Ayu seorang wanita yang dijodohkan ayahnya dengan asisten pribadi. Namun, setelah pernikahan tiga tahun dia mendapat kenyataan pahit karena suami dan mertuanya menghianatinya. Ayu akan mengambil kembali perusahaan yang dititipkan pada Aldi. Apakah Ayu akan berhasil membuat suaminya kembali miskin?
Lihat lebih banyakTanganku bergetar saat memegang sebuah undangan pernikahan. Di sana tertulis sangat jelas ada nama suamiku. Mana mungkin ada orang yang berbeda dengan nama belakang sama.
“Mila & Aldi Sanjaya." Aku baca ulang nama itu. Bagai dihantam batu besar, sesak dada ini seakan tak bisa bernafas.
Selama ini Mila -- sahabatku -- tidak pernah mengenalkan kekasihnya. Walaupun hubungan kami sangat dekat. Aku mencoba berpikir positif mungkin saja bukan suamiku Semoga saja apa yang ada dalam pikiranku tidak benar."Yu, Ibu minta duit dua puluh juta!" sentak Ibu mertua yang menyadarkanku dari lamunan.Apa? Ibu meminta uang lagi? Bukannya kemarin mas Aldi sudah memberinya dengan jumlah yang sama? Lalu, untuk apa sekarang meminta lagi."Buat apa, Bu? Ayu tidak punya uang sebanyak itu," jawabku dengan lembut, padahal hati ini sangat dongkol ingin sekali berteriak padanya. Namun, aku mencoba sabar dan mengelus dada kalau saja bukan orang tua, akan ku jambak rambut sanggulnya yang sudah ditata rapi itu. Setiap bulan mas Aldi selalu memberinya dua puluh juta hanya untuk kebutuhan dirinya. Akan tetapi, baru sehari beliau meminta lagi. Akhir-akhir ini aku merasa aneh dengan sikap mas Aldi juga Ibu. Entah apa yang mereka sembunyikan. Setiap kali ditanya selalu ada alasannya. Mas Aldi sibuk dengan proyek baru, sehingga dia tidak betah di rumah. Begitupun dengan Ibu dua minggu terakhir jarang di rumah. Katanya, ada saudara sedang mempersiapkan pesta pernikahan. Aku terlalu pusing untuk memikirkan semuanya."Ya, buat kebutuhan, Yu. Bukannya Ibu sudah bilang kalau saudara kita mengadakan pernikahan? Jadi, kita harus menyumbang banyak. Kita kan orang kaya masa enggak kasih duit, sih. Cepatlah berikan! Ibu sudah telepon Aldi katanya minta sama kamu." Mertuaku mengibaskan kipas tangan di wajahnya. Beliau menatapku tajam seakan ingin memakan saja.Astaghfirullah
Sebetulnya uang tabunganku tinggal sedikit, semenjak perusahaan dipegang mas Aldi aku jarang menyimpan uang. Suamiku berkata, buat apa menyimpan uang, lebih baik pakai investasi. Aku menghela nafas kasar rasanya malas untuk berdebat apalagi beliau lebih tua dariku. Aku pun ke kamar mengambilnya."Ya sudah, jangan keluar rumah nanti suami pulang kamu enggak ada," ketusnya saat aku memberikan uang.
"Tapi, Bu! Aku mau ke undangan sahabat ...."Belum sempat menyelesaikan kalimatku, beliau sudah pergi dengan tergesa-gesa. Memangnya mau ke mana? Selama ini Ibu jarang keluar rumah apalagi kumpul-kumpul dengan temannya. Hari ini beliau terlihat aneh, tetapi aku tidak boleh buruk sangka. Mungkin beliau ingin jalan-jalan dan memanjakan dirinya.
