6. Aku Merayu Tuhan
Kedatangan Sadewa Penulis Lusia Sudarti Part 6 "Oh iya Mbak ... Nay tadi rasanya mau mencabik-cabik wajah si Saskia itu lho!" ucap Naysila dengan suara ketus. "Enggak boleh begitu dong Adik Mbak yang cantik. Biarin aja Saskia mau berbuat apa, bilang apa, kita gak usah melayaninya," Layla menasihati adiknya dengan lembut. Sementara motor mereka memasuki sebuah bangunan panti asuhan yang sebagian bangunannya mulai rapuh, dan sebagian dalam tahap pemugaran. "Ayo turun Dek, kita sudah sampai!" seru Layla, ia berhenti di panti asuhan yang berhadapan langsung dengan pesantren. "Aduh ... selamat datang ustadzah Layla," seorang wanita paruh baya menyambut mereka dengan senyuman yang merekah menghiasi wajahnya yang masih nampak ayu. "Assalamu'alaikum," sapa Layla, ia mencium takzim punggung tangan Ibu panti Ibu Aisyah. "Waalaikum salam cah ayu," jawab Ibu Aisyah sembari mengulas senyum. "Mari cah ayu kita masuk, kebetulan Anak-anak sedang berkumpul di dalam," sambung beliau. Wanita berparas ayu meski usianya tak lagi muda. Namun garis-garis kecantikannya tetap bersinar. "Mari Bu," jawab Layla, sembari menggenggam tangan Naysila. "Ini Naysila itu ya?" tanya Bu Aisyah. "Iya Bu, sekarang udah remaja. Tahun ini masuk SMA," jawab Layla sambil tersenyum. "Alhamdulilah. Sekarang semakin cantik, kalian berdua bagai pinang dibelah dua," puji Ibu Aisyah. "Ayo duduk dulu, kalian pasti lelah sehabis melakukan perjalanan jauh," Ibu Aisyah membawakan minuman dingin dan beberapa cemilan. "Ini diminum dulu, untuk menghilangkan dahaga kalian," sambung beliau. "Iya Bu," jawab Layla dan Naysila serentak. Mereka menyesap minuman masing-masing hingga tersisa separuhnya. "Alhamdulilah," ucap Layla. Ibu Aisyah menemani mereka berbincang. "Jadi, Nak Layla akan melanjutkan kuliah dimana?" tanya beliau. "Layla melanjutkan kuliah di kota ini Bu, mengambil jurusan ekonomi aja," Layla menjawab sambil tersenyum. "Oh bagus itu, jadi masih tetap mengajar Anak-anak mengaji ya," jawab beliau. "Kalau Naysila melanjutkan SMA dimana?" tatapan beliau beralih kepada Naysila yang tersenyum malu. "Di SMA Mbak Layla Bu," jawabnya. "Oh iya, pilih yang deket aja ya Nak." "Iya Bu," jawab mereka serentak. Setelah sedikit berbincang Layla mengajar BTA kepada seluruh Anak-anak panti dan dibantu oleh Naysila. ๐บ๐บ๐บ๐บ Dua jam berlalu, Layla dan Naysila sudah selesai mengajar, mereka pun pamit pulang. "Kami permisi pulang dulu ya Bu," ujar Layla sambil mencium tangan Ibu panti. Dan Anak-anak panti asuhan menjabat tangan Layla dan Naysila, mereka harus kembali ke kamar masing-masing. "Iya Nak, hati-hati di jalan ya, salam buat Ibu kalian," jawab beliau. "Iya Bu, waalaikum salam, nanti saya sampaikan, dan ini ada titipan dari beliau. Dan ini dari kami berdua," jawab Layla ia memberikan amplop kepada Ibu panti. "Alhamdulillah terimakasih Nak. Dan sampaikan terima kasih Ibu kepada beliau. Semoga Allah melipatgandakan Rizqi Nak Layla dan sekeluarga, dan diijabah semua doa-doanya amin." "Amin ... terimakasih Bu, kami pamit Assalamu'alaikum," sahut Layla. "Waalaikum salam, hati-hati Nak," jawab Ibu Aisyah mengantarkan Layla hingga