Share

Bab 7

7. Aku Merayu Tuhan.

Naysila Menggoda Layla dan Sadewa.

Penulis: Lusia Sudarti

Part 7

"Gombal. Layla gak percaya Mas," kilahnya sembari memalingkan wajahnya karena malu.

"Ya sudah kalau gak percaya," jawab Sadewa pura-pura marah.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Setelah mereka selesai sholat berjamaah, kemudian Layla menuju ke dapur menyiapkan makan malam bersama Anjar dan Naysila.

Sadewa seorang diri di ruang televisi sambil menikmati kopi susu.

"Dek, ini di potong kecil-kecil mentimunnya," titah Layla kepada Naysila.

"Oke Mbak!" Naysila segera melakukan apa yang di perintahkan oleh Layla.

"Ibu duduk manis aja," Layla tersenyum menatap Anjar yang telah selesai menggoreng ayam.

"Iya Sayang, ini juga udah selesai kok," sahut Anjar sembari menarik kursi untuk duduk.

"Seandainya Bapak masih ada, beliau pasti bahagia melihat kami berhasil lulus dengan nilai tertinggi," ujar Layla dengan raut wajah yang tiba-tiba sedih. Semua terdiam mendengar ucapannya. Anjar mengalihkan pandangannya kearah Sadewa yang sedang menonton acara televisi seorang diri.

"Udahlah, Bapak telah bahagia disana," ucap Anjar membesarkan hati ke-dua putrinya yang memang dekat dengan almarhum suaminya.

Layla dan Naysila mengangguk dan menyelesaikan pekerjaan mereka.

"Mbak panggil Mas Dewa dulu dek. Tolong tuang air putihnya ya," ujar Layla.

"Siaap Mbak."

"Mas ayo kita makan," ajak Layla ketika telah tiba di ruang televisi. Sontak ...!

Sadewa pun menoleh kearah Layla. Ia tersenyum manis kepadanya.

"Ayo Mas buruan. Ditunggu Ibu sama Naysila di meja makan."

"Baiklah, ayo ..!" Sadewa mengikuti langkah Layla menuju meja makan.

"Ayo Nak Dewa kita makan," sapa Anjar ketika Sadewa dan Layla tiba.

"Iya Bu."

Mereka makan dengan lahap dan tak bersuara, hanya denting sendok dan garpu yang beradu dengan piring.

Sadewa selalu mencuri pandang kearah Layla.

Naysila yang yang usil, timbul keisengan nya untuk menggoda Sadewa.

"Mbak, Mbak! Lihat tuh di kemeja Mas Dewa ada kecoa," ujar Naysila sambil mengulum senyum.

Layla sontak terkejut, begitu pun dengan Sadewa yang langsung berdiri mendengar ucapan Naysila.

Klunting!

Suara sendok jatuh karena terlempar tanpa sengaja.

"Mana-mana Dek!" ujar Sadewa sembari berdiri.

Wajahnya terlihat begitu panik sambil mencari keberadaan lipas yang di maksud Naysila.

"Iya mana Dek?" tanya Layla sambil mengamati kemeja Sadewa.

"Nay, gak boleh begitu dong! Kan dosa," sahut Anjar, ketika melihat Naysila menutup mulutnya menahan senyum.

Serentak Sadewa dan Layla menatap Naysila yang terkekeh tanpa rasa bersalah.

"Hehehe. Maaf, habis Mas Dewa selalu mencuri pandang ke Mbak terus dan mengabaikan makanannya," sahutnya.

Anjar, Layla dan Sadewa saling pandang. Lalu mereka tertawa terbahak-bahak.

Sadewa menjadi kikuk saat Anjar berucap untuk membelanya.

"Kamu ini, suka iseng banget. Biarin aja Mas Dewa memandang Mbak."

Layla dan Sadewa menundukkan kepalanya menahan malu.

"Ayo tambah lagi nasinya Nak," titah Anjar kepada Sadewa.

"Sudah cukup Bu. Sudah kenyang," tolaknya secara halus.

Mereka menyelesaikan makan yang sempat tertunda akibat ulah Naysila.

"Bu, bolehkah saya mengajak Layla dan Naysila ke panti untuk merayakan acara kelulusan. Jika Ibu bersedia Ibu ikut serta bersama kami," ujar Sadewa.

Layla dan Naysila menatap Ibu mereka. Menanti jawaban dengan harap-harap cemas.

