2. Aku Merayu Tuhan
Saskia Menahan Malu Atas Penolakan Sadewa. Penulis : Lusia Sudarti Part 2 Hening terasa setelah panggilan terputus. Kini Hati Layla pun kembali bimbang. Antara hadir dan tidak ..! πΊπΊπΊπΊπΊπΊ Setelah Siti meninggalkan kediamannya. Layla menerima telpon dari Ibu RT di mana Layla mengajar Iqro', memintanya untuk libur mengajar, Ibu RT akan menghadiri undangan ulang tahun Sadewa, serta mengantarkan ketring pesanan keluarga Sadewa. "Layla ..." Layla terperanjat ketika bahunya ditepuk lembut dan terdengar suara halus nan lembut sang Ibunda. "Oh Ibu, ada apa Bu!" sahut Layla, seraya mendongak menatap Ibunya. Ibu Anjar tersenyum lalu duduk di samping Layla, ia menatap seksama wajah putrinya yang nampak bimbang. "Ada apa? Seperti ada yang sedang mengganggu fikiranmu!" tanyanya pelan sambil mengusap kepalanya yang selalu tertutup hijab. Layla menundukkan kepalanya sembari memilin ujung hijab yang ia kenakan. Sebagai seorang Ibu, ia merasakan apa yang tengah difikirkan putri sulungnya tersebut. Anjar menghela nafas perlahan. "Ibu tau, kamu pasti bimbang kan ...? Antara ingin menghadiri undangan atau tidak." Layla mengangguk dalam diam, ucapan Ibunya memang benar. Tubuh Layla direngkuh dalam dekapan, jemarinya yang mulai nampak berkerut membelainya penuh kasih sayang. Layla membalas pelukan Ibunya. "Iya Bu," jawabnya singkat sembari menatap kedua netra Ibunya. "Heeemm, ikuti saja apa kata hatimu. Ibu yakin, itu adalah yang terbaik," lirihnya, bibirnya melengkung membentuk senyuman yang menyejukkan hati Layla. Wajah Layla di bingkai, ia menatap di kedalaman kedua bola mata Anak gadisnya itu, yang tampak sekali raut kecemasan yang sedang melanda hati Layla. "Baiklah Bu, Layla akan menghadiri undangan itu," jawabnya mantap. Layla kembali memeluk Ibunya, wanita hebat yang telah melahirkannya ke dunia, selalu mampu menghibur hatinya. "Ya sudah, sekarang bersiaplah Ibu akan kembali menjaga warung. Nayla sedang mencari kado," kata Bu Anjar lagi. Layla melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. "Masih ada waktu satu jam dari sekarang Bu, Layla bersiap dulu ya Bu!" ujarnya sambil berdiri. Setelah Ibunya beranjak menuju kedalam toko sembako, yang terpisah dari bangunan rumahnya. Layla pun melenggang menuju kedalam kamarnya. Dengan segera Layla membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Ia menunaikan sholat Dzuhur terlebih dahulu. πΊπΊπΊπΊπΊπΊπΊ Layla menarik laci dan meraih kotak kecil berwarna merah. Layla telah mempersiapkan sebuah kado, berupa arloji merk SEIKO yang tak seberapa mahal. Namun untuk mendapatkan arloji itu, ia harus menabung selama tiga bulan lamanya. Yah walau pun merk kw, namun harganya cukup menguras kantong. Harga satu juta lima ratus tak ada artinya, bagi mereka yang tak kekurangan finansial. Gaji yang tidak seberapa yang ia dapatkan sebagai tenaga pengajar ilmu agama. Sedang penghasilan dari berjualan online ia tabung untuk menambah biaya kuliahnya kelak. Dari hasil menulis, belum seberapa. Karena baru beberapa bulan ini ia tekuni. "Mbaaak ...!" Naysila berteriak dari luar kamar, hingga membuat lamunannya buyar seketika. Ceklek! Daun pintu terbuka, menyembul tubuh Naysila di ambang pintu. Nayla tersenyum hangat menyambut kedatangan Adik kesayangannya. "Gimana Dek, udah dapat kadonya?" tanya Layla. Naysila