Home / Romansa / Aku Mau Cerai, Mas! / Bab 5 Bertingkah Manja

Share

Bab 5 Bertingkah Manja

Author: Tricya
last update Last Updated: 2024-07-01 11:34:35

Bram mengangkat wajahnya dari ipad di pangkuannya. Melihat pada wanita yang sudah tiga tahun tak dilihatnya. Wanita itu sepertinya telah banyak berubah.

Gadis pendiam berumur 20 tahun yang dinikahinya dulu, kini terlihat semakin menarik dan cantik. Wajah lembutnya bak malaikat yang membawa penenangan, bibir tipis bewarna pink merah itu terlihat basah dan lembut, bagai embun di pagi hari yang membawa kelembapan.

Mata yang membulat karena terkejut itu, terlihat jernih mencerminkan dunia yang indah.

Tanpa ekspresi berarti di wajahnya, Bram mengalihkan pandangan.

Aliyah masih terpaku melihat pada sosok pria yang terlihat sangat, sangat, sangat jauh dari perkiraannya.

Dimana kepala putih yang penuh dengan uban itu?

Apakah ini masih Bramie Atmaja, suaminya yang menghilang selama tiga tahun dengan alasan membangun pasar di Amerika?

Kenapa ia masih terlihat sama tampannya seperti tiga tahun yang lalu?

“Mas Bram … Aliyah gak nyangka! Akhirnya setelah tiga tahun lamanya, mas Bram pulang hari ini!” seru Aliyah dengan wajah berbinar yang terlihat sangat bahagia.

Dengan semangat ia menerjang pada suaminya itu, memeluk leher Bram dengan kedua tangan lalu dengan mati-matian memeras air mata. Dengan rengekan kecil menyedihkan yang keluar dari bibirnya, Aliyah mencibir sedih.

“Aliyah udah putus asa selama ini, aku pikir suamiku ini … akan datang saat melihat istrinya hanya tinggal tubuh yang terbujur kaku!” rengek Aliyah manja.

Perkataan wanita itu sukses membuat Bram mengerutkan keningnya tak suka. Tubuh harum yang menggantung pada tubuhnya saat ini, membuatnya merasa terganggu. Kurva tubuh Aliyah yang curam membuat Bram merasakan rasa asing yang tak biasa pada tubuhnya.

“Turun!” sahut Bram dengan dingin.

“Mas Bram … Aliyah kan kangen.”

Mata wanita itu berkedip dengan sedih, Bram bisa melihat pada bayangan bulu matanya yang panjang dan sangat lentik di bawah matanya itu, terlihat alami tanpa ada campur tangan kosmetik lain seperti yang ia lihat pada kebanyakan wanita.

Bram akui, Aliyah benar-benar diberkati sebagai seorang wanita, ia sangat cantik dan menawan.

Menahan senyum di bibir, Aliyah mengeratkan pelukannya, wajahnya yang tersenyum lebar dari balik tubuh Bram terlihat sangat bahagia.

Terbuktikan! Tubuh gay suaminya ini pasti sedang memberontak tidak nyaman karena sentuhannya.

Aliyah menopang tubuhnya dengan memegang kedua bahu Bram yang tebal dan keras. Mencubit beberapa kali ia terpekik kagum di hatinya, “Wah … Mas Bram ternyata se maskulin ini! Tapi kenapa orientasi mas Bram melenceng? Kalau gak ‘kan Aliyah masih bisa pikirin ulang untuk jadi istri Mas Bram.”

Bram itu adalah tipe laki-laki maco yang terlihat sangat gagah, jika biasanya gadis-gadis sekarang banyak menyukai pria berkulit putih, bertubuh tinggi, yang bahkan ketampanannya dapat mengalahkan kecantikan wanita, maka Bramie Atmaja adalah kebalikannya.

Dengan batang hidung yang lurus tinggi, bibir tipis yang terlihat mencibir pada dunia, dan mata tajam setajam pisaunya, pria itu terlihat mematikan dengan tatapannya yang menggoda.

Kulit gandumnya yang sehat, dan otot yang mencuat dari kemejanya membuat hormon kejantanannya terasa sangat kental.

Bram merasakan panas menjalar ditubuhnya, 30 tahun adalah umur seorang pria yang penuh dengan gairah, apalagi diumur yang sudah kepala tiga ia belum pernah mencoba rasa seorang wanita.