Tiba-tiba ponselku berdering memperlihatkan nama suamiku."Halo, Mas," jawabku dengan tersenyum karena sudah dua hari tidak berkomunikasi dengannya."Aku tidak pulang selama seminggu proyek di sini mengalami masalah. Kamu baik-baik di rumah ya, Sayang?" ujarnya dengan lembut.Seketika wajahku muram dan hanya bisa menghela nafas panjang. "Hanya itu saja? Apa kamu tidak kangen sama aku?"Mas Aldi tidak menjawab, melainkan mematikan sambungan telepon. Aku pun melihat penampilan dari atas sampai bawah. Apa aku sudah tidak menarik lagi sehingga suamiku tidak rindu. Aku tersenyum kecut, saat mengingat suamiku pulang ke rumah dan tidak mau menyentuhku. Bahkan, dia pergi lagi ke luar kota untuk memeriksa proyek.
Aku melihat jam yang ada di dinding menunjukan pukul 08.35 sebentar lagi acara pernikahannya akan dimulai. Gegas aku membersihkan diri, setelah itu memoles dengan sedikit bedak tipis.
[Mas, aku mau pergi ke undangan sahabatku]Pesanku masih centang satu, padahal baru saja kami berkomunikasi kenapa tidak aktif. Apa masalahnya terlalu berat? Sehingga tidak mau diganggu? Aku masih mencoba berpikir positif, mudahan masalahnya cepat selesai. Sekitar sepuluh menit aku sudah sampai di gedung. Tempatnya sangat mewah walupun mendominasi putih. Bunga anggrek, mawar putih menghiasi seluruh sudut ruangan. Hatiku melengos saat mengingat pernikahanku dengan mas Aldi yang sederhana.Dulu, Papa memintanya untuk segera menikahi ku di rumah sakit. Karena ternyata umur Papa tidak akan lama, beliau mempunyai penyakit jantung. Dan akhirnya, kami menikah. Setelah lima menit, Papa meninggalkanku selamanya.
“Mila hebat ya bisa menikah dengan pengusaha kaya,” bisik tamu undangan disebelah kiri.
“Heh. Apa kamu tidak tahu kalau si Mila itu terkenal sebagai pelakor. Aku yakin, pria yang menikahinya saat ini memiliki istri.” Wanita dengan rambut sebahu menimpali.
Hatiku langsung nyeri mendengar percakapan dua wanita tadi. Apa mungkin itu benar suamiku?
Di sana sudah ada penghulu juga para saksi. Namun, sayang sekali aku tak dapat melihat wajah calon pria karena duduk membelakangi ku. Saat penghulu mengucapkan ijab kabul, terdengar jelas di telinga suara calon pria tengah menyebut nama Mila--sahabatku.
"Suaranya mirip mas Aldi? Apa ini juga sebuah kebetulan?" tanyaku pada diri sendiri. Aku pun berjalan mendekat tiba-tiba degup jantungku seakan berhenti, melihat pria yang bersanding dengan sahabatku adalah pria yang menelpon tadi. Dia mas Aldi, pantas saja nama dan suaranya tidak asing di telinga.Bagai dihantam baru besar dada ini terasa sesak, bahkan sulit untuk bernafas. Ternyata ini alasannya mengapa suamiku selalu ke luar kota dan jarang pulang."Tega kamu, Mas."Air mataku lolos begitu saja bahu ikut bergetar, tak kuhiraukan orang-orang memperhatikan seperti ini. Rasanya ingin kubanting dua manusia yang tengah berbahagia di atas penderitaanku.
Mataku menyapu sekeliling dan berhenti di samping suamiku ah rasanya jijik aku mengucapkannya. Wanita paruh baya tengah menghamburkan uang lembaran biru kepada para tamu undangan. Sial, mungkin itu uang yang aku kasih tadi. Wajahnya yang sudah keriput tidak ada rasa sesal sama sekali. Uang itu berterbangan di udara, bahkan pecahan lima puluh ribu mengenai wajahku. Mereka tidak menyadari keberadaanku karena tengah asik dengan acara bahagianya."Bu, sawer sini!?" teriak para tamu undangan dengan riuh. Tak terasa tanganku terkepal dengan kuat di kedua sisi tubuh.Tak tahan dengan kelakuan wanita paruh baya itu, dengan mudahnya membuang uang. Aku pergi dan duduk di sudut ruangan, rasanya ingin melabrak pelakor itu berikut mas Aldi pun Ibu. Mereka bertiga telah menipuku, tetapi aku masih sadar tidak akan kukotori tangan ini dengan menyentuhnya.Ting
Suara notifikasi dari aplikasi hijau mengalihkan perhatianku.