halaman. Sementara itu di rumah kediaman Layla. Sadewa bertolak kerumah kediaman Layla. "Assalamu'alaikum." Sadewa berdiri di ambang pintu kediaman Layla. Anjar Ibunda Layla mendengar suara seseorang yang mengucapkan salam dari rumah utama. Ia bergegas menghampirinya. "Waalaikum salam, cari siapa Nak?" tanya Anjar karena ia belum melihat wajah orang yang bertamu. "Subhanallah. Nak Sadewa ya? Ayo masuk nak!" Anjar mempersilahkan Sadewa untuk masuk, ia membuka pintu. "Ayo duduk Nak, sebentar Ibu ke dapur dulu ya." "Iya Bu, terimakasih!" sahut Sadewa sembari menjatuhkan bobotnya di kursi sofa yang empuk meskipun telah sedikit usang. 'Masih seperti dahulu, tetap bersih dan rapi," gumam Sadewa. Anjar kembali dari dapur membawa makanan kecil dan jus mangga segar. "Ayo di minum Nak, hanya alakadarnya," ujarnya. Sembari menaruh makanan kecil ke atas meja, dan bakinya di taruh di bawah meja. "Iya Bu terima kasih," Sadewa tersenyum. "Oh iya Bu, Layla belum kembali?" tanya Sadewa sambil menyesap jus mangga. "Minum Bu." "Iya Nak silahkan, Layla belum pulang. Mungkin masih dalam perjalanan. Biasalah Nak, Layla mengajar BTA di panti," jawab Anjar, ia mengulas senyum. "Oh iya Bu, saya sudah tau sejak dahulu." "Begini Bu, saya datang kemari khusus untuk bertemu Ibu," jawab sopan dan hati-hati. Anjar menatap Sadewa. "Oh iya, ada apa ya nak? Kok Ibu jadi was-was, apakah anak Ibu membuat kecewa atau kesalahan," tanya Anjar dengan rasa khawatir. "Oh tidak Bu. Justru saya datang kemari meminta restu, untuk menjadikan Layla kekasih saya, dan saya mohon doa Ibu karena saya akan mengikuti pendidikan sebagai pilot," sahut Sadewa sembari menunduk. "Masya Allah. Sebagai seorang Ibu, Ibu hanya mampu memberikan restu. Dan semoga apa yang Nak Sadewa niatkan di ijabah oleh Allah SWT. Amin." "Amiin ya robbal alamin, sebentar ya Bu!" Sadewa beranjak. Ia melangkah menuju mobilnya yang terparkir di jalan di depan rumah Layla. Ia mengambil paper bag dan plastik besar. Lalu kembali menuju kediaman Layla kembali. "Ini Bu oleh-oleh dari Mama, beliau menitip salam buat Ibu," Sadewa meletakkan paper bag dan plastik di atas meja. "Ya Allah Nak, kenapa mesti repot-repot. Waalaikum salam, salam kembali buat beliau ya?" jawab Anjar dengan tersenyum. "Iya Bu," jawab Sadewa sopan, ia kembali ke tempat duduknya semula. "Ayo di cicipi kuenya." Sadewa meraih puding ubi ungu terlihat sangat menggoda. "Wah Bu, manis dan kenyal pasti Ibu pandai memasak dan membuat kue," puji Sadewa. "Alhamdulillah Nak hanya masakan kampung yang bisa Ibu masak," ujar Anjar merendah. Sadewa tersenyum inilah salah satu alasannya menyukai keluarga Layla. Meskipun bukan orang berada, namun kehangatan keluarga yang mereka miliki tak dimiliki sebagian keluarga yang lain. Di halaman terdengar deru mesin kendaraan bermotor dan berhenti tepat di teras rumah. Anjar dan Sadewa mendengar kedatangan mereka. "Itu Layla dan Naysila!" seru Anjar sembari berdiri menyambut kepulangan anaknya. "Assalamu'alaikum Bu," Layla dan Naysila serentak mengucapkan salam. "Waalaikum salam," jawab Anjar dan Sadewa pun serentak. Layla dan Naysila memasuki rumah. Ia tertegun melihat Sadewa, ternyata