Ditambah wanita yang menempel padanya saat ini adalah kecantikan tiada tara yang diakui oleh banyak orang.

Dengan rahang mengeras dan tubuh yang menegang, Bram memegang bahu wanita itu yang terasa kecil ditangannya. Mendorong menjauh dari tubuhnya.

“Aliyah …!” geram Bram di telinga wanita itu.

Aliyah turun dari pangkuan Bram, tertawa bahagia di hatinya. Lalu duduk tanpa jarak disamping pria itu.

Dengan mata yang besar ia melihat kekiri dan kekanan pada ipad dan kertas-kertas dokumen diatas meja.

Dimana surat perceraian itu?

Sadar bahwa pria itu sedang memperhatikan pergerakannya, Aliyah berdehem canggung, dengan mata yang penuh kasih sayang dan kerinduan ia menatap suaminya itu.

“Mas Bram kok tiba-tiba pulang, sih?” tanyanya dengan penasaran.

Pertanyaannya sendiri membuat Aliyah terbelalak kaget, pesan tadi malam! Mas Bram pasti menyampaikan kabar kepulangannya, lalu setelah ini akan membawanya ke pengadilan? Untuk menghadiri sidang cerai mereka?

Bram baru saja sampai pagi ini, keberangkatannya pukul 08.00 pagi kemaren di Amerika membuatnya mendarat pagi ini di Indonesia. 20 jam dalam penerbangan tidak membuatnya lelah sedikitpun.

Selama tiga tahun membangun pasar Atmaja Group di Amerika, Bram kini dapat kembali ke Indonesia karena bisnis disana sudah berjalan dengan baik.

Pagi ini awalnya ia berencana untuk langsung saja ke perusahaannya, tapi kepala pelayan menahannya, mengatakan bahwa Aliyah sedang ada di mansion.

Jadi Bram berpikir, pagi ini mereka mungkin bisa membicarakan masalah mengenai hubungan mereka kedepannya.

“Pak, siapkan mobil! Saya akan ke perusahaan sekarang,” perintah Bram pada pak Rusdi yang berdiri agak jauh dari mereka.

Pak Rusdi akhirnya menghela napas lega, saat melihat ternyata tuannya tidak marah pada Nyonya. Apalagi melihat tuan yang tidak mengalami reaksi buruk saat Nyonya memeluknya dan menyentuh kulit tuannya.

“Baik, Tuan.”

Aliyah mengangkat sebelah alisnya dengan licik, “Mas Bram kebetulan Aliyah mau ada syuting di villa lewis sekarang, jadi Aliyah nebeng ya.”

Bram tidak menolak dan dengan cepat melangkahkan kakinya, Aliyah berlari kecil mengikuti pria itu.

“Oh iya Pak, bilang ke Pak Tomo kalau Aliyah pergi sama mas Bram yah,” ucap Aliyah sambil berjalan melalui kepala pelayan.

Bram masuk ke kursi belakang, diikuti Aliyah yang duduk disampingnya.

Bahkan masih di dalam mobil pun, pria itu terlihat sibuk dengan ipad di tangannya.

Melihat jarak yang lumayan jauh antara mereka, Aliyah menggeser tubuhnya hingga menempel pada Bram.

“Mas Bram harus makhlumi kalau Aliyah lengket banget sama, Mas. Ini semua karena Aliyah terlampau rindu, hampir setiap malam Aliyah mimpiin mas.” Cicitnya kecil dan terdengar manja.

Tubuh wanita itu lesu, lemah gemulai bersandar pada suaminya, sambil memeluk lengan kanan pria itu, dan menyandarkan kepala pada bahunya yang kokoh. Meski begitu ia sudah besiap-siap saat Bram akan mendorongnya nanti.

Tapi mengapa?

Satu menit…

Dua menit …

Aliyah menunggu dengan sabar, tapi mengapa dorongan itu tidak kunjung datang juga, apakah dia kurang agresif?

Melihat ke bawah pada jemari panjang milik Bram yang terlihat indah, dengan lembut Aliyah meraihnya. Menyatukan kedua tangan mereka, dan bersandar dengan lebih dekat lagi.

Tangan pria itu yang sibuk menggulir layar berita keuangan kini terhenti karena tautan jemari wanita itu. Sejak tadi ia sudah tidak focus, apalagi wangi lembut tubuh wanita itu sepertinya hanya berkumpul di sekitar hidungnya saja.

Jarang sekali Bram merasakan perasaan rileks yang menenangkan seperti ini.

