Beranda / Romansa / Aku Mau Cerai, Mas! / Bab 1 Misi Bercerai dengan Bram

Share

Aku Mau Cerai, Mas!
Aku Mau Cerai, Mas!
Penulis: Tricya

Bab 1 Misi Bercerai dengan Bram

"Mas Bram, Liyah kangen banget sama Mas. Malam ini Mas Bram manjain Liyah lagi dengan brutal. Mas pasti rinduin Liyah kan? Kok ganggu Liyah terus sih dalam mimpi?" Ucap seorang wanita pada ponsel ditangannya.

Wanita itu terkikik geli, ia memutar ulang pesan suara yang telah dikirimkan pada suaminya itu.

Lalu bergidik ngeri dan jijik mendengar suara manjanya sendiri.

Akan tetapi, wajahnya tersenyum dengan puas. Setiap hari, pagi, siang, dan malam ia tak pernah absen menyapa suaminya itu.

Jika seseorang pernah melihat room chatnya dengan orang yang berlabelkan 'Om-om Tua Penculik Akoh', mereka akan dibuat kagum dengan kegigihannya dalam menggapai suami yang setinggi dan sedingin gunung everest itu.

Pasalnya dari oktober 2021 hingga Januari 2024, sejak kontak saling tersambung, tak ada satu pun pesan yang mendapatkan balasan kembali!

"Mbak Liyah cepat! Sutradara udah manggil dari tadi!" panggil seorang perempuan dengan panik.

"Ah, tunggu-tunggu."

Dengan cepat Aliyah menyimpan ponselnya, menambahkan sedikit lipstik merah pada bibirnya. Lalu berlari kecil menuju ruang studio.

Romi Rahadi, sutradara ternama industri perfilman saat ini, menggelengkan kepala dengan lesu.

"Hais ..." ringisnya saat melihat sang model cantik itu.

Bukan karena kagum!

Tapi karena merasa sedih, ia dapat membayangkan bagaimana hancurnya film layar lebarnya kali ini.

Ia akui dengan sangat bersungguh-sungguh, bahwa Aliyah sangat berbakat sebagai seorang model.

Pamornya sebagai model pakaian sangat terkenal, banyak sekali merek-merek besar yang memburunya. Tapi wanita centil itu suka sekali menerima merek pakaian seksi.

Didukung dengan kurva tubuh yang seperti gitar spanyol itu, tak heran jikalau kariernya sebagai model pakaian melejit tinggi.

Tapi itukan model, bukan sebagai aktris!

Kenapa harus dirinya yang menjadi korban pertama, menerima seorang gadis yang ingin bermain-main menjadi seorang aktris. Dari mana datangnya keterampilan akting?

"Oke, kita mulai scene 31," ucapnya dengan lesu.

Ia terlalu malas untuk memberi saran adegan kepada wanita itu. Sama saja dengan memainkan biola dihadapan sapi!

Mengkode kameramen untuk segera bersiap-siap.

"Camera roll action!" ucap Romi.

Aliyah segera menyesuaikan dirinya. Peran yang didapatkannya pada film itu adalah sebagai seorang penderita leukemia yang menyedihkan, pemeran kedua ini akan mati tepat pada saat sang suami menikah dengan pemeran utama wanita.

Kali ini pada scene ke-31, memerankan akting sebagai Ayumi, ia yang telah lama sakit dan dalam keadaan lemah, dengan sengaja berdandan untuk menyambut sang suami pulang, dan menyiapkan malam musim semi yang indah.

Pintu villa terbuka, seorang pria berjas hitam masuk dengan langkah besar. Raut bahagia segera terpasang di wajah Aliyah, berlari kecil mendekat kepada pria itu, dan segera memeluk pinggangnya.

"Mas Bray, selamat datang ... Yumi punya kejutan malam ini," bisik Aliyah tersenyum dengan lembut pada Jery, sang aktor yang berperan sebagai suaminya itu.

Dari awal Aliyah memulai hingga sampai sekarang ini, Romi dibuat ternganga takjub.

Apakah ini masih seorang pemula yang ia katakan tadi?

"Oke ... Bagus ..." ucapnya bersemangat.

Aliyah tetap fokus pada perannya, "Mas Bray pasti suka," ucapnya lalu tersenyum dengan wajah tersipu malu, bersandar dengan manja pada aktor itu.

Sutradara mengerutkan keningnya saat melihat sang aktor yang terpaku dan tidak memerankan skrip miliknya.

"Cut!"

Teriakan Romi menggelagar seisi studio.