benar dugaannya, ketika melihat mobil parkir di depan rumahnya. Layla mencium punggung tangan Ibunya, pun dengan Naysila melakukan hal yang sama. Kemudian ia pun mencium punggung tangan Sadewa dengan wajah memerah karena malu dan canggung. "Anak-anak Ibu udah pada pulang," ujar Anjar dengan raut wajahnya yang nampak sangat bahagia. "Iya Bu, Layla sama Adik mampir mengajar di panti terlebih dahulu," jawab Layla. Wajahnya bersemu merah kala tatapannya bertemu dengan tatapan Sadewa. "Ya sudah Ibu mau jaga warung dulu, Ibu tinggal dulu ya Nak!" pamit Anjar sembari membawa oleh-oleh dari keluarga Sadewa ke dapur. "Mas, Mbak! Nay masuk dulu ya?" pamit Naysila kepada mereka berdua. "Iya Dek nanti kita sholat berjamaah ya? Imamnya Mas Sadewa," ujar Layla. Naysila mengangguk lalu melangkah masuk. Sadewa tersenyum mendengar ucapan Layla, mereka saling tatap. Layla menundukkan kepala karena malu. Hatinya berbunga-bunga, begitu pun yang di rasakan oleh Sadewa. Ia merasakan kebahagiaan karena akhirnya ia berhasil menjadikan Layla kekasihnya yang kelak akan dinikahinya. Ia mengalahkan pesaing-pesaingnya di sekolah, bukan hanya dirinya yang ingin mendapatkan cinta Layla. Layla adalah primadona di sekolah. Hanya saja ia berasal dari keluarga sederhana. "Mas ... kok melamun sih, inget Saskia ya?" tanya Layla sembari bersungut. Sadewa tersentak ...! Namun kemudian ia terkekeh mendengar ungkapan Layla yang bernada cemburu. "Astaghfirullah, hehehe. Mas melamunin kamu bukan Saskia," jawab Sadewa seraya tersenyum. Layla menunduk menyembunyikan senyum dan debaran hatinya mendengar ungkapan dari Sadewa. "Yang bener aja Mas," cibirnya. "Demi Allah, disini hanya ada nama Layla yang terpatri!" sahut Sadewa menunjuk dadanya. "Gombal. Layla gak percaya Mas," kilahnya sembari memalingkan wajahnya karena malu. "Ya sudah kalau gak percaya," jawab Sadewa pura-pura marah. (Bersambung)7. Aku Merayu Tuhan. Naysila Menggoda Layla dan Sadewa. Penulis: Lusia Sudarti Part 7"Gombal. Layla gak percaya Mas," kilahnya sembari memalingkan wajahnya karena malu. "Ya sudah kalau gak percaya," jawab Sadewa pura-pura marah.๐น๐น๐น๐น๐น๐น๐น๐นSetelah mereka selesai sholat berjamaah, kemudian Layla menuju ke dapur menyiapkan makan malam bersama Anjar dan Naysila.Sadewa seorang diri di ruang televisi sambil menikmati kopi susu. "Dek, ini di potong kecil-kecil mentimunnya," titah Layla kepada Naysila. "Oke Mbak!" Naysila segera melakukan apa yang di perintahkan oleh Layla. "Ibu duduk manis aja," Layla tersenyum menatap Anjar yang telah selesai menggoreng ayam. "Iya Sayang, ini juga udah selesai kok," sahut Anjar sembari menarik kursi untuk duduk. "Seandainya Bapak masih ada, beliau pasti bahagia melihat kami berhasil lulus dengan nilai tertinggi," ujar Layla dengan raut wajah yang tiba-tiba sedih. Semua terdiam mendengar ucapannya. Anjar mengalihkan pandangannya kearah Sade