Bram mematikan ipadnya dan melemparkan ke depan, pada ruang khusus yang tersedia untuk barang-barang elektronik.

Aliyah yang memejamkan mata dan siap untuk menampilkan raut kecewa karena penolakan pria itu, kini malah terdiam kaku, saat Bram menarik tangannya lebih erat.

“Malam ini ada yang mau saya bicarakan dengan kamu,” ucap pria itu dengan mata terpejam bersandar ke belakang, tak menyadari mata istrinya yang kini melotot hampir melompat keluar.

Related chapters

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 6 Terluka

    Tubuh Aliyah kaku dan matanya membelalak terkejut.Ini bukan reaksi yang seharusnya!Tanpa Aliyah sadari, sudut bibir Bram naik ke atas saat merasakan tubuh lembut yang bersandar disampingnya, kini terasa kaku dan tegang.Hampir 15 menit lamanya perjalanan, dan Aliyah bisa merasakan bahwa Bram tertidur disampingnya. "Mas Bram?!" "Mas?"Aliyah memanggil berulang kali, tapi tak juga mendapatkan jawaban. Melihat itu, dengan lembut ia menarik tangannya keluar dari cengkeraman jemari pria itu.Aliyah mengusap pada posisi jantung yang berdetak tak karuan."Jantung ... plis calm down!" lirihnya kecil."Ekhm ..." deheman Bram terdengar tak lama setelah itu.Aliyah terkejut dan dengan spontan berkata, "Mas Bram kayaknya kelelahan deh, kalau Mas mau kita pulang aja, nanti Aliyah bantu pijitin Mas. Gimana?"Suasana hening seketika. Aliyah terpaku dan dalam sepersekian detik ia memejamkan matanya dengan kesal, merasa menyesal setelah mengatakan itu.Bagaimana mungkin mulutnya dengan spontan me

    Last Updated : 2024-07-22
  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 7 Jatuh

    Sedangkan Rasya telah dulu menjatuhkan tubuhnya ke kolam itu. Rasya tersenyum di sela-sela tindakan, demi menghilangkan kecurigaan ia bahkan rela basah kuyup sekali lagi. Semua ini seperti yang telah ia rencanakan. Memberi pelajaran pada wanita jalang yang suka menggoda semua pria menurutnya. Para kru terkejut dengan apa yang terjadi, tidak ada yang melihat kelainan dari insiden itu. Mereka hanya melihat bahwa Aliyah tidak sengaja salah dalam mengambil tindakan dan membuatnya celaka. Otomatis adegan itu harus gagal, para kru terdekat membantu Aliyah untuk berdiri dan membawanya duduk di kursi terdekat. "Aliyah kamu gak papa?" Romi bertanya dengan khawatir. Aliyah jelas tidak baik-baik saja, lututnya yang seputih salju dan kemerahan sebelumnya, kini telah membengkak bewarna ungu kebiruan. Siapapun yang melihat akan meringis memegangi lututnya sendiri. Dewi segera datang membawa kotak p3k, ia menyingkap sedikit gaun rumah

    Last Updated : 2024-07-23
  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 8 Pijatan untuk Mas Bram

    Aliyah mencaci maki Bram sambil berjalan menuju wardrobe. Sesampainya di depan pintu khusus itu, ia menekan tombol yang melekat pada dinding, Dalam sekejap pintu otomatis terbuka melebar, memperlihatkan berbagai macam barang di dalamnya. Tepat di paling ujung ruang itu, terdapat lemari yang sudah lama tak terbuka. Meski begitu para pelayan tetap siaga membersihkannya. Aliyah membuka pintu lemari pakaian khusus miliknya, dan terlihat jejeran piyama, gaun tidur hingga jenis yang tak ia ketahui, berderet di satu lemari dalam berbagai macam warna dan gaya. Masing-masingnya lebih seksi dari yang lain. Dirinya yang seorang wanita bahkan tersipu saat melihat gaun-gaun kecil itu. "Siapa sih yang ide buat ini, ckckck." ucapnya menggelengkan kepala dengan heran. Pilihan akhirnya jatuh pada gaun sutra putih dengan tali spaghetti. Tidak terlalu seksi dan juga tidak terlalu konservatif. Menurutnya, gaun itu adalah pilihan yang paling tepat. Sambil berdandan, senandung berantakan terdengar d

    Last Updated : 2024-07-24
  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 9 Mas Bram ... Ayo!