menjatuhkan bobot tubuhnya di kasur, sembari menggenggam kado di tangannya. "Sudah Mbak. Sila beli diary buat Mas Dewa. Kira-kira Mas Dewa suka gak ya Mbak?" tanyanya sedikit ragu. Layla tersenyum, ia menghampiri Adiknya. "Suka atau tidak urusan Mas Dewa. Yang penting kamu membelinya dengan tulus. Layla mengusap lembut pucuk kepala Adiknya dengan penuh kasih sayang. Naysila mendongakkan kepalanya, ia tersenyum kepada Layla. "Adek bersiap dulu, jangan lupa sholat. Mbak tunggu di depan ya?" titah Layla. Naysila mengangguk, dengan langkah lebar meninggalkan kamar Layla. Layla menatap punggung sang adik hingga menghilang di balik pintu. Naysila kini telah beranjak dewasa. πΊπΊπΊπΊπΊπΊπΊπΊ Layla mematut diri di cermin, memastikan bahwa penampilannya pantas untuk di pandang. Walau ia hanya mengenakan gamis yang tak terlalu mewah. Gamis berwarna hijau pupus atau hijau sage yang sedang viral saat ini, Khimar pun dengan warna senada dan make up natural yang menambah kesan elegant. Sepatu heels dengan warna yang sama, begitu pun dengan tas slempang cantik yang menggantung di bahunya. 'Heem cukup sudah," gumamnya seorang diri, ia melangkah dengan anggun menuju ruang tamu, dimana ia menunggu adiknya. 'Oh iya aku telpon Siti dulu deh." Layla meraih tas dan mengeluarkan benda pipih miliknya. (Assalamu'alaikum Sit) sapanya setelah tersambung. (Waalaikum salam Layla. Gimana, kamu hadir kan?) tanya Siti dengan suara yang terdengar ceria. (Eemm, gimana ya Sit, sepertinya aku tak bisa hadir deh) kilah Layla untuk menggoda sahabatnya itu. (Iihh bener-bener deh kamu Layla.) sungut Siti. 'Pasti wajahnya manyun saat ini, hehehe," gumamku. (Tapi bo,Ong. Hadir, hadir Sit. Kita barengan aja ya?) Layla terkekeh mendengar Siti ngomel. (Cius Lay ... beneran kamu hadir? Ya udah aku tunggu, aku udah siap nih.) (Iya, iya bawel. Aku nunggu Adikku, sebentar lagi otewe) ujar Layla, kemudian ia menutup sambungan telpon. Layla mendengar detak heels perlahan ia menoleh ke asal suara. "Masya Allah. Adiknya Mbak ternyata cantik banget deh," pujinya melihat Naysila, yang melangkah menuju kearahnya. Naysila pun mengenakan gamis berwarna sama dengannya. Mereka berdua seperti pinang dibelah dua. Sama cantik, meskipun mereka terpaut tiga tahun. Naysila pun terpesona melihat kecantikan sang kakak. Ia berdecak kagum. "Wah Mbak cantik banget!" ia menatap Kakaknya dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Ya udah yuk kita pamit sama Ibu," Layla menggandeng tangan Adiknya. Mereka melangkah beriringan menuju ke toko kelontong di depan rumahnya. "Assalamu'alaikum Bu." "Waalaikum salam. Masya Allah, kedua bidadari Ibu cantik-cantik sekali," sahut Anjar, sembari mengulurkan tangan kepada mereka berdua, untuk dijabat. Anjar memeluk satu-persatu Anak-anaknya. "Ya sudah! Berangkat sana ... hati-hati di jalan ya?" pesannya kepada kedua Putrinya. "Iya Bu, kami berangkat dulu. Assalamu'alaikum," ujar mereka sambil mencium punggung tangan Ibunya dengan takzim. πΊπΊπΊπΊπΊπΊ POV Sadewa Di kediaman keluarga Sadewa. Tamu-tamu telah berdatangan. Mereka yang hadir adalah teman-teman satu SMA dan Anak dari sahabat kedua orang tua Sadewa. Entah memang hanya sebuah kebetulan atau memang berjodoh. Sadewa pun mengenakan kemeja mewah berwarna hijau pupus atau hijau sage memang sedang booming saat ini. Dan di padu