8. Aku Merayu Tuhan Sadewa Diculik. Penulis : Lusia Sudarti Part 8Saskia sontak menoleh kebelakang, kedua netranya membola sempurna ketika melihat seseorang yang berdiri di belakangnya. "Ss ... !" Ucapan Saskia terhenti seketika melihat Layla telah berdiri dan menahan tangannya yang akan memukul Naysila. "Aawww, sakit! Lepaskan tanganku Layla!" bentaknya. "Apa! Sakit! Lepas kalo kamu bisa!" jawab Layla yang semakin mengeratkan cengkramannya. Orang-orang berkerumun menyaksikan pertengkaran mereka. "Enggak menyangka ya, ternyata cewek cantik itu berani melawan Saskia yang sombong itu!" bisik mereka. "Iya betul," balas yang lainnya. Sementara Sadewa memantau mereka dan berjaga seandainya Saskia berbuat nekat. "Saskia, udah ayo kita pergi! Lihat mereka semua menyaksikan kalian!" bisik Mita ditelinga Saskia yang sedang meringis menahan nyeri dipergelangan tangannya karena ulah Layla. "Layla! Lepasin!" teriak Saskia dengan wajah menahan sakit. Dengan sekali hentakan Layla mel
9. Aku Merayu Tuhan Menjadi Santapan Dukun Cab*l Penulis : Lusia Sudarti Part 9Saskia seolah terhipnotis dengan tatapan Ki Suro. Ia menyambut uluran tangan Ki Suro dan mengikutinya menuju ke sebuah kamar ...!Saskia tak menolak ketika tangan kekar berkulit gelap tersebut menarik dan membawanya keatas pembaringan. Ki Suro mendekatkan wajahnya kearah Saskia. Lalu melumat bibir Saskia dengan rakus. Aroma tembakau memyengat dari bibirnya. Saskia tersentak menerima serangan Ki Suro yang begitu cepat. Ia berusaha menghindari wajah Ki Suro.Namun bukan Ki Suro namanya jika tak dapat meluluhkan Saskia. Dengan gerakan cepat ia naik keatas pembaringan dan menindih tubuh Saskia.Sumpah demi apa Saskia bukannya mengelak dan marah, ia malah menikmati dan tak sabar menanti serangan dan sentuhan Ki Suro. Ki Suro yang mengetahui mangsanya telah luluh dengan tersenyum miring penuh kemenangan segera melucuti semua pakaian yang menempel ditubuhnya. Meskipun Ki Suro telah berumur namun bentuk tub
10. Aku Merayu Tuhan Sadewa Masuk Jebakan Saskia. Penulis : Lusia Sudarti Part 10 Mita menikmati semuanya. Ia tak menyadari telah masuk dalam jebakan Ki Suro. Tak ada lagi yang dapat ia banggakan dari dirinya.Keperawanannya direnggut paksa oleh bandot tua yang doyan daun muda.๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ Di sebuah kamar Sadewa tersadar dari pingsan-nya. Ia mengedarkan tatapan keseluruh sudut ruangan. Sadewa akan beranjak dari kursi, namun dia baru menyadari jika kedua tangan dan kakinya terikat di kursi dan mulutnya tertutup lakban. Tak ada yang dapat Sadewa lakukan kecuali terdiam sembari mengumpulkan sisa tenaganya. Pengaruh obat bius membuatnya sedikit lemah.Kedua kaki dan tangan-nya terikat begitu kuat di kursi. Ceklek! Ceklek!Tiba-tiba terdengar suara kunci di putar, dan tak lama kemudian daun pintu terbuka. Sosok Saskia dan Mita memasuki ruangan dimana Sadewa disekap dengan tubuh terikat. Saskia tersenyum miring melihat Sadewa yang juga menatapnya penuh dengan kebencian. "Hai Sa
