysila.Sadewa seorang diri di ruang televisi sambil menikmati kopi susu. "Dek, ini di potong kecil-kecil mentimunnya," titah Layla kepada Naysila. "Oke Mbak!" Naysila segera melakukan apa yang di perintahkan oleh Layla. "Ibu duduk manis aja," Layla tersenyum menatap Anjar yang telah selesai menggoreng ayam. "Iya Sayang, ini juga udah selesai kok," sahut Anjar sembari menarik kursi untuk duduk. "Seandainya Bapak masih ada, beliau pasti bahagia melihat kami berhasil lulus dengan nilai tertinggi," ujar Layla dengan raut wajah yang tiba-tiba sedih. Semua terdiam mendengar ucapannya. Anjar mengalihkan pandangannya kearah Sade