padankan dengan celana jeans katun berwarna hitam. Sepatu pantofel berwarna hitam. Penampilannya begitu sempurna. Musik berirama lembut mengiringi acara ulang tahunnya. Para pramusaji hilir mudik melayani tamu-tamu tuan rumah yang terus berdatangan. Sementara di ruang keluarga, Ibu Indriani dan Hendra Nugraha, orang tua dari Sadewa sedang berbincang serius membahas masalah bisnis keluarga mereka. "Pa bagaimana dengan bisnis garmen kita yang berada di daerah Bandung?" tanya Indriani kepada sang suami yang tengah menikmati secangkir kopi latte. "Alhamdulilah Ma, lancar dan aman," sahut Pak Hendra, ia menghisap rokok Marlboro dengan dalam, lalu menghembuskan dengan perlahan. Asap mengepul di ruangan berAC. "Ma, bagaimana dengan Sadewa Anak kita. Kira-kira ia akan tetap melanjutkan cita-citanya menjadi pilot?" tanya Hendra menatap seksama wajah istrinya. "Iya Pa! Sadewa sudah mendaftarkan diri di salah satu fakultas di kota ini dan ia telah memenuhi semua persyaratannya." Hendra manggut-manggut mendengar ucapan istrinya. "Hari ini Sadewa akan menyatakan cintanya kepada Layla Pa," sambung Indriani ia menatap suaminya yang juga sedang menatapnya. "Oh ya, bagus dong! Layla itu Anaknya baik, pekerja keras dan juga pandai," kedua bola mata Hendra nampak begitu bahagia, begitu pun dengan Indri ia sangat mendukung putranya yang ingin menjadikan Layla kekasihnya. Acara ulang tahun Sadewa meskipun tak terlalu mewah namun sangat meriah. Semua itu juga karena sahabat-sahabatnya, mereka dengan suka rela membantu semua kebutuhan untuk acara Sadewa. Di halaman rumah Sadewa yang terbilang luas, telah telah terparkir banyak sekali kendaraan roda dua mau pun roda empat, dan dari yayasan panti asuhan pun telah tiba. Mereka semua di sambut hangat oleh keluarga Sadewa. Sebuah mobil Pajero sport warna hitam metalik memasuki halaman rumahnya, Dirga sahabat Sadewa bersama teman-temannya keluar dari dalam mobil. Sadewa telah menantinya di halaman yang telah tertata apik. "Hai bro, gue kira lu gak bakalan datang!" sapa Sadewa, ia tersenyum ceria sambil memeluk sahabat-sahabatnya. "Selamat ulang tahun bro, semoga terkabul semua doa dan harapan, Amiin," ucap Dirga. "Amin, Yaa robbal 'alamin," jawab Sadewa. "Eeh bro, ngomong-ngomong gebetan lu dateng gak nih," tanya Dirga sambil celingukan kesana-kemari mencari sosok Layla. "Gue gak tau bro," sahut Sadewa dengan wajah yang tiba-tiba murung. Tiiintt! Tiinntt! Mereka berdua serentak menoleh kearah pintu gerbang, sebuah mobil sedan warna merah memasuki pelataran parkir. Lalu sosok wanita cantik nan sexy keluar dari mobil dengan keempat sahabatnya. "Bro lihat," bisik Dirga dengan gerakan dagu menunjuk kearah Saskia dengan para genknya. Sadewa hanya mengangkat bahu. "Ya elah, gue dateng gak ada sambutan spesial," ujar Saskia dengan sedikit angkuh. Saskia menuju ketempat Sadewa dan Dirga berada. "Selamat ulang tahun Kak," ujar Saskia yang tiba-tiba hendak menyosor Sadewa. Namun dengan sigap Sadewa menghindar. "Maaf Saskia, kita bukan muhrim. Dan terima atas ucapannya." Sementara Saskia kecewa dan malu menerima penolakan Sadewa. Dirga hanya mengulum senyum ketika Saskia menekuk wajahnya yang memerah. 