6. Aku Merayu Tuhan
Kedatangan Sadewa Penulis Lusia Sudarti Part 6 "Oh iya Mbak ... Nay tadi rasanya mau mencabik-cabik wajah si Saskia itu lho!" ucap Naysila dengan suara ketus. "Enggak boleh begitu dong Adik Mbak yang cantik. Biarin aja Saskia mau berbuat apa, bilang apa, kita gak usah melayaninya," Layla menasihati adiknya dengan lembut. Sementara motor mereka memasuki sebuah bangunan panti asuhan yang sebagian bangunannya mulai rapuh, dan sebagian dalam tahap pemugaran. "Ayo turun Dek, kita sudah sampai!" seru Layla, ia berhenti di panti asuhan yang berhadapan langsung dengan pesantren. "Aduh ... selamat datang ustadzah Layla," seorang wanita paruh baya menyambut mereka dengan senyuman yang merekah menghiasi wajahnya yang masih nampak ayu. "Assalamu'alaikum," sapa Layla, ia mencium takzim punggung tangan Ibu panti Ibu Aisyah. "Waalaikum salam cah ayu," jawab Ibu Aisyah sembari mengulas senyum. "Mari cah ayu kita masuk, kebetulan Anak-anak sedang berkumpul di dalam," sambung beliau. Wanita berparas ayu meski usianya tak lagi muda. Namun garis-garis kecantikannya tetap bersinar. "Mari Bu," jawab Layla, sembari menggenggam tangan Naysila. "Ini Naysila itu ya?" tanya Bu Aisyah. "Iya Bu, sekarang udah remaja. Tahun ini masuk SMA," jawab Layla sambil tersenyum. "Alhamdulilah. Sekarang semakin cantik, kalian berdua bagai pinang dibelah dua," puji Ibu Aisyah. "Ayo duduk dulu, kalian pasti lelah sehabis melakukan perjalanan jauh," Ibu Aisyah membawakan minuman dingin dan beberapa cemilan. "Ini diminum dulu, untuk menghilangkan dahaga kalian," sambung beliau. "Iya Bu," jawab Layla dan Naysila serentak. Mereka menyesap minuman masing-masing hingga tersisa separuhnya. "Alhamdulilah," ucap Layla. Ibu Aisyah menemani mereka berbincang. "Jadi, Nak Layla akan melanjutkan kuliah dimana?" tanya beliau. "Layla melanjutkan kuliah di kota ini Bu, mengambil jurusan ekonomi aja," Layla menjawab sambil tersenyum. "Oh bagus itu, jadi masih tetap mengajar Anak-anak mengaji ya," jawab beliau. "Kalau Naysila melanjutkan SMA dimana?" tatapan beliau beralih kepada Naysila yang tersenyum malu. "Di SMA Mbak Layla Bu," jawabnya. "Oh iya, pilih yang deket aja ya Nak." "Iya Bu," jawab mereka serentak. Setelah sedikit berbincang Layla mengajar BTA kepada seluruh Anak-anak panti dan dibantu oleh Naysila. 🌺🌺🌺🌺 Dua jam berlalu, Layla dan Naysila sudah selesai mengajar, mereka pun pamit pulang. "Kami permisi pulang dulu ya Bu," ujar Layla sambil mencium tangan Ibu panti. Dan Anak-anak panti asuhan menjabat tangan Layla dan Naysila, mereka harus kembali ke kamar masing-masing. "Iya Nak, hati-hati di jalan ya, salam buat Ibu kalian," jawab beliau. "Iya Bu, waalaikum salam, nanti saya sampaikan, dan ini ada titipan dari beliau. Dan ini dari kami berdua," jawab Layla ia memberikan amplop kepada Ibu panti. "Alhamdulillah terimakasih Nak. Dan sampaikan terima kasih Ibu kepada beliau. Semoga Allah melipatgandakan Rizqi Nak Layla dan sekeluarga, dan diijabah semua doa-doanya amin." "Amin ... terimakasih Bu, kami pamit Assalamu'alaikum," sahut Layla. "Waalaikum salam, hati-hati Nak," jawab Ibu Aisyah mengantarkan Layla hingga halaman. Sementara itu di rumah kediaman Layla. Sadewa bertolak kerumah kediaman Layla. "Assalamu'alaikum." Sadewa berdiri di ambang pintu kediaman Layla. Anjar Ibunda Layla mendengar suara seseorang yang mengucapkan salam dari rumah utama. Ia bergegas menghampirinya. "Waalaikum salam, cari siapa Nak?" tanya Anjar karena ia belum melihat wajah orang yang bertamu. "Subhanallah. Nak Sadewa ya? Ayo masuk nak!" Anjar mempersilahkan Sadewa untuk masuk, ia membuka pintu. "Ayo duduk Nak, sebentar Ibu ke dapur dulu ya." "Iya Bu, terimakasih!" sahut Sadewa sembari menjatuhkan bobotnya di kursi sofa yang empuk meskipun telah sedikit usang. 