Keningku menyerngit. Di sana sangat jelas laporan keuangan yang janggal. Grafik penjualan sangat meningkat,, tetapi pemasukan malah merosot tajam.
“Siapa yang berani membuat kecurangan di perusahaan ku?” Aku mengepalkan tangan apa ini perbuatan suamiku selama ini mas Aldi sudah bermain-main denganku bukan hanya menipuku dia juga memanipulasi data keuangan. Kalau benar itu perbuatannya. Akan kubalas semuanya, sekarang diriku bukan Ayu yang lemah yang hanya bisa kalian manfaatkan begitu saja.
“Aku tak akan membiarkan kalian bahagia.”
Uang telah menggelapkan mata hatinya. Lihat saja apa yang akan aku lakukan pada kalian. Aku menarik nafas menetralkan degup jantungku yang tidak beraturan Tidak ada air mata yang menemaniku hanya kebencian dan amarah. Bagaimanapun caranya akan kubuat kalian menyesal, terutama kamu, mas?
Part 33EndingTak kusangka lelaki yang berperawakan tak terlalu tinggi itu melangkah mendekat. Lalu, dia bersujud di kaki ibunya Imas. Wanita itu hanya terdiam seribu bahasa mulutnya menganga seakan tak percaya apa yang dikatakan lelaki tadi. Wajahnya sangat pucat pasi seperti tak ada darah yang mengaliri. HeningTak ada yang bersuara sama sekali. Terlihat wajah ibunya Imas nampak lesu. Mungkin bisa menebak apa yang telah terjadi pada putrinya. Ingin hati mendengarkan percakapan di antara ketiganya. Namun, tangan ini sudah diapit dengan lembut oleh suamiku. "Ayo pulang jangan kepo urusan orang lain. Masalah kita sudah selesai," ajaknya setengah berbisik. Sebelum benar-benar keluar rumah, sudut mataku menangkap kalau Imas melihat mas Daren dengan sendu. Aku hanya cuek dan mengangkat bahu acuh. "Ayu, kok melamun itu suamimu sudah masuk mobil. Apa mau tetap tinggal di sini?" ujar uwa mengagetkanku.Aku terhenyak dengan perkataan uwa dan tersenyum tipis padanya. Malu kalau ketahuan m
Part 32Hari ini terkahir kami berada di Bandung. Sebenarnya aku tak ingin pergi dulu karena suasana di sini sangat membuatku nyaman. Namun, mas Daren juga tak bisa lama-lama untuk cuti banyak sekali pekerjaan yang harus dikerjakan. Kami sudah bersiap-siap untuk berangkat, uwa ikut mengantar ke depan karena jalan ini tidak akan muat untuk mobil. "Yu, sehat-sehat ya jangan lupa nanti main lagi ke sini." Mata uwa berkaca-kaca. Aku pun ikut merasakan ketulusan darinya. Uwa juga memiliki satu putra tunggal yang bernama Dirja tetapi, dia sedang kuliah di Surabaya. Kami pun berpelukan untuk melepas rindu. Dari arah depan terlihat Imas hanya menatap kepergian kami. Dia tidak mau mendekat lagi karena sebelumnya sudah kuperingatkan walaupun beberapa kali selalu abai. Namun, beruntungnya aku sudah mempunyai rencana untuk melaporkan pada ibunya. Tentunya ada bukti untuk menjatuhkan calon pelakor itu. "Seandainya dirimu wanita baik-baik mungkin tak akan merusak rumah tangga orang lain. Namun
Part 31Uwa tidak menanggapi perkataan Imas. "Heh wanita sinting tak tahu malu, aku istrinya mas Daren. Kamu menanyakan dia kan? Karena tidak ada lagi lelaki di rumah Uwa kecuali suamiku!" Kutatap wajah polos itu tanpa rasa takut. Dadaku naik turun, Uwa terus menarik tanganku agar menjauh dari wanita sialan itu. "Istri?" balasnya yang melihat penampilanku dari atas sampai bawah. Seperti tengah mengejek karena saat ini aku memaki baju seperti dirinya. Ini gara-gara mas Daren yang tak mau bilang ingin menginap hingga aku minjam baju uwa saat masih gadis. Memang terlihat sangat lusuh apalagi sandal jepit yang kupakai menambah kesan jelek. "Iya memangnya kenapa? Apa ada yang salah?" tanyaku dengan menatap tajam. Aku tak akan mengalah hanya untuk wanita seperti dirinya. Meskipun aku diam pasti mas Daren tak akan tergoda dengan wanita seperti dirinya. "Aku tahu tipe mas Daren. Mana ada wanita kucel macam kamu bisa jadi istrinya!" Dia pun berdecih sambil bertolak pinggang. Ingin ku jamb