'Tunggu aja kamu Sadewa, aku tak akan pernah menyerah," umpat Saskia dalam hati sembari mengepalkan tangannya. (Bersambung)3. Aku Merayu Tuhan Saskia Mencari Perhatian. Penulis : Lusia Sudarti. Part 3 'Tunggu aja kamu Sadewa, aku tak akan pernah menyerah," umpat Saskia dalam hati sembari mengepalkan tangannya. πΊπΊπΊπΊπΊπΊ Sadewa mengantarkan sahabat karibnya hingga kedalam. Dirga dan para sahabatnya mencicipi hidangan yang tersedia di meja. Sadewa kembali keruang depan. Tepatnya di pintu depan, ia terlihat begitu gelisah. Kedua netranya tak terlepas dari pintu gerbang masuk ke kediamannya. Sementara diruang depan Saskia sibuk tebar pesona untuk menarik perhatian kedua orang tua Sadewa. "Hai Tante ...!" Saskia mencium punggung tangan Ibunya Sadewa lalu cipika-cipiki. "Hai Saskia. Makin cantik aja," sahut Indri. Ia menatap penampilan Saskia, pakaiannya terlalu terbuka. Sebagai seorang Ibu dan seorang wanita, ia merasa sedikit risih. Apalagi tamunya adalah para santri dan ustadzah. "Oh iya Saskia silahkan mencicipi semua hidangan yang tersedia, ajak serta teman-temannya ya?" ujar Indri. I
4. Aku Merayu Tuhan Sadewa So Sweet. Penulis : Lusia Sudarti Part 4Layla menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah. πΊπΊπΊπΊπΊπΊπΊ Saskia yang menyaksikan Layla dan Sadewa menjadi sangat geram dan ia meninggalkan kediaman Sadewa dengan sumpah serapahnya. Semua tak ada yang peduli dengan kepergian Saskia dan teman-temannya. "Tunggu pembalasanku Layla. Jangan merasa senang dulu, karena aku tak akan tinggal diam!" teriak Saskia.Ia tak peduli dengan tatapan tamu yang hadir. "Lihat bro, Saskia cemburu melihat Layla bersama kamu," bisik Dirga di telinga Sadewa. "Enggak ada bosennya emang, udah aku tolak berkali-kali masih gak jera," jawab Sadewa. Sementara itu Saskia menghampiri sahabatnya yang masih asyik mencicipi hidangan yang menggugah selera. "Hei, Mit. Elu mau pulang atau tinggal di sini, makan aja yang ada di fikiran ...!" hardik Saskia dengan suara menggema. Hingga menarik perhatian tamu yang lainnya. "Tunggu Saskia, aku belum mencicipi puding-pudingnya. Enak bange
5. Aku Merayu Tuhan Kesedihan Rangga. Penulis: Lusia Sudarti Part5 Bisa berabe jadinya jika Sadewa mengetahui isi hatinya, tentu ini akan membuatnya bersedih. Raut wajah Rangga memerah mendengar kata-kata Papanya, ia menundukkan kepalanya. "Tenang saja Papa akan tutup mulut," ujar Hendra sambil tersenyum simpul. "Kok Papa senyum-senyum gitu," tanya Rangga sambil menaikkan sebelah alisnya. "Kamu traktir Papa. Bukankah kalo harus tutup mulut itu ada upahnya, hehehe." Hendra terkekeh. Ia berhasil membuat putranya tersenyum. 'Kasihan sekali kamu Rangga, selama ini tak pernah sekali pun kamu mempunyai teman dekat atau kekasih. Kamu selalu menutup diri terhadap wanita yang jelas-jelas mengejarmu.Ternyata baru sekarang Papa tau, jika hatimu telah tertambat kepada seorang wanita. Namun sayangnya, kamu kalah bersaing dengan adikmu sendiri," batin Hendra. 'Di usiamu yang telah menginjak 25 tahun, kamu telah menjadi orang yang sukses sebagai seorang marinir." Wajah Hendra sedikit me