"Boleh. Tapi dengan catatan jangan pulang terlalu larut," jawab Anjar sambil menatap mereka bertiga.

"Ibu gak ikut?" tanya Layla dengan nada sedikit kecewa.

"Ibu di rumah saja, Ibu mau istirahat," sahutnya.

Layla dan Naysila mengangguk mendengar jawaban Anjar.

"Ya sudah, kalian berangkat aja. Nanti malah kemalaman."

"Layla mau cuci piring dulu Bu," sahutnya. Namun Anjar melarangnya.

"Udah biarin Ibu aja. Kalian berangkat aja."

"Layla ambil tas dulu!" ujarnya sambil berlalu.

"Naysila juga!" Naysila pun beranjak menuju ke kamarnya.

"Bu, Layla berangkat dulu ya."

Anjar mengangguk. "Hati-hati ya Nak."

"Nay juga Bu."

"Iya Sayang," sahut Anjar sambil menyalami dan memeluk kedua putrinya.

"Dewa pamit Bu!" ujar Sadewa sembari mencium punggung tangan Ibunda Layla.

"Hati-hati ya Nak. Ibu titip anak Ibu," pesan Anjar kepada Sadewa.

"Iya Bu. Dewa akan jaga mereka berdua," Sadewa menjawab dengan mantap.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakhatuh."

"Waalaikum salam warahmatullahi wabarakhatuh."

Mereka mengucapkan salam lalu melangkah menuju ke mobil.

Layla dan Naysila melambaikan tangan.

Tint!

Mobil melaju menembus keremangan jalan raya yang masih nampak ramai dan padat.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Musik mengalun lembut dari tape mobil yang dinyalakan oleh Sadewa.

Layla hanya terdiam menikmati syair dan musik.

'Aku coba merayu Tuhanku...

Syair lagu yang mampu membuat baper pendengarnya ...

Sementara Sadewa yang sedari tadi selalu mencuri pandang ke arah Layla.

Ia tersenyum dalam hati. 'Ya Allah, jaga selalu hatiku hanya untuk Layla hingga maut menjemputku, Amiin," Sadewa berdoa dalam hati.

"Eheem, heemm ...," Naysila kembali iseng, karena mendapati Sadewa yang terus mencuri-curi pandang dan senyum-senyum seorang diri.

Sontak Layla memutar tubuhnya lalu menatap Naysila yang yang tersenyum seolah tidak bersalah.

Sadewa melihat Naysila dari bayangan kaca spion. Naysila melihat tatapan Sadewa.

"Eh Mas Dewa, hehehe."

Sadewa tersenyum. "Sirik aja sih Adek Mas yang satu ini. Pamali ngintip orang pacaran, nanti ngiler lho ...," godanya.

Naysila menekuk wajahnya. "Ih nggak sirik ya. Mas Dewa tuh fokus ke jalan napa, ntar nabrak lho," sungutnya.

"Makanya cari pacar, biar gak gangguin Mas sama Mbak Layla hehehe," Sadewa terus menggoda Naysila.

Layla hanya senyum-senyum mendengar perdebatan antara Naysila dan Sadewa.

"Ih Nay punya pacar kok. Mas Dewa aja yang gak tau!" jawab Naysila dengan suara sedikit ketus.

"Oohhh yaaa."

Seketika Layla memutar tubuhnya dan kedua matanya membola.

Naysila yang keceplosan segera menutup mulutnya dengan jemari.

"Tapi bo-ong," kilahnya.

Layla menghela nafas perlahan, ia menjadi lega.

Di lampu merah Sadewa berhenti.

Mereka melihat para pedagang asongan, pengemis dan pengamen yang menawarkan jasa mereka. Satu anak kecil berusia sekitar delapan tahun berdiri diambil memegang gitar mini, lalu menyanyikan lagu.

Layla membuka kaca mobil lalu mengulurkan uang dua puluh ribu.

Dengan netra berbinar ia menerima uang pemberian Layla. "Makasih kak," ujarnya sambil mengulas senyum.

"Sama-sama cantik."

"Mas kita kemana dulu? kok jalan ini bukan menuju ke panti?" tanya Layla sambil menatap Sadewa yang sedang fokus mengemudi.

Ia menoleh ke arah Layla. "Kita ke mall dulu, membeli keperluan untuk kita di panti nanti," jawab Sadewa lembut.

Layla menganggukkan kepalanya.