Part 30Seorang wanita tengah menatapku tak suka, dia berdiri di tembok pagar rumah uwa yang tingginya hanya satu meter. Dia terus memerhatikan ku yang tengah menyantap buah mangga muda. Tiba-tiba mas Daren datang sambil membawa garam yang kupinta, seketika raut wajah wanita itu tersenyum. Matanya berbinar menatap suamiku. Siapa dia? Dia masih saja setia berada di sana meskipun kutatap tajam wanita itu seolah mengatakan jangan macam-macam. Sengaja diri ini bermanja-manja pada mas Daren ingin disuapin buah mangga. Terlihat suamiku ngilu saat aku memakan buah itu yang masih mengkal serta renyah saat digigit. "Kamu mau, Mas?" tanyaku dengan sedikit manja. Aku mengeluskan kepala pada dada bidangnya ingin mengetahui saja bagaimana reaksi wanita itu. Benar dugaanku wanita itu makin melotot seraya mengangkat kedua tangannya mengepal seakan ingin mengajak perang. Siapa sih dia, tidak dimana-mana tak suka dengan kebahagiaan ku. "Enggak, apa enak?" ujarnya. Aku pun mengalihkan perhatian p
Bab 29Ada rasa sesak di dada saat menyaksikan teman yang kita sayangi dibawa sama polisi. Aku tak sanggup melihatnya, tetapi harus bisa kuat ini demi kebaikan dirinya. Semoga kamu bisa menyadari kesalahannya, Sya. Sudut mataku mengeluarkan cairan bening. Tiba-tiba ada tangan kekar yang melingkar di pinggang, hangat. Deru nafasnya bisa kurasakan, mas Daren memang suami yang sangat pengertian. "Mas," ucapku dengan suara sedikit gemetar. "Jangan menyesal, ini yang terbaik buat dia," balasnya memelukku dengan erat. Syasya sudah dibawa ke kantor polisi kini kami meninggalkan apatermen milik Syasya. Ada rasa lega di hati. "Kenapa kamu tidak melibatkan Mas, hem." Aku sedikit salah tingkah dengan tatapannya yang begitu menyejukan hati. Dia memandangku tanpa berkedip. "A-aku tak ingin merepotkan. Bukannya, Mas sedang ada rapat penting?" Aku menelan saliva saat tangan kekar itu m*ny*ntuh bibir. Ada desiran aneh ditubuhku. "Ayo pulang." Mas Daren tidak melakukan apapun. Dia kembali
Part 28Pov SyasyaAku sangat benci Ayu, dia telah merebut segalanya. Rasanya malas untuk berpura-pura baik lagi, akan ku tunjukan siapa Syasya sebenarnya. Suatu hari aku membuat kekacauan, meneror rumah Ayu dan seakan-akan bukan aku yang melakukan itu. Betapa bodohnya si Ayu itu dia wanita yang sangat polos, aku sudah muak dengan pura-pura baik padanya.Seperti yang kuduga, Ayu memang percaya bukan aku dibalik semua ini. Dan, ya aku tak bisa lagi diam. Saat ada kesempatan, aku ingin memb*nhnya. Akhirnya semua yang kuinginkan kembali padaku. Rasanya sangat bahagia ketika orang yang kucintai kembali. Syukurnya Mila mau kuperalat untuk memudahkan rencana ini dengan mulus. Aku sangat bahagia saat melihat dirinya menderita, tujuanku sudah tercapai. Akan tetapi, kebahagiaan itu tidak berselang lama, entah mengapa aku dipertemukan kembali dengan si Ayu. Walaupun sekarang penampilannya berubah, tetapi aku masih mengenalinya. Amarah ini tak bisa lagi dibendung, mengapa dirinya bisa selamat.