6. Aku Merayu Tuhan Kedatangan Sadewa Penulis Lusia Sudarti Part 6 "Oh iya Mbak ... Nay tadi rasanya mau mencabik-cabik wajah si Saskia itu lho!" ucap Naysila dengan suara ketus. "Enggak boleh begitu dong Adik Mbak yang cantik. Biarin aja Saskia mau berbuat apa, bilang apa, kita gak usah melayaninya," Layla menasihati adiknya dengan lembut. Sementara motor mereka memasuki sebuah bangunan panti asuhan yang sebagian bangunannya mulai rapuh, dan sebagian dalam tahap pemugaran. "Ayo turun Dek, kita sudah sampai!" seru Layla, ia berhenti di panti asuhan yang berhadapan langsung dengan pesantren. "Aduh ... selamat datang ustadzah Layla," seorang wanita paruh baya menyambut mereka dengan senyuman yang merekah menghiasi wajahnya yang masih nampak ayu. "Assalamu'alaikum," sapa Layla, ia mencium takzim punggung tangan Ibu panti Ibu Aisyah. "Waalaikum salam cah ayu," jawab Ibu Aisyah sembari mengulas senyum. "Mari cah ayu kita masuk, kebetulan Anak-anak sedang berkumpul di dalam," sam
7. Aku Merayu Tuhan. Naysila Menggoda Layla dan Sadewa. Penulis: Lusia Sudarti Part 7"Gombal. Layla gak percaya Mas," kilahnya sembari memalingkan wajahnya karena malu. "Ya sudah kalau gak percaya," jawab Sadewa pura-pura marah.πΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉSetelah mereka selesai sholat berjamaah, kemudian Layla menuju ke dapur menyiapkan makan malam bersama Anjar dan Naysila.Sadewa seorang diri di ruang televisi sambil menikmati kopi susu. "Dek, ini di potong kecil-kecil mentimunnya," titah Layla kepada Naysila. "Oke Mbak!" Naysila segera melakukan apa yang di perintahkan oleh Layla. "Ibu duduk manis aja," Layla tersenyum menatap Anjar yang telah selesai menggoreng ayam. "Iya Sayang, ini juga udah selesai kok," sahut Anjar sembari menarik kursi untuk duduk. "Seandainya Bapak masih ada, beliau pasti bahagia melihat kami berhasil lulus dengan nilai tertinggi," ujar Layla dengan raut wajah yang tiba-tiba sedih. Semua terdiam mendengar ucapannya. Anjar mengalihkan pandangannya kearah Sade
8. Aku Merayu Tuhan Sadewa Diculik. Penulis : Lusia Sudarti Part 8Saskia sontak menoleh kebelakang, kedua netranya membola sempurna ketika melihat seseorang yang berdiri di belakangnya. "Ss ... !" Ucapan Saskia terhenti seketika melihat Layla telah berdiri dan menahan tangannya yang akan memukul Naysila. "Aawww, sakit! Lepaskan tanganku Layla!" bentaknya. "Apa! Sakit! Lepas kalo kamu bisa!" jawab Layla yang semakin mengeratkan cengkramannya. Orang-orang berkerumun menyaksikan pertengkaran mereka. "Enggak menyangka ya, ternyata cewek cantik itu berani melawan Saskia yang sombong itu!" bisik mereka. "Iya betul," balas yang lainnya. Sementara Sadewa memantau mereka dan berjaga seandainya Saskia berbuat nekat. "Saskia, udah ayo kita pergi! Lihat mereka semua menyaksikan kalian!" bisik Mita ditelinga Saskia yang sedang meringis menahan nyeri dipergelangan tangannya karena ulah Layla. "Layla! Lepasin!" teriak Saskia dengan wajah menahan sakit. Dengan sekali hentakan Layla mel
9. Aku Merayu Tuhan Menjadi Santapan Dukun Cab*l Penulis : Lusia Sudarti Part 9Saskia seolah terhipnotis dengan tatapan Ki Suro. Ia menyambut uluran tangan Ki Suro dan mengikutinya menuju ke sebuah kamar ...!Saskia tak menolak ketika tangan kekar berkulit gelap tersebut menarik dan membawanya keatas pembaringan. Ki Suro mendekatkan wajahnya kearah Saskia. Lalu melumat bibir Saskia dengan rakus. Aroma tembakau memyengat dari bibirnya. Saskia tersentak menerima serangan Ki Suro yang begitu cepat. Ia berusaha menghindari wajah Ki Suro.Namun bukan Ki Suro namanya jika tak dapat meluluhkan Saskia. Dengan gerakan cepat ia naik keatas pembaringan dan menindih tubuh Saskia.Sumpah demi apa Saskia bukannya mengelak dan marah, ia malah menikmati dan tak sabar menanti serangan dan sentuhan Ki Suro. Ki Suro yang mengetahui mangsanya telah luluh dengan tersenyum miring penuh kemenangan segera melucuti semua pakaian yang menempel ditubuhnya. Meskipun Ki Suro telah berumur namun bentuk tub
