3. Aku Merayu Tuhan
Saskia Mencari Perhatian. Penulis : Lusia Sudarti. Part 3 'Tunggu aja kamu Sadewa, aku tak akan pernah menyerah," umpat Saskia dalam hati sembari mengepalkan tangannya. ๐บ๐บ๐บ๐บ๐บ๐บ Sadewa mengantarkan sahabat karibnya hingga kedalam. Dirga dan para sahabatnya mencicipi hidangan yang tersedia di meja. Sadewa kembali keruang depan. Tepatnya di pintu depan, ia terlihat begitu gelisah. Kedua netranya tak terlepas dari pintu gerbang masuk ke kediamannya. Sementara diruang depan Saskia sibuk tebar pesona untuk menarik perhatian kedua orang tua Sadewa. "Hai Tante ...!" Saskia mencium punggung tangan Ibunya Sadewa lalu cipika-cipiki. "Hai Saskia. Makin cantik aja," sahut Indri. Ia menatap penampilan Saskia, pakaiannya terlalu terbuka. Sebagai seorang Ibu dan seorang wanita, ia merasa sedikit risih. Apalagi tamunya adalah para santri dan ustadzah. "Oh iya Saskia silahkan mencicipi semua hidangan yang tersedia, ajak serta teman-temannya ya?" ujar Indri. Ia tak ingin berlama-lama bersama Saskia. "Oh iya Tante, terima kasih!" sahutnya sambil meninggalkan Ibu Sadewa yang masih menatapnya. Indri hanya menggelengkan kepalanya sambil menuju ke arah ustadzah yang sedang berbincang dengan Bu Rt dan para santri yang lainnya di sudut ruangan yang lain. "Ayo Anak-anak silahkan dicicipi makanan, jangan sungkan ya?" ucap Indri dengan ramah. "Mari dicicipi hidangan kami yang sederhana ini Bu ustadzah," seru Bu Rt yang juga sahabat baik Indri. "Sederhana tetapi soal rasa tak kalah dengan masakan restauran bintang lima lho," sahut Indri sembari mengulas senyum. "Ah djeng Indri bisa aja," Bu Rt tersipu mendengar sanjungan Indri. "Iya Bu, ini sudah teramat mewah menurut saya," ujar Bu ustadzah dengan lembut. "Oh iya Bu ustadzah, ketring beliau cukup terkenal disini lho. Para pejabat sering menggunakan ketring beliau." "Alhamdulillah Bu, usaha jika dibarengi doa dan sedekah. Insyaallah akan menjadi berkah." "Amiin." ๐บ๐บ๐บ๐บ๐บ๐บ Sementara itu Layla dan Naysila terlambat karena keadaan jalan macet karena ada insiden kecelakaan di depan mereka. Triiing! Triiing! Triiing! "Dek angkat ponsel Mbak Dek," titah Layla ketika suara telpon terus berdering. Naysila segera meraih tas slempang Layla dan mengeluarkan ponsel untuk menerima telpon. (Halo assalamu'alaikum Mbak Siti) sapanya setelah panggilan tersambung. (Waalaikum salam Dek. Kok lama sekali ada apa dek?) sahut Siti terdengar cemas dari seberang telpon. (Enggak ada kok Mbak hanya saja di jalan kami terjebak macet, ada kecelakaan di depan kami, ini baru bisa maju Mbak.) jawab Naysila. (Oh ya sudah Dek, hati-hati di jalan ya?) sahut Siti lalu menutup panggilan. "Siapa dek?" tanya Layla sambil terus melajukan kendaraannya. Perlahan menembus kemacetan karena kecelakaan. Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Layla tiba di depan rumah Siti. Dari kejauhan Siti melihat kendaraan bermotor yang di kendarai Layla dan Naysila. Ia berdiri di pagar rumahnya. "Layla ...!" Siti melambaikan tangannya kearah Layla. Layla berhenti tepat di samping Siti yang telah menantinya. Ia pun telah memarkir kendaraannya di luar pagar rumahnya. "Ayo, kita sudah terlambat!" seru Layla kepada Siti. Siti pun mengangguk dan segera menyalakan motor meticnya. Mereka mengendara dengan beriringan. Jarak antara kediaman Siti dan Sadewa hanya sekitar lima menit jika di tempuh dengan kendaraan bermotor. Siti dan Layla telah memasuki gerbang kediaman Sadewa. Sadewa yang optimis jika Layla tak hadir