Share

Bab 4

4. Aku Merayu Tuhan

Sadewa So Sweet.

Penulis : Lusia Sudarti

Part 4

Layla menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Saskia yang menyaksikan Layla dan Sadewa menjadi sangat geram dan ia meninggalkan kediaman Sadewa dengan sumpah serapahnya.

Semua tak ada yang peduli dengan kepergian Saskia dan teman-temannya.

"Tunggu pembalasanku Layla. Jangan merasa senang dulu, karena aku tak akan tinggal diam!" teriak Saskia.

Ia tak peduli dengan tatapan tamu yang hadir.

"Lihat bro, Saskia cemburu melihat Layla bersama kamu," bisik Dirga di telinga Sadewa.

"Enggak ada bosennya emang, udah aku tolak berkali-kali masih gak jera," jawab Sadewa.

Sementara itu Saskia menghampiri sahabatnya yang masih asyik mencicipi hidangan yang menggugah selera.

"Hei, Mit. Elu mau pulang atau tinggal di sini, makan aja yang ada di fikiran ...!" hardik Saskia dengan suara menggema. Hingga menarik perhatian tamu yang lainnya.

"Tunggu Saskia, aku belum mencicipi puding-pudingnya. Enak banget tau ...!" seru Mita dengan mulut penuh makanan. Ia berlari tergopoh-gopoh menyusul Saskia, Viona, Rani dan Intan.

"Lihat, Saskia yang arogan itu cemburu melihat Sadewa lebih memilih Layla," bisik-bisik tamu yang lain.

"Apaaa bisik-bisik ...! Mau aku cabik-cabik tuh mulut!" bentak Saskia dengan tatapan berkilat. Semua hanya diam tak ada yang tertarik untuk meladeninya.

"Huuu, dasar tukang makan kamu," sungut Viona sembari menyentil kening Mita.

Mita hanya mencibir menerima sentilan Viona.

Mereka meninggalkan halaman rumah Sadewa, dengan perasaan dongkol.

Terutama Saskia yang menjadi bahan olok-olokkan tamu yang lain karena sikap agresif dan arogannya.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Sementara Sadewa mengambil sesuatu dari dalam kantong celana panjang yang dikenakannya.

Dia menggenggam sebuah kotak kecil berwarna merah.

"Layla ... !"

Terdengar suara bariton dari Sadewa memanggil namanya. Layla yang selalu menundukkan kepala, kini ia menengadahkan wajahnya, menatap Sadewa dengan jantung berdebar, seolah akan keluar dari tempatnya.

"Layla, maukah kamu menjadi pacarku," tanyanya dengan posisi berlutut di hadapan Layla seraya memberikan sebuah cincin berkilau. Suara Sadewa bergetar.

Layla terpaku, ia diam seribu bahasa.

Dan semua yang hadir tak ada yang bersuara, mereka ikut merasakan ketegangan yang di rasakan oleh Layla.

"Terima, terima, terima!" tiba-tiba suasana menjadi riuh, mereka meneriakkan kata terima.

Layla pun mengedarkan pandangannya ke semua yang hadir.

Tiba-tiba tatapannya bersirobok dengan Ibu Sadewa.

Ibu Sadewa memberi kode dengan anggukan kepala kepada Layla, dan senyum itu menjadikan kekuatan kepada Layla.

Layla menatap Sadewa, lalu ia menundukkan kepalanya. Kemudian ia mengumpulkan segenap keberaniannya.

Layla menganggukkan kepala, dan semua bersorak-sorai.

Sadewa hampir pingsan karena takut Layla akan menolaknya.

Namun, akhirnya ia melompat tanpa sadar.

"Yeeesss."

Semua tamu undangan dan kedua orangtuanya tertawa terbahak-bahak, melihat Sadewa yang tanpa sadar berbuat di luar kesadarannya.

Sadewa tak peduli, ia menyematkan cincin di jari manis Layla. Tepuk tangan riuh menggema dari semua tamu-tamu yang hadir.

Para sahabatnya, Siti, Puji, Rahayu dan Naysila semua berdiri mengelilingi mereka berdua.

Kemudian mereka menikmati kue-kue yang terhidang di meja.

"Layla, selamat ya akhirnya kamu jadian juga dengan Sadewa," kata Puji sambil tersenyum bahagia.

"Iya Layla, selamat ya. Tau gak jantungku hampir copot tadi lho," seloroh Siti, semua terkekeh mendengar kata-katanya.

"Suueeerrr tekewer-kewer lho. So sweet bingit Kak Sadewa itu," sahut Rahayu sambil merem-melek.

Layla tersenyum menanggapi semua ucapan sahabat-sahabatnya itu.

"Makasih ya."

"Layla ... !"

Layla dan semua sahabatnya menoleh ke arah suara. Dari kejauhan Ibunda Sadewa melambaikan tangan ke arah mereka. Serentak mereka menghampiri Ibunda Sadewa.