10. Aku Merayu Tuhan Sadewa Masuk Jebakan Saskia. Penulis : Lusia Sudarti Part 10 Mita menikmati semuanya. Ia tak menyadari telah masuk dalam jebakan Ki Suro. Tak ada lagi yang dapat ia banggakan dari dirinya.Keperawanannya direnggut paksa oleh bandot tua yang doyan daun muda.π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯ Di sebuah kamar Sadewa tersadar dari pingsan-nya. Ia mengedarkan tatapan keseluruh sudut ruangan. Sadewa akan beranjak dari kursi, namun dia baru menyadari jika kedua tangan dan kakinya terikat di kursi dan mulutnya tertutup lakban. Tak ada yang dapat Sadewa lakukan kecuali terdiam sembari mengumpulkan sisa tenaganya. Pengaruh obat bius membuatnya sedikit lemah.Kedua kaki dan tangan-nya terikat begitu kuat di kursi. Ceklek! Ceklek!Tiba-tiba terdengar suara kunci di putar, dan tak lama kemudian daun pintu terbuka. Sosok Saskia dan Mita memasuki ruangan dimana Sadewa disekap dengan tubuh terikat. Saskia tersenyum miring melihat Sadewa yang juga menatapnya penuh dengan kebencian. "Hai Sa
24. Aku Merayu Tuhan Hari Pernikahan Layla Dan Sadewa(Badai Pasti Berlalu) Penulis : Lusia Sudarti Part 24"Tuhan ... semoga Engkau memberikan kebahagiaan kepada Adik semata wayangku yang selama ini menderita. Dan aku memohon hilangkanlah rasa cinta ini untuk wanita yang aku cintai. Aku tahu perasaan ini berdosa!" lirihnya dengan kedua bola mata terasa mengembun. "Rangga ..."πΊπΊπΊπΊπΊπΊ"Iya Pa!" sahut Rangga seraya menoleh kearah suara. "Kenapa kamu disini Rangga! Temui Sadewa dan berikan selamat kepada Adikmu tersebut. Papa yakin kamu lelaki kuat dan tegar!" ucap Hendra kepada Rangga. Ia mengerti dan memahami perasaan apa yang ada dibenak putra sulungnya tersebut. "Papa tenang saja oke! Rangga pasti menemui Sadewa dan memberikan selamat kepada Adikku tersayang," jawabnya lembut dan tulus dengan sebuah senyum yang dipaksakan. Rangga tak menyadari jika sedari tadi Hendra sang Papa memperhatikan dirinya dari tempat duduknya. Setelah Sadewa dan Layla sungkem ia dan Istrinya dud
23. Aku Merayu Tuhan Proses Akad Nikah Sadewa dan Layla. Penulis : Lusia Sudarti. Part 23Tatapan-nya tertuju kearah ruangan yang kini tampak sepi. Sadewa, Indri dan Layla ternyata telah meninggalkan butik beberapa menit yang lalu. 'Awas aja kalian ... aku akan buat perhitungan!" gerutunya dalam hati, ia mengepalkan kedua tangan-nya dengan wajah geram."Eh Dira! Lagi ngapain kamu disitu? Lihat siapa sih kok nampak kesal begitu!" tegur Veronika yang telah berdiri dibelakangnya. Sontak ...! Dira berjingkat karena terkejut dan tidak menyadari jika Veronika telah berdiri dibelakangnya. "Astaga! Kakak membuatku kaget aja sih!" cebiknya dengan wajah kesal. "Siapa juga yang mengagetkan kamu Dira! Saya hanya bertanya kamu disini sedang apa dan kenapa wajah kamu terlihat kesal," jawab Veronika dengan kening bertaut. " E--eeng ... Enggak apa-apa! Aku habis dari toilet," jawabnya asal-asalan dan sedikit gugup. Ia takut jika Veronika mendengar perbincangan-nya denga Barjo. "Oh iya udah!