terlihat begitu frustasi. Ia meninggalkan ruang depan, untuk bergabung dengan yang lain, karena acara inti akan di mulai. Di dalam, musik berirama lembut terus mengalun, dan kue tart ulang tahun Sadewa bertingkat tiga telah bertengger dengan sangat cantik. Dirga yang mengetahui kedatangan Layla sengaja tak memberitahu Sadewa karena ia ingin memberikan kejutan. "Dewa, ayo ikut gue!" Dirga menarik tangan Sadewa dan membawanya untuk berdiri di depan kue tartnya. Suara pemandu acara menggema membawakan susunan acara. "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakhatuh," suara pemandu dari seorang ustadzah terdengar begitu merdu. Dan semua membalas salam dari ustadzah tersebut. "Waalaikum salam warahmatullahi wabarakhatuh." "Sebelumnya saya mengucapkan ribuan terima kasih kepada Ibu Indriani dan Bapak Hendra yang telah mempercayakan saya untuk membawakan acara ulang tahun Mas Sadewa. Dan itu sebuah kehormatan bagi saya, dan kepada Allah SWT saya mengucapkan Puji dan syukur yang tak terhingga," ustadzah Uswatun membaca acara demi acara dan kini tiba acara inti. 'Selamat ulang tahun kami ucapkan dan alunan lagu dari Bondan Prakoso di putar, semua menikmati lagu yang mampu menghipnotis mereka. Ibu Indri dan Pak Hendra menghampiri Sadewa yang sedari tadi menyimpan kesedihannya. "Selamat ulang tahun Sayang. Semoga panjang umur dan murah Rizqi, dan apa pun yang menjadi harapan dan doa-doamu terkabul!" Sadewa memeluk sang Bunda dengan erat. "Amiin, terimakasih Mama," Sadewa mengurai pelukannya. Kemudian ia beralih memeluk sang Papa yang sedari tadi menatapnya dengan tersenyum. "Wah, putra Papa ternyata sudah besar ya. Jadilah lelaki yang penuh tanggung jawab dan tangguh," ujar Hendra, ia menepuk kedua bahu Sadewa setelah mengurai pelukannya. "Terimakasih Pa," sahutnya sembari mengulas senyum. Kini Rangga pun memeluk sang adik dengan hangat sambil membisikkan ucapan selamat ulang tahun adikku sayang. Kedua kakak beradik itu saling berpelukan dengan penuh kehangatan. Kue tart dipotong menandakan bahwa Sadewa telah genap berusia 17 tahun. Sadewa memberikan suapan potongan kue pertama kepada kedua orangtuanya, terakhir ia memberikan kepada Rangga. Sadewa pun menerima suapan dari kedua orangtuanya dan para sahabatnya. "Hai kakak, selamat ulang tahun ya? Oh ya kak, Saskia membawa kado nih. Mudah-mudahan kakak suka ya? Ini parfum mahal dari Paris lho," ujar Saskia dengan tanpa rasa malu sedikit pun hendak memeluk Sadewa. Namun Sadewa segera mengelak. Saskia yang mendapatkan penolakan seketika wajahnya berubah. "Terimakasih Saskia, seharusnya gak perlu repot-repot membawakan kado untukku," jawab Sadewa datar. Sahabat-sahabat Sadewa berbisik-bisik melihat ulah Saskia yang tanpa rasa malu merendahkan harga dirinya. "Ih, sampe segitunya ya Saskia," bisik Bayu. "Pemandangan gratis bro," celetuk Ardi. "Husst gak boleh gitu. Dosa ...," hardik Aji. "Enggak tau malu banget si Saskia itu. Aku malu sendiri melihatnya," sambung Puji. "Udah Saskia. Kamu sadar gak jika saat ini sedang menjadi bahan gunjingan mereka," bisik Viona di telinga Saskia. Ia merasakan tak enak hati karena semua tatapan menuju ke arah mereka. Keluarga Sadewa menahan malu melihat penampilan Saskia. Saskia memang seorang foto model yang sedang naik daun. ๐บ๐บ๐บ๐บ๐บ๐บ๐บ Ctek! Ctek! Ctek! Tiba-tiba lampu padam dan sorot lampu mengarah ke arah sosok yang yang melangkah dengan anggun. Layla sendiri nampak kebingungan ketika dirinya menjadi pusat perhatian. Semua pasang mata