    "Minyak essential?" Pak Rusdi mengangguk sopan, "Benar, Nyonya." Aliyah tak bisa berkata-kata. Apa maksudnya semua ini, ia merasa tak pernah meminta barang-barang itu kepada pak Rusdi. Aliyah melirik ke belakang, dan mendapati Bram kini telah berpakaian lengkap. Melihat wajah dingin yang seakan tak peduli pada dunia, sebenarnya terkandung serigala ganas yang membuatnya ingin sekali mencekik wajah itu. Lihatlah, bahkan pria itu sendiri yang menyiapkan segala kebutuhan untuk pijatnya. "Dasar bejat! Bajingan! Bram SIALAN!" teriaknya di dalam hati. Nyatanya Ia hanya bisa menerima barang-barang yang dibawa Pak Rusdi, dan berkata dengan lembut, "Terimaksih Pak," sambil tersenyum dengan manis. Kepala pelayan itu pergi, sementara Aliyah kini menarik napas dan menghembuskannya perlahan-lahan. Mencoba menahan untuk tidak melemparkan peralatan pijat di tangannya. Setelah tenang ia berbalik dengan anggun, lalu berjalan deng

    Last Updated : 2024-07-25
  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 10 Panggilan dari Bram

    Bram terasa dihipnotis dalam sekejap. Ia terpana melihat kecantikan Aliyah yang semakin terpancar dalam kesedihan yang ditunjukkan wanita itu. Ekspresi wajah Bram terlihat linglung, mencoba mencerna pertanyaan yang begitu tiba-tiba dan menyentuh. Aliyah menatap Bram dengan penuh harap, menunggu jawaban dari suaminya. Wajahnya yang cantik terlihat semakin bersinar meskipun dipenuhi oleh kesedihan yang mendalam. Ia berusaha menahan air mata yang ingin mengalir, namun kecantikannya tetap memancar dengan gemilang. Bram akhirnya mengangguk perlahan, ekspresi wajahnya terlihat bingung. Ia merasa sedikit terganggu dengan kecantikan Aliyah. "Saya tidak tahu, Aliyah. Kita harus memikirkannya dengan baik," ucap Bram dengan suara yang sedikit berat. Aliyah mengangguk pelan, tetap mempertahankan ekspresi sedih namun cantik di wajahnya. Melihat cinta yang membara dari mata wanita itu, entah kenapa Bram tak sampai hati untuk mengatakan bahwa sebe

    Last Updated : 2024-07-26
  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 11 Mata-mata Bram

    Dewi ketakutan setelah mendengar hal itu. Ia melambaikan tangannya kiri dan kanan dengan keras, "Gak mungkin!"Dengan tergagap ia berkata pada Aliyah, "Mbak, Dewi aja kerja baru dua tahun dengan mbak, sedangkan pak Bram udah tiga tahun di Amerika! Yang bener aja Mbak! Gimana caranya aku bisa kenal?"Aliyah mengangguk setuju, "Benar juga.""Untung Mbak tau ... fyuhh ..." Dewi kali ini mengusap jantungnya yang berdisko. Di dalam hatinya ia merasa sangat bersalah karena telah berbohong. Pasalnya pagi ini ia benar-benar telah bertemu dengan seseorang, meskipun dia bukanlah Bramie Atmaja yang sedang mereka bicarakan. Akan tetapi, orang tersebut memperkenalkan diri sebagai tangan kanan pria terhormat itu.Dengan segala keuntungan dan paksaan pihak lain, Dewi resmi menjadi mata-mata pihak mereka."Mbak Aliyah Dewi minta maaf ..." pikir Dewi dengan rasa bersalah melihat pada majikannya yang tampak sangat percaya pada dirinya.Tak lama kemudian, panggilan untuk

    Last Updated : 2024-07-27
  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 12 Mulai Dekat