22. Aku Merayu Tuhan Dia Bidadari Hatiku Ma! Penulis : Lusia Sudarti Part 22"Baik Bu!" jawabnya sambil menebar pesona kearah Sadewa yang pura-pura tak melihatnya. Indri menatap Dira pegawai barunya itu dengan pandangan jengah karena ia menangkap suatu maksud terselubung dari gerak-gerik Dira yang menurutnya sedikit kurang sopan. Apalagi Dira selalu melirik Sadewa dengan diam-diam dan bahasa tubuh yang ia tunjukan. Setelah Dira masuk kedalam ruangan-nya Indri berucap kepada Sadewa yang sedang bermain ponselnya. "Dewa ... itu pegawai Mama yang baru, sepertinya dia ada hati dengan kamu!Mama enggak suka sekali melihat tingkahnya," ucap Indri dengan raut kesal. Sadewa menengadahkan kepalanya dan menatap kearah ruangan Indri lalu beralih menatap sang Mama yang juga sedang menatapnya. Sadewa mengangkat bahu tanda tak mengerti. "Dewa enggak tahu Ma! Dewa juga enggak memperhatikan dia," sahutnya sambil kembali bermain ponsel. "Iya ... Mama tahu kalau kamu gak tertarik atau tergoda
21. Aku Merayu Tuhan Terjebak Kemacetan. Penulis : Lusia Sudarti Part 21Anjar kembali ketempatnya semula, dimana ada beberapa tetangga yang sedang membantunya mempersiapkan makanan-makanan kecil di dapur. ππππππ "Alhamdulillah ya Ibu, akhirnya Neng Layla telah di temukan dan kini telah kembali.Sungguh mereka berdua memiliki cinta yang suci dan semoga rumah tangga mereka kelak akan langgeng Amiiinn!" ujar Bu Diah mantan Ibu RT yang selalu baik dan mendukung keluarga Layla. "Amiin Ya Allah ... semoga saja ya Bu," sahut Anjar sembari mengulas senyum.POV Layla Diperjalanan ... Sadewa dan Layla sedikit terjebak kemacetan, biasalah daerah Jakarta selalu identik dengan kemacetan. "Aduh Dek sepertinya kita akan sedikit telat nih tiba di Butik!" seru Sadewa yang masih tetap menjalankan kendaraan-nya perlahan karena kendaraan-kendaraan lain pengguna jalan mengular panjang di depan mereka. "Iya Mas ... kasihan Mama menunggu lama," jawab Layla sambil menatap kearah depan dengan
20. Aku Merayu Tuhan Mahar Sebesar, Tanggal, Bulan Dan Tahun Kelahiranku Ma. Penulis : Lusia Sudarti Part 20Namun mereka istirahat makan siang dulu di rumah makan lesehan Sindang Sari di Cadas Pangeran, mereka memutuskan melewati tol untuk menghindari kemacetan yang sering terjadi dijalur Pantura. Mereka menempuh perjalanan dengan sedikit cepat, mereka tak mengalami kendala apapun diperjalanan. Malam telah menggantikan siang, namun kehidupan kota seolah tak pernah istirahat, seolah tak pernah tidur.Sadewa mengantarkan Layla dan keluarganya hingga kekediaman mereka. πΊπΊπΊπΊπΊπΊ "Terima kasih Nak Dewa dan Ibu Indri ... saya tak tahu apakah saya bisa menemukan Layla kembali jika tanpa Nak Dewa dan Ibu Indri," ucap Anjar saat mereka berada di ruang tamu.Nampak sekali mereka begitu kelelahan. Layla terdiam dan menundukkan kepala. "Sama-sama Bu Anjar ... Layla sudah seperti Anak saya sendiri!" jawab Indri sambil tersenyum. "Minum dulu Bu!" Naysila membawa nampan berisi jus alp
19. Aku Merayu Tuhan Dalam Perjalanan Pulang! Penulis : Lusia Sudarti Part 19Dengan langkah sedikit gontai Sadewa menuju keruang tamu.πΉπΉπΉπΉπΉπΉKeluarga besar Pondok Pesantren Darussalam melepas kepulangan Layla dengan berat hati, bagaimanapun juga Layla banyak berjasa di Pondok Pesantren pimpinan Bapak Kyai Haji Abdulmanan tersebut. Mereka mengabadikan momen perpisahan dengan berfoto bersama seluruh santri dan santriwati beserta guru-guru mereka dihalaman Pesantren. Isak tangis mewarnai kepulangan Layla.Lambaian tangan mereka mengiringi perjalanan-nya, hingga mobil yang dikendarai Sadewa menghilang dari pandangan. Layla meninggalkan begitu banyak kenangan yang tak terlupakan dibenak para murid-muridnya, juga teman sesama guru. Dan yang paling menyedihkan, Layla membuat seseorang patah hati. Disebuah kamar sederhana namun sangat bersih dan rapi, Dika termenung seorang diri. Hatinya begitu sedih dan kini terasa hampa, karena wanita pujaan-nya telah kembali ke Kampung halam