"Jery! Bray harus berwajah dingin, melepaskan tangan Yumi, lalu mengatakan penolakan yang kejam seperti yang ada di skrip! Lalu ada apa wajah konyol kamu itu?" Sang sutradara itu tak segan mengkritik aktornya.

Jery tersadar kembali setelah mendapatkan bentakan itu. Ia menggelengkan kepala dan memijit pelipisnya.

Bagaimana bisa ia mengalami hal yang seperti tadi?

Tak biasanya ia tak fokus. Tapi tadi ia sedikit salah fokus dengan kecantikan aktris lawan mainnya itu.

Padahal ia sudah bersiap diri sebelumnya.

Kecantikan Aliyah yang memiliki bibir merah, dan bergaun tidur merah merekah yang senada membuatnya hilang kendali.

Apalagi saat wanita itu berlari kepadanya dan menatapnya dengan lembut.

"Maaf, Bang Rom. Gue tadi masih belum siap," ucap Jery menyesal pada Romi.

Romi kembali menduduki bangkunya, "Oke, sekali lagi. Camera action!"

Kali ini scene itu sukses diambil. Romi berdiri dengan tepuk tangan yang keras.

"Bagus! Pertahankan kerja kalian. Aliyah saya gak menyangka kalau kamu sangat berbakat di dunia akting."

Dewi, asisten pribadi Aliyah segera membawakan mantel tertutup untuk artisnya itu.

"Kalau gitu kapan-kapan bisa dong Aliyah jadi pemeran utama wanita?" canda wanita itu mengangkat sebelah alisnya.

Candaan itu mendapatkan balasan tawa senang dari Romi.

"Oke ... kita lihat gimana kerjaan kamu kedepannya, dan tunggu kabar baik dari saya."

Scene Aliyah hanya satu itu hari ini, dibantu oleh Dewi dengan cepat ia membersihkan riasan dan mengganti bajunya dengan gaun kuning pucat yang ia pakai sebelumnya.

"Mbak Aliyah hebat banget! Dewi gak nyangka kalau Mbak bisa akting sebagus itu," puji Dewi sambil membantu melepaskan anting berlian dari telinga Aliyah.

Aliyah mengoleskan bedak tipis, dengan berbangga berkata pada Dewi melalui cermin rias.

"Aku udah bilang kan, gak yang gak bisa dilakukan oleh seorang Aliyah."

Dewi menganggukkan kepalanya cepat, memang benar apa yang dikatakan artisnya itu. Tiba-tiba teringat sesuatu olehnya dan menghentikan anggukannya.

"Gak. Masih ada satu yang gak bisa Mbak Aliyah lakuin!" ucap Dewi dengan menggebu-gebu.

Aliyah mengerutkan keningnya, berpikir keras akan apa hal itu.

Berbalik melihat kepada Dewi, ia bertanya "Apa?"

Dewi menggigit bibir bawahnya, "Mbak Aliyah masih belum bisa nakhlukin Pak Bram." cicit Dewi kecil.

Melihat pada sekitarnya Dewi menghela napas lega, saat tak melihat seorang pun disana.

Ini adalah rahasia besar model kecantikan yang sedang naik daun itu, Aliyah sudah memiliki seorang suami!

Aliyah tertawa ringan mendengarnya, ia merasa lucu dihatinya, asistennya itu tak tau saja dengan keadaan yang sesungguhnya.

Senyum miring terbit di wajah wanita itu. "Kamu gak tau aja, aku udah sukses menjalankan misi sejati."

Mempercepat waktu Dewi membantu menyisir rambut sang majikan.

"Misi sejati?" tanyanya dengan bingung.

"Hn ... misi menjauhi om-om tua itu."

Dewi menggelengkan kepalanya, raut khawatir terpampang segera. Melihat dengan khawatir pada artisnya itu.

"Mbak Aliyah gak sakit kan?" tanyanya sambil meletakkan punggung tangannya ke dahi Aliyah.

Jangan sampai majikannya itu putus asa dan menjadi gila karena telah ditinggalkan tanpa kabar selama 3 tahun oleh suaminya.

Aliyah memutar matanya, menghembuskan napas lelah.

"Gak mungkinkan Mbak menjauhi Pak Bram dengan cara nunjukin perhatian dan cinta yang membara itu."

Aliyah tersenyum miring, "Itu sengaja, biar dia ilfeel, and you see .... dia gak pernah pulang sekalipun."

Rahang Dewi jatuh, matanya membola besar, dan menghirup napas tertahan.

Apalagi saat mendengar kata-kata selanjutnya dari Aliyah, ia dibuat hampir pingsan olehnya.

"Dan aku harus berhasil buat dia ceraikan aku secepatnya!" ucap Aliyah terkekeh dengan puas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status