    Jery, yang terkejut dengan kejadian tersebut, berusaha menenangkan situasi dan membantu Aliyah bangkit dari lantai. Suasana yang tadinya penuh dengan keceriaan dan tawa, kini berubah menjadi tegang dan penuh dengan ketegangan. Semua orang di ruangan itu terdiam, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.Rasya memegang bagian tubuhnya yang seolah-olah terluka, menatap Aliyah dengan tatapan penuh kebencian namun juga penuh ketidakberdayaan.Rasya berkata dengan sedih, "Maaf, aku gak sengaja nabrak kamu. Aku harap kamu baik-baik aja."Aliyah yang terkejut dengan tindakan Rasya, menatapnya dengan ekspresi heran namun tetap menjaga ketenangan. Bagaimana mungkin ia tidak tau bahwa Rasya sengaja menabraknya. "Gak apa-apa, Rasya. Aku baik-baik aja."Jery yang akhirnya menyadari bahwa Rasya juga terjatuh akhirnya berkata, "Sini, biar aku bantu kalian berdua berdiri. Semuanya baik-baik aja, gak perlu terlalu tegang."Meskipun suasana tegang masih terasa di udara, Jery

    Last Updated : 2024-07-28
  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 13 Aliyah Sakit

    Aliyah terdiam, terkejut dengan jawaban itu. Ia tidak menyangka bahwa Bram akan membawanya ke rumah sakit tanpa meminta pendapatnya terlebih dahulu. "Siapa yang sakit, Mas? Apa Mas Bram sakit?” tanya Aliyah sedikit khawatir.Bram tak menyangka dengan reaksi yang ditunjukkan wanita itu.“Kamu.” jawab Bram singkat, dengan melirik pada lutut Aliyah.Terlihat darah merembes pada gaun putih di bagian lutut wanita itu.“Aku baik-baik aja. Ini hanya luka kecil," seru Aliyah cepat. Tangannya bergerak menarik ujung gaunnya kebawah.Namun, Bram tetap diam, pandangannya lurus ke depan. Kekhawatiran yang ia rasakan tidak tergambar di wajahnya, tapi tindakannya sudah cukup jelas. Sesampainya di rumah sakit, Bram dengan cepat keluar dari mobil dan membantu Aliyah turun. Gerakannya tetap tenang dan terkontrol, menunjukkan ketegasan yang biasanya ia tunjukkan di ruang rapat perusahaan. Aliyah merasa sedikit terharu dengan perhatian Bram yang tersembunyi di balik sikap

    Last Updated : 2024-07-29

Latest chapter

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 39 Pengalaman Pertama

    Sore itu berlalu dengan kemanisan yang memenuhi kamar Aliyah. Bram mengusap rambut Aliyah yang basah karena perbuatannya. Menatap pada wajah Aliyah yang terlihat lelah, Bram merasa menyesal karena tidak bisa mengendalikan diri dengan baik. “Gak papa, Mas. Ini udah kewajiban aku sebagai istri.”Aliyah senang dan kesakitan, pengalaman pertama yang diberikan Bram tak akan pernah bisa ia lupakan. Tersenyum manis di sudut bibirnya, Aliyah merasakan untuk pertama kalinya bahwa ia bisa sangat mencintai pria di hadapannya.Bram menatap Aliyah dalam diam, masih merasa terhimpit oleh rasa bersalah. Ia tahu bahwa Aliyah mungkin belum siap, dan ia seharusnya lebih peka. "Aku terlalu terbawa suasana, Aliyah... Maafkan aku," ucapnya pelan, penuh penyesalan.“Tapi ini sepenuhnya bukan salah aku …” bisik Bram di telinga Aliyah.Aliyah sontak mengerutkan keningnya, “Trus?”Bram mengeratkan pelukannya, dan dengan menggoga membisikan sesuatu ke telinga Aliyah, “Salahkan istriku ini yang terlalu menggo

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 38 Kerinduan

    Bram berdiri di tengah ruangan yang gelap, hanya terdengar suara langkah kakinya yang menggema di lantai marmer. Tanpa banyak berpikir, ia melangkah menuju jendela pertama, menarik gorden tebal yang menghalangi cahaya dari luar. Begitu jendela terbuka, angin sore yang dingin segera masuk, membawa bau khas hujan yang baru saja reda. Satu per satu jendela dibuka, membiarkan udara mengalir lebih banyak. Namun, meski kini ruangan sedikit lebih terang karena sinar matahari yang menyelinap melalui jendela, suasana tidak menjadi lebih ringan. Aliyah duduk di sudut tempat tidur, kedua tangannya menggenggam erat selimut, matanya kosong, namun di balik kekosongan itu ada sorot ketakutan. Bram berbalik, menatap Aliyah yang masih terdiam. Langkahnya perlahan mendekati wanita itu, kemudian ia berjongkok di hadapannya, menyamakan tingginya dengan Aliyah. “Aku tahu ini berat bagimu,” suaranya terdengar lembut, namun penuh keprihatinan. “Tapi aku harus memastikan kamu baik-baik saja.”