'Masih seperti dahulu, tetap bersih dan rapi," gumam Sadewa. Anjar kembali dari dapur membawa makanan kecil dan jus mangga segar. "Ayo di minum Nak, hanya alakadarnya," ujarnya. Sembari menaruh makanan kecil ke atas meja, dan bakinya di taruh di bawah meja. "Iya Bu terima kasih," Sadewa tersenyum. "Oh iya Bu, Layla belum kembali?" tanya Sadewa sambil menyesap jus mangga. "Minum Bu." "Iya Nak silahkan, Layla belum pulang. Mungkin masih dalam perjalanan. Biasalah Nak, Layla mengajar BTA di panti," jawab Anjar, ia mengulas senyum. "Oh iya Bu, saya sudah tau sejak dahulu." "Begini Bu, saya datang kemari khusus untuk bertemu Ibu," jawab sopan dan hati-hati. Anjar menatap Sadewa. "Oh iya, ada apa ya nak? Kok Ibu jadi was-was, apakah anak Ibu membuat kecewa atau kesalahan," tanya Anjar dengan rasa khawatir. "Oh tidak Bu. Justru saya datang kemari meminta restu, untuk menjadikan Layla kekasih saya, dan saya mohon doa Ibu karena saya akan mengikuti pendidikan sebagai pilot," sahut Sadewa sembari menunduk. "Masya Allah. Sebagai seorang Ibu, Ibu hanya mampu memberikan restu. Dan semoga apa yang Nak Sadewa niatkan di ijabah oleh Allah SWT. Amin." "Amiin ya robbal alamin, sebentar ya Bu!" Sadewa beranjak. Ia melangkah menuju mobilnya yang terparkir di jalan di depan rumah Layla. Ia mengambil paper bag dan plastik besar. Lalu kembali menuju kediaman Layla kembali. "Ini Bu oleh-oleh dari Mama, beliau menitip salam buat Ibu," Sadewa meletakkan paper bag dan plastik di atas meja. "Ya Allah Nak, kenapa mesti repot-repot. Waalaikum salam, salam kembali buat beliau ya?" jawab Anjar dengan tersenyum. "Iya Bu," jawab Sadewa sopan, ia kembali ke tempat duduknya semula. "Ayo di cicipi kuenya." Sadewa meraih puding ubi ungu terlihat sangat menggoda. "Wah Bu, manis dan kenyal pasti Ibu pandai memasak dan membuat kue," puji Sadewa. "Alhamdulillah Nak hanya masakan kampung yang bisa Ibu masak," ujar Anjar merendah. Sadewa tersenyum inilah salah satu alasannya menyukai keluarga Layla. Meskipun bukan orang berada, namun kehangatan keluarga yang mereka miliki tak dimiliki sebagian keluarga yang lain. Di halaman terdengar deru mesin kendaraan bermotor dan berhenti tepat di teras rumah. Anjar dan Sadewa mendengar kedatangan mereka. "Itu Layla dan Naysila!" seru Anjar sembari berdiri menyambut kepulangan anaknya. "Assalamu'alaikum Bu," Layla dan Naysila serentak mengucapkan salam. "Waalaikum salam," jawab Anjar dan Sadewa pun serentak. Layla dan Naysila memasuki rumah. Ia tertegun melihat Sadewa, ternyata benar dugaannya, ketika melihat mobil parkir di depan rumahnya. Layla mencium punggung tangan Ibunya, pun dengan Naysila melakukan hal yang sama. Kemudian ia pun mencium punggung tangan Sadewa dengan wajah memerah karena malu dan canggung. "Anak-anak Ibu udah pada pulang," ujar Anjar dengan raut wajahnya yang nampak sangat bahagia. "Iya Bu, Layla sama Adik mampir mengajar di panti terlebih dahulu," jawab Layla. Wajahnya bersemu merah kala tatapannya bertemu dengan tatapan Sadewa. "Ya sudah Ibu mau jaga warung dulu, Ibu tinggal dulu ya Nak!" pamit Anjar sembari membawa oleh-oleh dari keluarga Sadewa ke dapur. "Mas, Mbak! Nay masuk dulu ya?" pamit Naysila kepada mereka berdua. "Iya Dek nanti kita sholat berjamaah ya? Imamnya Mas Sadewa," ujar Layla. Naysila mengangguk lalu