"Iya Tante ada apa ... ?" tanya Layla dengan sopan.

"Ayo kita makan bareng ustadzah Uswatun dan para sahabat kalian di sana," sahut Indri, Ibunda Sadewa dengan ramah.

Indriani menggenggam tangan Layla.

Sahabat-sahabatnya mengiringi dari belakang sambil berbisik.

"Duh Layla beruntung sekali punya camer baik hati," bisik Rahayu di telinga Siti.

"Emang kamu, selamanya jomblo," balas Siti.

Sementara yang lain hanya tersenyum.

"Layla, kamu tambah cantik aja," seru ustadzah Uswatun.

Layla tersenyum malu mendengar pujian dari ustadzah Uswatun yang selalu mengajarkan ilmu agama sewaktu ia masih menjadi santri hingga akhirnya menjadi tenaga pengajar juga.

"Ah ustadzah bisa aja," kata Layla.

Semua tamu undangan yang terdiri dari anak-anak yatim dan teman-teman mereka menyantap hidangan yang tersedia.

Terakhir acara, keluarga Sadewa memberikan bingkisan untuk anak-anak yatim dari yayasan.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Kini hanya Layla dan para sahabatnya dan juga sahabat-sahabat Sadewa yang masih berada di kediaman Sadewa. Mereka bercerita bertukar cerita dan mengenang masa-masa SMA yang tidak akan pernah mereka lupakan.

Sementara itu Layla dan Sadewa memisahkan diri dari mereka.

Sadewa membahas masalah serius diantara mereka.

"Layla ... ," Sadewa menjeda sejenak ucapannya.

"Heem, iya Mas ...," Layla menoleh kepadanya.

"Apakah kamu akan sabar menantiku kelak ...?" tanya Sadewa sambil menatap lembut wajah Layla, yang selama ini selalu terbayang di pelupuk matanya.

Sejenak Layla termenung, ia menatap jauh menembus keluar rumah.

"Insyaallah Mas, insyaallah aku akan menanti Mas Sadewa, jika Mas juga sabar menantiku," sahut Layla.

"Mas, jadi ambil jurusan pilot ...?" tanya Layla.

"Iya, Mas sudah mengurus surat-suratnya," jawab Sadewa.

Sementara itu di kejauhan, di sebuah tempat. Rangga memperhatikan Layla dan Sadewa.

Hatinya sedih sekali. Karena ia pun tak menyangka jika Sadewa pun menaruh hati pada Layla.

'Mas akan berdoa buat kebahagiaan kamu, meskipun hati Mas sakit," lirih Rangga.

Tanpa ia sadari air matanya menetes itu menandakan hatinya terlalu sedih.

'Biarlah aku akan menyimpan namamu di lubuk hatiku yang terdalam. Dimana semua orang tak akan mengetahuinya.

Kecuali aku sendiri dan Allah ...!

Hendra tanpa sengaja mendengar curahan hati putra sulungnya. Ketika ia akan menuju ke kamar pribadinya untuk berganti pakaian.

'Ternyata kedua putraku menaruh hati kepada wanita yang sama selama ini," batin Hendra.

Ia merasakan kesedihan yang Rangga rasakan. Namun bukankah Sadewa yang telah menjadi pemenangnya dalam memperebutkan hati Layla.

Hendra memutuskan untuk menghampiri Rangga putra sulungnya dan akan menghiburnya.

Ia menepuk pundak Rangga perlahan.

Sontak ...!

Uhuk, uhuk!

Rangga tersentak hingga ia tersedak jus yang sedang di sesapnya.

"Pa-pa ...," seru Rangga sambil menatap Hendra.

"Hehehe. Ikhlaskan Layla bersama adikmu, bukankah ini adalah persaingan sehat bukan ... nah Sadewalah yang memenangkan hati Layla. Maka kamu harus berbesar hati untuk merelakannya," sahut Hendra, ia menasihati Rangga.

Rangga terkejut dari mana Papanya mengetahui semuanya. Bisa gaswat jika Papanya keceplosan.

"Papa tau bagaimana sedihnya hatimu, karena dahulu Papa pernah mengalami dan merasakan apa yang kamu rasakan. Sebelum mendapatkan Mama, Papa pernah frustasi, karena yang berlomba-lomba untuk mendapatkan cinta Mama begitu banyak, namun karena kekuatan cinta dan doa-doa yang Papa panjatkan, akhirnya Mama memilih Papa yang gak se level dengan Mama," ujar Hendra panjang lebar.

Rangga mendengarkan cerita Papanya dengan seksama.

"Papa hutang cerita kepada Rangga," sahutnya.

"Iya lain kali Papa akan cerita."

Bisa berabe jadinya jika Sadewa mengetahui isi hatinya, tentu ini akan membuatnya bersedih.

(Bersambung)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status