11. Aku Merayu Tuhan Penulis : Lusia Sudarti Karma Buat Saskia Part 11Kedua sahabatnya tertegun mendengar ucapan Layla! Siti dan Rahayu saling pandang. Mereka pun tak tau harus berbuat apa demi menghibur sahabatnya itu. Berhari-hari Layla larut dalam kesedihan. Ia selalu bersujud memohon petunjuk dari Sang Khaliq agar Sadewa segera ditemukan dengan tak kurang suatu apapun. Diatas sajadah ia menumpahkan segala risalah hatinya di sepertiga malam Layla selalu mendoakan Sadewa demi keselamatan kekasih hatinya.Sementara waktu terus berjalan! Hari lamaran yang telah disepakati kedua keluarga semakin dekat, namun Sadewa belum juga ditemukan. Keluarga besar Sadewa panik dan kebingungan karena hingga saat ini Sadewa belum kembali dan raib seolah ditelan bumi. ๐บ๐บ๐บ๐บ๐บ๐บ๐บSementara itu di tempat berbeda. Di villa di puncak Bogor, Sadewa yang telah terpengaruh guna-guna Saskia terlena dan tunduk bertekuk lutut dalam jerat cinta terlarang dari Saskia. Ia lupa segalanya, bahkan esok
12. Aku Merayu Tuhan. Pemakaman Saskia. Penulis : Lusia Sudarti Part 12Sementara mobil yang dikendarai Saskia ringsek dibagian kanan depan asap mengepul dari mobil miliknya.๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅTangis pilu mewarnai pemakaman Saskia di TPU Pondok Kelapa ...! "Saskiaa ... Anakku ... bangun Nak! Jangan tinggalin Mama Nak. Banguuun ...!" teriak Julia Ibunya Saskia diiringi dengan jerit pilunya yang begitu menyayat hati. Jhony sang Suami juga Ayah dari Saskia memeluk erat tubuh Istrinya itu dengan raut kesedihan yang tampak jelas. "Ini semua salah Papa, karena terlalu memanjakan-nya ...!" jerit Julia kepada Suaminya sambil memukul dada Jhony dengan kedua tangan-nya. "Sabar Ma, sabar! Papa juga begitu kehilangan Ma!" desisnya dengan wajah penuh rasa putus asa. Para pelayat mengangkat Jenazah Saskia untuk dikebumikan. "Ayo Pak Jono. Bapak dari depan, Pak Mahmud di tengah sedangkan saya bagian kaki. Bapak Jhony, silahkan turun untuk meng-adzani Jenazah Mbak Saskia!" ujar Pak Ahmad sembari me
13. Aku Merayu Tuhan. Keberadaan Layla Di Temukan. Penulis : Lusia Sudarti Part 13Sadewa kebingungan seorang diri dan jalan fikiran-nya tiba-tiba buntu tak dapat berfikir dengan jernih. 'Apa yang harus aku lakukan ..." 'Disaatku menatap langit ... Saat Sadewa termenung dalam kebingungan-nya tiba-tiba gawainya berbunyi, ia segera mencari-cari letak benda berlogo apel tersebut! Dan pandangan-nya berhenti di atas nakas. Ia melangkah kearah nakas dan meraih benda yang terus bergetar dengan nada panggilan dari penyanyi yang sedang naik daun 'Tri Suaka' Dilayar ponsel tertera ... Mama memanggil, lalu ia menggeser layar untuk menerima panggilan dari Mamanya. (Halo Ma ...) (Halo Dewa ... subhanaallah ... dimana kamu Nak! Mama khawatir sama kamu Sayang! Kemana saja kamu selama ini? Acara lamaran kamu gagal total Dewa ...) suara sedih dari seberang telpon terdengar begitu memilukan. (Apa Ma! Acara lamaran Dewa? Melamar siapa Ma ...? Dewa gak ngerti ah. Dewa di Bogor saat ini di Vill
14. Aku Merayu Tuhan. Menempuh Perjalanan Demi Sang Kekasih. Penulis : Lusia Sudarti Part 14 (SubhanaAllah Nak Dewa, benarkah yang Ibu dengar ini ....!) Akhirnya Sadewa, Indri, Naysila dan Anjar melakukan perjalanan kedaerah Jawa Tengah. Sadewa terlihat sangat bahagia begitupun dengan Indri, Anjar dan Naysila. Naysila sampai meminta ijin cuti untuk dua hari. Yah ... Naysila kini telah menjadi seorang perawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Hanya demi menjemput sang Kakak tercinta dia rela mengambil cuti untuk dua hari. Perjalanan mereka lumayan jauh jaraknya dan perjalanan dari Condet ke daerah Jawa Tengah. Namun masih sangat jauh dari Kota menuju ke Ponpes Darussalam. "Dewa pelan-pelan dong bawa mobilnya. Mama takut iihh ...!" titah Indri kepada Sadewa. "Ini udah pelan lho Ma! Lagi pula perjalanan kita masih sangat jauh. Dari pada kita kemalaman dijalan," sahut Indra yang tetap fokus mengemudi. "Kasihan Ibunya Layla juga Naysila itu lho!" imbuh Indri sambil memperhatikan