menatap sosok Layla. Sadewa yang sedari tadi tak mengetahui kehadiran Layla dari awal ia nampak terkejut. Ia terpesona dan bibirnya menyunggingkan senyum bahagia. Saskia yang menyadari kedatangan Layla serta menjadi pusat perhatian semua orang. Tiba-tiba wajahnya berubah. Giginya gemeletuk dadanya terbakar api cemburu. "Saskia Lo lihat si ulat bulu itu ternyata hadir," bisik Mita di telinga Saskia. "Kak selamat ulang tahun," ucap Layla ia menunduk malu, karena semua perhatian tertuju kepadanya. "Ciee, ciee ...," seru sahabat Sadewa. Layla semakin dalam menundukkan wajahnya. Jantung Layla seolah berhenti berdetak disaat tatapannya bertemu dengan tatapan Sadewa, tatapan penuh cinta. "Hei bro ...!" Dirga menepuk pundak Sadewa. Hingga Sadewa tergagap. Sontak ia menoleh kearah Dirga yang berdiri di sampingnya. "Sampai kapan Elu akan menggenggam tangan Layla. Belum muhrim bro ...," ledek Dirga. Sadewa pun tersadar ia buru-buru melepaskan genggamannya. Layla menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah. (Bersambung)4. Aku Merayu Tuhan Sadewa So Sweet. Penulis : Lusia Sudarti Part 4Layla menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah. ๐บ๐บ๐บ๐บ๐บ๐บ๐บ Saskia yang menyaksikan Layla dan Sadewa menjadi sangat geram dan ia meninggalkan kediaman Sadewa dengan sumpah serapahnya. Semua tak ada yang peduli dengan kepergian Saskia dan teman-temannya. "Tunggu pembalasanku Layla. Jangan merasa senang dulu, karena aku tak akan tinggal diam!" teriak Saskia.Ia tak peduli dengan tatapan tamu yang hadir. "Lihat bro, Saskia cemburu melihat Layla bersama kamu," bisik Dirga di telinga Sadewa. "Enggak ada bosennya emang, udah aku tolak berkali-kali masih gak jera," jawab Sadewa. Sementara itu Saskia menghampiri sahabatnya yang masih asyik mencicipi hidangan yang menggugah selera. "Hei, Mit. Elu mau pulang atau tinggal di sini, makan aja yang ada di fikiran ...!" hardik Saskia dengan suara menggema. Hingga menarik perhatian tamu yang lainnya. "Tunggu Saskia, aku belum mencicipi puding-pudingnya. Enak bange
5. Aku Merayu Tuhan Kesedihan Rangga. Penulis: Lusia Sudarti Part5 Bisa berabe jadinya jika Sadewa mengetahui isi hatinya, tentu ini akan membuatnya bersedih. Raut wajah Rangga memerah mendengar kata-kata Papanya, ia menundukkan kepalanya. "Tenang saja Papa akan tutup mulut," ujar Hendra sambil tersenyum simpul. "Kok Papa senyum-senyum gitu," tanya Rangga sambil menaikkan sebelah alisnya. "Kamu traktir Papa. Bukankah kalo harus tutup mulut itu ada upahnya, hehehe." Hendra terkekeh. Ia berhasil membuat putranya tersenyum. 'Kasihan sekali kamu Rangga, selama ini tak pernah sekali pun kamu mempunyai teman dekat atau kekasih. Kamu selalu menutup diri terhadap wanita yang jelas-jelas mengejarmu.Ternyata baru sekarang Papa tau, jika hatimu telah tertambat kepada seorang wanita. Namun sayangnya, kamu kalah bersaing dengan adikmu sendiri," batin Hendra. 'Di usiamu yang telah menginjak 25 tahun, kamu telah menjadi orang yang sukses sebagai seorang marinir." Wajah Hendra sedikit me