Sementara Naysila wajahnya tiba-tiba sumringah mendengar ucapan Sadewa.

"Asyiiikk, bisa beli es cream!" teriaknya.

Layla dan Sadewa saling tatap, lalu mereka tertawa.

Sadar ia jadi bahan tertawaan, Naysila menekuk wajahnya kembali.

"Siapa juga yang mau beliin," goda Sadewa sambil mengulum senyum.

"Mas Dewa kan ganteng. Ya Mas ...," Naysila bersikap manja agar Sadewa mau membelikan es cream. Layla hanya senyum-senyum menanggapi sikap manja asiknya.

"Oke deh. Apa sih yang gak buat Adik Mas Dewa yang cantik ini," akhirnya hati Sadewa pun luluh.

"Yeesss, makasih Mas."

Layla dan Sadewa saling pandang lalu tersenyum.

Pusat perbelanjaan telah berada di depan mata. Sadewa turun dari mobil lalu membuka pintu untuk Layla. Mereka berjalan beriringan dan Naysila mengekor di belakangnya.

"Dek, ini credit card. Belanja semua kebutuhan untuk acara di panti ya!" Sadewa meraih jemari Layla dan memberikan kartu kredit di tangannya.

Layla mengangguk menerima kartu di tangannya.

Pengunjung mall begitu padat, banyak yang belanja, banyak juga yang hanya sekedar nongkrong sambil menikmati kopi dan es cream, ada juga yang ke wahana bermain bersama keluarga masing-masing.

Layla dan adiknya segera meraih troli yang tersedia dan mengambil keperluan untuk mereka.

"Mbak, Nay mau beli es cream dulu ya? Mbak gak pa-pa kan sama Mas Dewa," tanya Naysila.

"Iya Dek. Jangan lama-lama ya."

Naysila mengangguk lalu ikut antri untuk beli es cream favoritnya.

Tiba-tiba suasana menjadi riuh.

"Wah ada model yang sedang naik daun itu, namanya ... Saskia kalo gak salah," teriak dari salah satu ABG yang sedang antri.

"Mana, mana ...?" sahut yang lainnya.

"Minggir, minggir ..."

Suara sedikit kencang terdengar dari arah belakang.

Sontak ...!

Naysila memutar tubuh untuk melihat kegaduhan di belakangnya.

"Minggir ..."

Buugghh!

Bahu Naysila di tabrak oleh seseorang yang menyerobot antrian.

"Heeh, hati-hati dong kalo lewat ..."

Nayla terperanjat ketika ia menyadari bahwa yang menabraknya adalah Saskia.

"Kamu ...!"

"Kamu ...!"

Saskia pun tak kalah terkejut ketika cewek di samping kirinya yang ia tabrak adalah Naysila.

"Heehh, cewek sialan! Kenapa sih selalu menjadi bayangan kesialan gue. Mana Kakakmu yang sok cantik dan gat3l itu!" teriak Saskia.

Naysilla dan Saskia menjadi pusat perhatian para pengunjung mall.

"Saskia, hati-hati kalo bicara. Bukannya kamu yang kegat3lan!" teriak Naysila dengan wajah merah padam menahan amarahnya.

"Kenapa ...? Kamu malu punya Kakak yang harga dirinya rendah, serendah hidup kalian."

Naysila menatap orang-orang yang berkerumun menyaksikan pertikaian mereka, hatinya malu dan geram, mendengar penghinaan Saskia di depan umum.

"Jaga bicaramu Saskia. Kalo gak ...!"

"Kalo gak apa ...!"

Ucapan Naysila di potong oleh Saskia.

"Saskia, jangan mentang-mentang kamu sedang naik daun, lalu kamu seenaknya memaki-maki orang lain di depan umum. Aku rasa ini akan menjadi topik trending terkuaknya sifat asli kamu!" ujar Naysila sambil berdiri dengan santai dan melipat tangan di dada.

Saskia yang menyadari mereka menjadi pusat perhatian, bukannya berhenti namun semakin menjadi.

"Apa! Aku gak takut ... kamu mau ngancam aku ... !" Saskia mengangkat tangannya akan menampar Naysila. Namun sebelum keinginannya mencapai tujuan. Tiba-tiba ia merasakan tangannya berhenti dan...

Awww ..!

Saskia sontak menoleh kebelakang, kedua netranya membola sempurna ketika melihat seseorang yang berdiri dibelakangnya.

"Ss ...,"

(Bersambung)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status