17. Aku Merayu Tuhan Pertemuan Dan Perpisahan Yang Mengharukan. Penulis : Lusia Sudarti Part 17 "Itu seperti Layla Mbak kamu Nay ...," seru Anjar dengan wajah berbinar.Sadewa hampir tak dapat menahan diri saat melihat pujaan hati yang telah lima tahun ia cari.Namun sinar matanya tiba-tiba meredup ketika melihat seorang lelaki yang berbicara dengan Layla dengan tatapan mesra.๐บ๐บ๐บ๐บ๐บ"Jadi bagaimana Ustadzah ... setuju tidak jika nanti malam sehabis melatih beberapa santri untuk bertilawah, kita mengadakan acara untuk merayakan tahun kelima Ustadzah Layla mengabdikan diri di Ponpes kita ini?" tanya Dika kepada Ustadzah Nurul disaat mereka sedang istirahat untuk menyantap makan siang mereka. "Eemm ... kalau saya sih setuju-setuju aja Ustadz Dika!" jawab Ustadzah Nurul sambil melirik kearah Layla sembari mengerlingkan kedua bola matanya.Ia faham betul jika Ustadz Dika mati-matian mengejar cinta Layla. Layla menangkap lirikan Ustadzah Nurul terhadap dirinya. "Oh rupanya para
16. Aku Merayu Tuhan. Siapakah Lelaki Tampan Itu? Penulis : Lusia Sudarti Part 16Suasana menjadi hening kembali dan semua larut dร lam fikiran masing-masing.๐น๐น๐น๐น๐น๐น๐นMereka memasuki Pekalongan kota yang juga terkenal dengan batiknya.Di pusat kota Sadewa mengemudi perlahan mencari lokasi hotel terdekat untuk mereka beristirahat karena lelah. Ia melirik arloji yang melingkar dipergelangan tangan-nya. 'Heem ... ternyata sekarang sudah jam 10 malam rupanya!" Sadewa menggumam sambil menoleh kearah Indri, Anjar dan Naysila yang terlelap dikursi masing-masing. 'Kasihan Mama, Ibu dan Naysila ... mereka pasti kelelahan." Sadewa kembali fokus mengemudi dan dari jauh ia melihat gedung megah yang berdiri di pusat kota Pekalongan. Untungnya lokasi hotel bintang 3 tersebut berada disisi kiri, jadi ia tak harus mencari jalan memutar untuk menuju kesana. Mobil berbelok dan memasuki halaman hotel dan seorang security memberikan ijin masuk setelah memeriksa mereka. "Ma ... Mama, bangun M
15. Aku Merayu Tuhan Layla Menerima Sebuah Surat. Penulis :Lusia Sudarti Part 15"Siapa dulu dong Mamanya! Ya kan Ma!" sahutnya sembari menatap Indri. Indri menjadi tersenyum mendengar pujian Sadewa. "Ooo ya jelas dong."โฃโฃโฃโฃโฃโฃPOV LAYLASementara itu disebuah Pesantren yang jaraknya jauh di daerah pelosok Jawa Tengah Layla yang selalu berusaha menyembuhkan luka hatinya yang tak kunjung sembuh dengan menyibukkan diri mengajar dan mendidik baca tulis Alqur'an Anak-anak maupun remaja. Sebisa mungkin ia menyembunyikan sakit hati yang dialaminya terhadap Sadewa.Meskipun ia berusaha untuk tetap tegar dihadapan semua orang namun dia tetaplah wanita yang rapuh. Layla tak pernah sekalipun mengungkapkan semua itu kepada siapapun termasuk sahabat yang telah dikenalnya lima tahun ini."Assalamu'alaikum Kak Ustadzah Layla ..." Layla terkejut mendengar sebuah panggilan dari arah belakangnya lalu ia pun menghentikan aktivitasnya mengangkat jemuran yang terletak di belakang rumah yang disedia