melangkah masuk. Sadewa tersenyum mendengar ucapan Layla, mereka saling tatap. Layla menundukkan kepala karena malu. Hatinya berbunga-bunga, begitu pun yang di rasakan oleh Sadewa. Ia merasakan kebahagiaan karena akhirnya ia berhasil menjadikan Layla kekasihnya yang kelak akan dinikahinya. Ia mengalahkan pesaing-pesaingnya di sekolah, bukan hanya dirinya yang ingin mendapatkan cinta Layla. Layla adalah primadona di sekolah. Hanya saja ia berasal dari keluarga sederhana. "Mas ... kok melamun sih, inget Saskia ya?" tanya Layla sembari bersungut. Sadewa tersentak ...! Namun kemudian ia terkekeh mendengar ungkapan Layla yang bernada cemburu. "Astaghfirullah, hehehe. Mas melamunin kamu bukan Saskia," jawab Sadewa seraya tersenyum. Layla menunduk menyembunyikan senyum dan debaran hatinya mendengar ungkapan dari Sadewa. "Yang bener aja Mas," cibirnya. "Demi Allah, disini hanya ada nama Layla yang terpatri!" sahut Sadewa menunjuk dadanya. "Gombal. Layla gak percaya Mas," kilahnya sembari memalingkan wajahnya karena malu. "Ya sudah kalau gak percaya," jawab Sadewa pura-pura marah. (Bersambung)7. Aku Merayu Tuhan. Naysila Menggoda Layla dan Sadewa. Penulis: Lusia Sudarti Part 7"Gombal. Layla gak percaya Mas," kilahnya sembari memalingkan wajahnya karena malu. "Ya sudah kalau gak percaya," jawab Sadewa pura-pura marah.🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹Setelah mereka selesai sholat berjamaah, kemudian Layla menuju ke dapur menyiapkan makan malam bersama Anjar dan Naysila.Sadewa seorang diri di ruang televisi sambil menikmati kopi susu. "Dek, ini di potong kecil-kecil mentimunnya," titah Layla kepada Naysila. "Oke Mbak!" Naysila segera melakukan apa yang di perintahkan oleh Layla. "Ibu duduk manis aja," Layla tersenyum menatap Anjar yang telah selesai menggoreng ayam. "Iya Sayang, ini juga udah selesai kok," sahut Anjar sembari menarik kursi untuk duduk. "Seandainya Bapak masih ada, beliau pasti bahagia melihat kami berhasil lulus dengan nilai tertinggi," ujar Layla dengan raut wajah yang tiba-tiba sedih. Semua terdiam mendengar ucapannya. Anjar mengalihkan pandangannya kearah Sade
1. Aku Merayu Tuhan Bimbang! Penulis : Lusia Sudarti Part 1 "Ibuu ...," Layla berlari-lari kecil menghampiri Ibunya yang sedang melayani pembeli. Anjar sang Ibu sontak menoleh kearah Layla yang sedang menghampirinya.Layla pulang dari sekolah, ia berjalan kaki. karena jarak sekolah dengan rumahnya hanya sekitar lima ratus meter. "Ada apa Layla? Kok Anak Ibu kelihatannya begitu riang?" tanya Anjar dengan alis bertaut. Wanita tegar yang merawat kedua Anaknya seorang diri setelah suaminya meninggal empat tahun yang lalu. "Assalamualaikum Bu," Layla mengucap salam ketika telah berdiri di ambang pintu warung kecil-kecilan milik Ibunya. "Waalaikumsalam."Layla mencium tangan Ibunya dengan takzim. Setelah pelanggan warungnya pergi Layla meraih tangan Ibunya dan dibimbing menuju kursi di bagian dalam warung yang sederhana. Mereka berdua duduk di kursi.Layla membuka tas sekolahnya lalu mengeluarkan buku laporan pendidikan.Dan kemudian ia serahkan kepada Ibunya. Ibu Anjar menerima