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 37 Berita Pengunduran

    Keesokan harinya, berita tentang keluarnya Aliyah dari dunia hiburan telah menyebar dengan cepat, layaknya api yang menyambar rerumputan kering. Sinta mematuhi perintah Bram dan mengeluarkan pernyataan resmi kepada media tentang keputusan tersebut. Namun, tidak ada yang siap dengan respons yang akan datang.Berita itu langsung menduduki puncak trending topic di media sosial. Seluruh Indonesia seakan gempar. Aliyah adalah salah satu ikon paling terkenal, model dengan jutaan penggemar yang telah mengikuti perjalanan kariernya selama bertahun-tahun. Keluarnya dia dari dunia hiburan tanpa alasan yang jelas membuat semua orang bertanya-tanya. Netizen, penggemar, dan bahkan beberapa kolega selebriti lainnya bereaksi dengan berbagai spekulasi.Di Twitter, Instagram, dan TikTok, ribuan komentar membanjiri timeline. Hastag seperti AliyahRetires, SaveAliyah, dan WhyAliyah? mulai muncul di mana-mana. Penggemar setia Aliyah merasa terpukul, bingung, dan marah karena keputusan mendadak i

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 36 Kosong

    Saat malam tiba, keheningan yang menyelimuti rumah besar itu terasa begitu tegang. Bram duduk di ruang kerjanya, menatap jendela yang menghadap ke kebun, pikirannya dipenuhi oleh kecemasan. Di luar, bulan bersinar redup di balik awan, memberikan suasana yang suram dan penuh ketidakpastian. Tiba-tiba, suara langkah cepat terdengar mendekat."Pak Bram!" Seorang pelayan tergesa-gesa memasuki ruangan dengan wajah penuh kekhawatiran. "Nyonya Aliyah sudah bangun."Bram bergegas berdiri, hatinya berdebar kencang. "Apa dia baik-baik saja? Apakah dia sadar sepenuhnya?" tanyanya dengan nada yang hampir penuh kepanikan. Sudah berhari-hari Aliyah tidak sadarkan diri, dan kini dia akhirnya terbangun. Namun, Bram tak tahu apa yang akan ia temukan saat bertemu dengan wanita itu."Saya tidak tahu pasti, Pak," jawab pelayan itu, mencoba tetap tenang. "Tapi Nyonya kelihatan gelisah dan sepertinya bingung."Tanpa menunggu lebih lama, Bram segera keluar dari ruang kerjanya dan bergegas

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 35 Penghilangan Ingatan

    Dr. Claire tersenyum tipis, “Kami akan melakukan yang terbaik untuk membantunya.” Mereka berjalan melewati lorong-lorong megah menuju kamar Aliyah. Di depan pintu, Bram sudah berdiri, wajahnya keras tapi sarat kecemasan. Tanpa basa-basi, ia menyambut mereka dengan anggukan singkat dan mempersilakan masuk ke dalam kamar, di mana Aliyah sedang terbaring lemah, wajahnya masih memerah karena demam. Dr. John dan Dr. Claire saling bertukar pandang sebelum mendekat ke tempat tidur. Dr. Claire memulai pemeriksaan psikologisnya terlebih dahulu, memperhatikan ekspresi Aliyah yang tampak tenang namun jelas terguncang dari dalam. “Kondisinya kompleks,” gumam Dr. Claire setelah beberapa saat. “Trauma masa kecil yang dia alami telah menciptakan luka mental yang dalam. Saya menduga, alam bawah sadarnya terus-menerus disiksa oleh ingatan buruk itu.” Dr. John mengangguk, menatap monitor medis yang menunjukkan detail vital Aliyah. “Secara neurologis, ada tanda-tanda stres ekstrem yang memengaruhi k

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 34 Keluar dari Lingkaran Hiburan