14. Aku Merayu Tuhan. Menempuh Perjalanan Demi Sang Kekasih. Penulis : Lusia Sudarti Part 14 (SubhanaAllah Nak Dewa, benarkah yang Ibu dengar ini ....!) Akhirnya Sadewa, Indri, Naysila dan Anjar melakukan perjalanan kedaerah Jawa Tengah. Sadewa terlihat sangat bahagia begitupun dengan Indri, Anjar dan Naysila. Naysila sampai meminta ijin cuti untuk dua hari. Yah ... Naysila kini telah menjadi seorang perawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Hanya demi menjemput sang Kakak tercinta dia rela mengambil cuti untuk dua hari. Perjalanan mereka lumayan jauh jaraknya dan perjalanan dari Condet ke daerah Jawa Tengah. Namun masih sangat jauh dari Kota menuju ke Ponpes Darussalam. "Dewa pelan-pelan dong bawa mobilnya. Mama takut iihh ...!" titah Indri kepada Sadewa. "Ini udah pelan lho Ma! Lagi pula perjalanan kita masih sangat jauh. Dari pada kita kemalaman dijalan," sahut Indra yang tetap fokus mengemudi. "Kasihan Ibunya Layla juga Naysila itu lho!" imbuh Indri sambil memperhatikan
13. Aku Merayu Tuhan. Keberadaan Layla Di Temukan. Penulis : Lusia Sudarti Part 13Sadewa kebingungan seorang diri dan jalan fikiran-nya tiba-tiba buntu tak dapat berfikir dengan jernih. 'Apa yang harus aku lakukan ..." 'Disaatku menatap langit ... Saat Sadewa termenung dalam kebingungan-nya tiba-tiba gawainya berbunyi, ia segera mencari-cari letak benda berlogo apel tersebut! Dan pandangan-nya berhenti di atas nakas. Ia melangkah kearah nakas dan meraih benda yang terus bergetar dengan nada panggilan dari penyanyi yang sedang naik daun 'Tri Suaka' Dilayar ponsel tertera ... Mama memanggil, lalu ia menggeser layar untuk menerima panggilan dari Mamanya. (Halo Ma ...) (Halo Dewa ... subhanaallah ... dimana kamu Nak! Mama khawatir sama kamu Sayang! Kemana saja kamu selama ini? Acara lamaran kamu gagal total Dewa ...) suara sedih dari seberang telpon terdengar begitu memilukan. (Apa Ma! Acara lamaran Dewa? Melamar siapa Ma ...? Dewa gak ngerti ah. Dewa di Bogor saat ini di Vill
12. Aku Merayu Tuhan. Pemakaman Saskia. Penulis : Lusia Sudarti Part 12Sementara mobil yang dikendarai Saskia ringsek dibagian kanan depan asap mengepul dari mobil miliknya.๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅTangis pilu mewarnai pemakaman Saskia di TPU Pondok Kelapa ...! "Saskiaa ... Anakku ... bangun Nak! Jangan tinggalin Mama Nak. Banguuun ...!" teriak Julia Ibunya Saskia diiringi dengan jerit pilunya yang begitu menyayat hati. Jhony sang Suami juga Ayah dari Saskia memeluk erat tubuh Istrinya itu dengan raut kesedihan yang tampak jelas. "Ini semua salah Papa, karena terlalu memanjakan-nya ...!" jerit Julia kepada Suaminya sambil memukul dada Jhony dengan kedua tangan-nya. "Sabar Ma, sabar! Papa juga begitu kehilangan Ma!" desisnya dengan wajah penuh rasa putus asa. Para pelayat mengangkat Jenazah Saskia untuk dikebumikan. "Ayo Pak Jono. Bapak dari depan, Pak Mahmud di tengah sedangkan saya bagian kaki. Bapak Jhony, silahkan turun untuk meng-adzani Jenazah Mbak Saskia!" ujar Pak Ahmad sembari me