6. Aku Merayu Tuhan Kedatangan Sadewa Penulis Lusia Sudarti Part 6 "Oh iya Mbak ... Nay tadi rasanya mau mencabik-cabik wajah si Saskia itu lho!" ucap Naysila dengan suara ketus. "Enggak boleh begitu dong Adik Mbak yang cantik. Biarin aja Saskia mau berbuat apa, bilang apa, kita gak usah melayaninya," Layla menasihati adiknya dengan lembut. Sementara motor mereka memasuki sebuah bangunan panti asuhan yang sebagian bangunannya mulai rapuh, dan sebagian dalam tahap pemugaran. "Ayo turun Dek, kita sudah sampai!" seru Layla, ia berhenti di panti asuhan yang berhadapan langsung dengan pesantren. "Aduh ... selamat datang ustadzah Layla," seorang wanita paruh baya menyambut mereka dengan senyuman yang merekah menghiasi wajahnya yang masih nampak ayu. "Assalamu'alaikum," sapa Layla, ia mencium takzim punggung tangan Ibu panti Ibu Aisyah. "Waalaikum salam cah ayu," jawab Ibu Aisyah sembari mengulas senyum. "Mari cah ayu kita masuk, kebetulan Anak-anak sedang berkumpul di dalam," sam
7. Aku Merayu Tuhan. Naysila Menggoda Layla dan Sadewa. Penulis: Lusia Sudarti Part 7"Gombal. Layla gak percaya Mas," kilahnya sembari memalingkan wajahnya karena malu. "Ya sudah kalau gak percaya," jawab Sadewa pura-pura marah.๐น๐น๐น๐น๐น๐น๐น๐นSetelah mereka selesai sholat berjamaah, kemudian Layla menuju ke dapur menyiapkan makan malam bersama Anjar dan Naysila.Sadewa seorang diri di ruang televisi sambil menikmati kopi susu. "Dek, ini di potong kecil-kecil mentimunnya," titah Layla kepada Naysila. "Oke Mbak!" Naysila segera melakukan apa yang di perintahkan oleh Layla. "Ibu duduk manis aja," Layla tersenyum menatap Anjar yang telah selesai menggoreng ayam. "Iya Sayang, ini juga udah selesai kok," sahut Anjar sembari menarik kursi untuk duduk. "Seandainya Bapak masih ada, beliau pasti bahagia melihat kami berhasil lulus dengan nilai tertinggi," ujar Layla dengan raut wajah yang tiba-tiba sedih. Semua terdiam mendengar ucapannya. Anjar mengalihkan pandangannya kearah Sade
1. Aku Merayu Tuhan Bimbang! Penulis : Lusia Sudarti Part 1 "Ibuu ...," Layla berlari-lari kecil menghampiri Ibunya yang sedang melayani pembeli. Anjar sang Ibu sontak menoleh kearah Layla yang sedang menghampirinya.Layla pulang dari sekolah, ia berjalan kaki. karena jarak sekolah dengan rumahnya hanya sekitar lima ratus meter. "Ada apa Layla? Kok Anak Ibu kelihatannya begitu riang?" tanya Anjar dengan alis bertaut. Wanita tegar yang merawat kedua Anaknya seorang diri setelah suaminya meninggal empat tahun yang lalu. "Assalamualaikum Bu," Layla mengucap salam ketika telah berdiri di ambang pintu warung kecil-kecilan milik Ibunya. "Waalaikumsalam."Layla mencium tangan Ibunya dengan takzim. Setelah pelanggan warungnya pergi Layla meraih tangan Ibunya dan dibimbing menuju kursi di bagian dalam warung yang sederhana. Mereka berdua duduk di kursi.Layla membuka tas sekolahnya lalu mengeluarkan buku laporan pendidikan.Dan kemudian ia serahkan kepada Ibunya. Ibu Anjar menerima
2. Aku Merayu Tuhan Saskia Menahan Malu Atas Penolakan Sadewa. Penulis : Lusia Sudarti Part 2 Hening terasa setelah panggilan terputus. Kini Hati Layla pun kembali bimbang. Antara hadir dan tidak ..! ๐บ๐บ๐บ๐บ๐บ๐บ Setelah Siti meninggalkan kediamannya. Layla menerima telpon dari Ibu RT di mana Layla mengajar Iqro', memintanya untuk libur mengajar, Ibu RT akan menghadiri undangan ulang tahun Sadewa, serta mengantarkan ketring pesanan keluarga Sadewa. "Layla ..." Layla terperanjat ketika bahunya ditepuk lembut dan terdengar suara halus nan lembut sang Ibunda. "Oh Ibu, ada apa Bu!" sahut Layla, seraya mendongak menatap Ibunya. Ibu Anjar tersenyum lalu duduk di samping Layla, ia menatap seksama wajah putrinya yang nampak bimbang. "Ada apa? Seperti ada yang sedang mengganggu fikiranmu!" tanyanya pelan sambil mengusap kepalanya yang selalu tertutup hijab. Layla menundukkan kepalanya sembari memilin ujung hijab yang ia kenakan. Sebagai seorang Ibu, ia merasakan apa y