    Dibalik kekacauan keadaan di Singapura, Indonesia bahkan lebih tidak baik lagi. Tidak adanya kabar dari sang model fenomenal membuat para fans dan netizen menjadi bertanya-tanya. Beberapa tagar penting yang bersangkutan dengan Aliyah bahkan muncul satu persatu. Berbagai spekulasi dan dugaan dari kalangan muncul, dipicu dengan berita terakhir yang viral saat Aliyah diduga melakukan percobaan bunuh diri, tak sedikit yang mengira wanita cantik itu sudah tiada. Beberapa orang ada yang beranggapan model itu sedang melangsungkan pernikahan privat di sebuah pulau. Dewi sang asisten dan Sinta sebagai manajer Aliyah dibuat tak bisa berkutik. "Gimana kak, bahkan udah dua minggu sekarang, tapi ... berita tentang mbak Aliyah masih jadi trending topik." Sinta mengalihkan pandangan dari ipad nya dan dengan kesal memarahi gadis itu, "Dewi kamu bisa diam dulu gak! Saya pusing liat kamu mondar-mandir dari tadi." Dewi tetunduk lesu, melangkah dengan pelan menuju sofa dan duduk disana. Sin

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 33 Menguak Masa Lalu Aliyah

    Penerbangan pribadi yang sudah dijadwalkan pagi ini harus tertunda karena keresahan Bram. Sepanjang hari ia sibuk menelusuri masa lalu Aliyah dengan bawahan yang paling terkemuka dalam bidang IT. “Pak, kami sudah menemukan beberapa CCTV yang mengarah ke jalan Timur Perdamaian tersebut.”Bram langsung saja memeriksa komputer yang ada di depan bawahannya, mata elangnya yang tajam melihat dengan seksama pada cuplikan hitam putih di layar.Pandangannya segera terhenti pada seorang gadis kecil yang berjalan dengan riang sambil memegang tangan ibunya. Es krim di tangan kecil itu tampak begitu lezat jika dinilai dari ekspresi bahagia gadis kecil tersebut. Bram tanpa ragu bisa memastikan bahwa gadis itu adalah Aliyah, saat gadis itu masih berumur sekitar lima atau enam tahun. Seorang wanita muda menggandengnya, terlihat linglung dan tak fokus.Aliyah kecil tampak begitu polos, dengan senyum cerah yang memperlihatkan betapa sederhananya dunia di mat

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 32 Pelukan Erat Bram

    Aliyah berbaring dengan patuh, di sisi kanannya seorang dokter wanita sedang sibuk dengan peralatan medis. Sementara itu, Bram dengan kaku berdiri di sisi kiri Aliyah, tak sedikitpun melepaskan pandangan dari istrinya. Ada sedikit robekan di kulit kepala Aliyah, tergores karena perlawanannya saat disergap di kamar mandi sebelumnya. Seorang perawat telah siap akan menggundulkan rambut di bagian luka itu. “Jangan!” Aliyah berteriak dengan takut. Bertanya dengan bahasa Inggris ke perawat itu, “Apa kamu akan memotong rambutku?” Bram segera menahan tubuh Aliyah yang tersentak terkejut, dan menggenggam tangan wanita itu untuk menenangkannya. “Tidak apa-apa?” Aliyah melotot dengan marah, “Gak apa-apa gimana, Mas?” dengan cemberut ia berkata kesal, “Aku gak mau sampai dibotakin! Titik.” Perawat tersebut dengan hormat menjelaskan, “Nyonya ini hanya sekedar di area luka saja.” “Tidak! Tidak perlu dijahit!” ucap Aliyah keras kepala. Bram menatap dengan

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 31 Kemarahan Bram

    Aliyah merasakan napasnya tersengal, dadanya bergetar karena ketakutan dan rasa sakit. Dion, yang awalnya terlihat tenang, kini berubah menjadi sosok yang tak terduga, emosinya berkecamuk antara rasa bersalah dan kemarahan yang tidak terkendali.Dion mengusap rambutnya dengan gelisah, seolah-olah berusaha mengendalikan dirinya sendiri. "Aku tidak bermaksud menyakitimu, Aliyah. Kamu harus mengerti...," suaranya mulai parau, tapi pria itu belum selesai. "Kita harus bersama. Sejak dulu aku mencintaimu, tapi kamu malah bersama dia." Matanya menunjukkan frustrasi yang mendalam, bahkan sedikit kebingungan.Aliyah berusaha menenangkan dirinya. Meski tubuhnya lemah, ia tetap berjuang menjaga kesadarannya agar tidak menyerah pada rasa takutnya. "Dion... aku gak pernah tahu tentang perasaan kamu. Kamu gak pernah …," suaranya pelan, tapi tegas. "Dan Bram ... dia adalah suamiku."Kata-kata itu membuat Dion tersentak. Wajahnya berubah seolah-olah di antara kemarahan dan kesedihan. "Bram tidak pant

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status