18. Aku Merayu Tuhan. Naysila Tak Sengaja Bertabrakan Dengan Ustadz Dika. Penulis : Lusia Sudarti Part 18Ia seketika menoleh kebelakang. "Saya ijin ke toilet sebentar Ustadzah!" jawabnya sambil bergegas melangkah tanpa menunggu jawaban dari Ustadzah Nurul yang masih berada di tempat duduknya.πΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉUstadz Dika melangkah tergesa menuju kearah toilet yang berada dibelakang kantor. Sesekali ia menoleh kebelakang sambil mengusap wajahnya yang memerah menahan rasa sedih dalam hatinya. Berkali-kali ia menarik nafas berat dan menghembuskan perlahan. 'Aku tak menyangka jika Ustadzah Layla mempunyai seorang kekasih dan lebih tepatnya adalah tunangan-nya. Seorang pilot yang gagah dan tampan, jauh berbeda denganku yang hanya pemuda desa," lirihnya dalam hati. Brruugghh! "Aawww ..." Naysila yang saat itu baru saja keluar dari toilet tak menyadari jika ada seseorang yang menuju toilet tanpa memperhatikan jalan dihadapan-nya. Ustadz Dika terkejut bukan main ketika dirinya menabrak
17. Aku Merayu Tuhan Pertemuan Dan Perpisahan Yang Mengharukan. Penulis : Lusia Sudarti Part 17 "Itu seperti Layla Mbak kamu Nay ...," seru Anjar dengan wajah berbinar.Sadewa hampir tak dapat menahan diri saat melihat pujaan hati yang telah lima tahun ia cari.Namun sinar matanya tiba-tiba meredup ketika melihat seorang lelaki yang berbicara dengan Layla dengan tatapan mesra.πΊπΊπΊπΊπΊ"Jadi bagaimana Ustadzah ... setuju tidak jika nanti malam sehabis melatih beberapa santri untuk bertilawah, kita mengadakan acara untuk merayakan tahun kelima Ustadzah Layla mengabdikan diri di Ponpes kita ini?" tanya Dika kepada Ustadzah Nurul disaat mereka sedang istirahat untuk menyantap makan siang mereka. "Eemm ... kalau saya sih setuju-setuju aja Ustadz Dika!" jawab Ustadzah Nurul sambil melirik kearah Layla sembari mengerlingkan kedua bola matanya.Ia faham betul jika Ustadz Dika mati-matian mengejar cinta Layla. Layla menangkap lirikan Ustadzah Nurul terhadap dirinya. "Oh rupanya para
16. Aku Merayu Tuhan. Siapakah Lelaki Tampan Itu? Penulis : Lusia Sudarti Part 16Suasana menjadi hening kembali dan semua larut dΓ lam fikiran masing-masing.πΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉMereka memasuki Pekalongan kota yang juga terkenal dengan batiknya.Di pusat kota Sadewa mengemudi perlahan mencari lokasi hotel terdekat untuk mereka beristirahat karena lelah. Ia melirik arloji yang melingkar dipergelangan tangan-nya. 'Heem ... ternyata sekarang sudah jam 10 malam rupanya!" Sadewa menggumam sambil menoleh kearah Indri, Anjar dan Naysila yang terlelap dikursi masing-masing. 'Kasihan Mama, Ibu dan Naysila ... mereka pasti kelelahan." Sadewa kembali fokus mengemudi dan dari jauh ia melihat gedung megah yang berdiri di pusat kota Pekalongan. Untungnya lokasi hotel bintang 3 tersebut berada disisi kiri, jadi ia tak harus mencari jalan memutar untuk menuju kesana. Mobil berbelok dan memasuki halaman hotel dan seorang security memberikan ijin masuk setelah memeriksa mereka. "Ma ... Mama, bangun M