11. Aku Merayu Tuhan Penulis : Lusia Sudarti Karma Buat Saskia Part 11Kedua sahabatnya tertegun mendengar ucapan Layla! Siti dan Rahayu saling pandang. Mereka pun tak tau harus berbuat apa demi menghibur sahabatnya itu. Berhari-hari Layla larut dalam kesedihan. Ia selalu bersujud memohon petunjuk dari Sang Khaliq agar Sadewa segera ditemukan dengan tak kurang suatu apapun. Diatas sajadah ia menumpahkan segala risalah hatinya di sepertiga malam Layla selalu mendoakan Sadewa demi keselamatan kekasih hatinya.Sementara waktu terus berjalan! Hari lamaran yang telah disepakati kedua keluarga semakin dekat, namun Sadewa belum juga ditemukan. Keluarga besar Sadewa panik dan kebingungan karena hingga saat ini Sadewa belum kembali dan raib seolah ditelan bumi. ๐บ๐บ๐บ๐บ๐บ๐บ๐บSementara itu di tempat berbeda. Di villa di puncak Bogor, Sadewa yang telah terpengaruh guna-guna Saskia terlena dan tunduk bertekuk lutut dalam jerat cinta terlarang dari Saskia. Ia lupa segalanya, bahkan esok
10. Aku Merayu Tuhan Sadewa Masuk Jebakan Saskia. Penulis : Lusia Sudarti Part 10 Mita menikmati semuanya. Ia tak menyadari telah masuk dalam jebakan Ki Suro. Tak ada lagi yang dapat ia banggakan dari dirinya.Keperawanannya direnggut paksa oleh bandot tua yang doyan daun muda.๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ Di sebuah kamar Sadewa tersadar dari pingsan-nya. Ia mengedarkan tatapan keseluruh sudut ruangan. Sadewa akan beranjak dari kursi, namun dia baru menyadari jika kedua tangan dan kakinya terikat di kursi dan mulutnya tertutup lakban. Tak ada yang dapat Sadewa lakukan kecuali terdiam sembari mengumpulkan sisa tenaganya. Pengaruh obat bius membuatnya sedikit lemah.Kedua kaki dan tangan-nya terikat begitu kuat di kursi. Ceklek! Ceklek!Tiba-tiba terdengar suara kunci di putar, dan tak lama kemudian daun pintu terbuka. Sosok Saskia dan Mita memasuki ruangan dimana Sadewa disekap dengan tubuh terikat. Saskia tersenyum miring melihat Sadewa yang juga menatapnya penuh dengan kebencian. "Hai Sa
9. Aku Merayu Tuhan Menjadi Santapan Dukun Cab*l Penulis : Lusia Sudarti Part 9Saskia seolah terhipnotis dengan tatapan Ki Suro. Ia menyambut uluran tangan Ki Suro dan mengikutinya menuju ke sebuah kamar ...!Saskia tak menolak ketika tangan kekar berkulit gelap tersebut menarik dan membawanya keatas pembaringan. Ki Suro mendekatkan wajahnya kearah Saskia. Lalu melumat bibir Saskia dengan rakus. Aroma tembakau memyengat dari bibirnya. Saskia tersentak menerima serangan Ki Suro yang begitu cepat. Ia berusaha menghindari wajah Ki Suro.Namun bukan Ki Suro namanya jika tak dapat meluluhkan Saskia. Dengan gerakan cepat ia naik keatas pembaringan dan menindih tubuh Saskia.Sumpah demi apa Saskia bukannya mengelak dan marah, ia malah menikmati dan tak sabar menanti serangan dan sentuhan Ki Suro. Ki Suro yang mengetahui mangsanya telah luluh dengan tersenyum miring penuh kemenangan segera melucuti semua pakaian yang menempel ditubuhnya. Meskipun Ki Suro telah berumur namun bentuk tub