2. Aku Merayu Tuhan Saskia Menahan Malu Atas Penolakan Sadewa. Penulis : Lusia Sudarti Part 2 Hening terasa setelah panggilan terputus. Kini Hati Layla pun kembali bimbang. Antara hadir dan tidak ..! 🌺🌺🌺🌺🌺🌺 Setelah Siti meninggalkan kediamannya. Layla menerima telpon dari Ibu RT di mana Layla mengajar Iqro', memintanya untuk libur mengajar, Ibu RT akan menghadiri undangan ulang tahun Sadewa, serta mengantarkan ketring pesanan keluarga Sadewa. "Layla ..." Layla terperanjat ketika bahunya ditepuk lembut dan terdengar suara halus nan lembut sang Ibunda. "Oh Ibu, ada apa Bu!" sahut Layla, seraya mendongak menatap Ibunya. Ibu Anjar tersenyum lalu duduk di samping Layla, ia menatap seksama wajah putrinya yang nampak bimbang. "Ada apa? Seperti ada yang sedang mengganggu fikiranmu!" tanyanya pelan sambil mengusap kepalanya yang selalu tertutup hijab. Layla menundukkan kepalanya sembari memilin ujung hijab yang ia kenakan. Sebagai seorang Ibu, ia merasakan apa y
3. Aku Merayu Tuhan Saskia Mencari Perhatian. Penulis : Lusia Sudarti. Part 3 'Tunggu aja kamu Sadewa, aku tak akan pernah menyerah," umpat Saskia dalam hati sembari mengepalkan tangannya. 🌺🌺🌺🌺🌺🌺 Sadewa mengantarkan sahabat karibnya hingga kedalam. Dirga dan para sahabatnya mencicipi hidangan yang tersedia di meja. Sadewa kembali keruang depan. Tepatnya di pintu depan, ia terlihat begitu gelisah. Kedua netranya tak terlepas dari pintu gerbang masuk ke kediamannya. Sementara diruang depan Saskia sibuk tebar pesona untuk menarik perhatian kedua orang tua Sadewa. "Hai Tante ...!" Saskia mencium punggung tangan Ibunya Sadewa lalu cipika-cipiki. "Hai Saskia. Makin cantik aja," sahut Indri. Ia menatap penampilan Saskia, pakaiannya terlalu terbuka. Sebagai seorang Ibu dan seorang wanita, ia merasa sedikit risih. Apalagi tamunya adalah para santri dan ustadzah. "Oh iya Saskia silahkan mencicipi semua hidangan yang tersedia, ajak serta teman-temannya ya?" ujar Indri. I
4. Aku Merayu Tuhan Sadewa So Sweet. Penulis : Lusia Sudarti Part 4Layla menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah. 🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺 Saskia yang menyaksikan Layla dan Sadewa menjadi sangat geram dan ia meninggalkan kediaman Sadewa dengan sumpah serapahnya. Semua tak ada yang peduli dengan kepergian Saskia dan teman-temannya. "Tunggu pembalasanku Layla. Jangan merasa senang dulu, karena aku tak akan tinggal diam!" teriak Saskia.Ia tak peduli dengan tatapan tamu yang hadir. "Lihat bro, Saskia cemburu melihat Layla bersama kamu," bisik Dirga di telinga Sadewa. "Enggak ada bosennya emang, udah aku tolak berkali-kali masih gak jera," jawab Sadewa. Sementara itu Saskia menghampiri sahabatnya yang masih asyik mencicipi hidangan yang menggugah selera. "Hei, Mit. Elu mau pulang atau tinggal di sini, makan aja yang ada di fikiran ...!" hardik Saskia dengan suara menggema. Hingga menarik perhatian tamu yang lainnya. "Tunggu Saskia, aku belum mencicipi puding-pudingnya. Enak bange
5. Aku Merayu Tuhan Kesedihan Rangga. Penulis: Lusia Sudarti Part5 Bisa berabe jadinya jika Sadewa mengetahui isi hatinya, tentu ini akan membuatnya bersedih. Raut wajah Rangga memerah mendengar kata-kata Papanya, ia menundukkan kepalanya. "Tenang saja Papa akan tutup mulut," ujar Hendra sambil tersenyum simpul. "Kok Papa senyum-senyum gitu," tanya Rangga sambil menaikkan sebelah alisnya. "Kamu traktir Papa. Bukankah kalo harus tutup mulut itu ada upahnya, hehehe." Hendra terkekeh. Ia berhasil membuat putranya tersenyum. 'Kasihan sekali kamu Rangga, selama ini tak pernah sekali pun kamu mempunyai teman dekat atau kekasih. Kamu selalu menutup diri terhadap wanita yang jelas-jelas mengejarmu.Ternyata baru sekarang Papa tau, jika hatimu telah tertambat kepada seorang wanita. Namun sayangnya, kamu kalah bersaing dengan adikmu sendiri," batin Hendra. 'Di usiamu yang telah menginjak 25 tahun, kamu telah menjadi orang yang sukses sebagai seorang marinir." Wajah Hendra sedikit me