Part 27"Mas sudah pulang?" tanyaku dengan lembutTerlihat raut wajah mas Daren menyiratkan sesuatu. Dia hanya tersenyum tipis tanpa mau membalas perkataanku. Apakah ada sesuatu hal yang sangat serius hingga dirinya seperti itu?Kenapa dengannya? Apa aku salah bicara?Mas Daren membuka kemeja satu persatu. Lalu, dia mengambil handuk tanpa membuka bajunya ke dalam kamar mandi. Terdengar suara guyuran shower, aku duduk di sudut ranjang menunggu suamiku menyelesaikan mandinya. Sudah dua puluh menit, dia belum juga keluar membuatku khawatir dengan keadaanya. Ku ketuk pintu kamar mandi, tetapi tidak ada jawaban. "Mas," panggilku. Namun, masih sama. Mungkin tidak terdengar karena terkalahkan dengan suara gemercik air. Aku mondar-mandir di depan kamar mandi, biasanya tak lama. Ada apa dengannya? Apa aku telah membuat kesalahan? Ini tak boleh dibiarkan begitu saja. Aku tak mau kejadian dulu terulang lagi karena masalah komunikasi yang tak saling mengungkapkan pikiran masing-masing. "Mas
Part 26Akhirnya yang kutakutkan terjadi. Mila menjambak sanggul yang indah itu dan kini tergerai acak - acakan. "Dasar wanita tua, ayo lawan aku." Mila terus menjambak dengan kasar, aku pun tak tinggal diam dan segera melerai mereka. Syasya hanya acuh melihat kami seperti ini. Astagfirullah bukannya dia bibinya? Lalu kenapa diam saja. "Sya tolong aku pisahkan mereka," ujarku. Namun pengakuannya membuatku jengkel. "Kamu tidak lihat kalau aku gak ada kaki Ini juga salahmu, terus gimana caranya coba melerai mereka yang ada aku yang kena amukan." Dengan santainya berkata demikian, tanpa melihat sedikitpun ke arah kami. Entah mengapa, aku sudah tak menemukan sosok Syasya yang penyayang darinya.Seenggaknya dia berteriak meminta tolong karena aku sibuk memisahkan mereka. "Mil, sudah. Kamu 'kan baru operasi, aku takut kamu kenapa-kenapa." Aku terus saja melerai mereka mencoba membawa Mila untuk menjauh dari wanita gemuk itu. Akhirnya aku berhasil walaupun badanku kena pukulan bibinya
Part 25Pandangan kami saling tatap entah kapan bibir itu meny*tu, aku terpejam sedikit terbuai dengan permainan suamiku. Walaupun terasa kaku, tetapi aku sangat menikmatinya. Degup jantungku bertalu-talu saat tangan kekar itu masuk ke celah yang di tutupi kain. Benda ke*y*l yang tidak terlalu besar. Namun, cukup pas berada digenggamannya. Tanpa terasa bibirku mengeluarkan suara indah yang membuat suamiku makin menggila. "Bolehkah Mas memintanya?" tanyanya dengan lembut. Aku hanya mengangguk pelan. Mengapa bilang dulu tidak langsung saja. Wajah ini mungkin merah merona bak kepiting rebus. Sebelum memulai, mas Daren membaca doa terlebih dahulu. Dia memang agamis sekali, tidak lama kami melakukannya. Aku meringis menahan nyeri. Tiba-tiba mas Daren menghentikan aktivitasnya. "Kenapa Sayang? Apa Mas menyakitimu?" Aku menggeleng seraya tersenyum. Menatap tubuh p*l*s itu yang penuh dengan peluh. Aku terlelap terlebih dahulu, sebelum tidur mas Daren sempat menci*m keningku lama"Terima
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen