Adik Ipar Terkaya

Adik Ipar Terkaya

last updateLast Updated : 2023-12-19
By:  Pemanis Aksara  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
39Chapters
3.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Habib seorang ipar yang dicemooh oleh Galih dengan sebutan benalu. Dia bekerja sebagai steward di salah satu restauran berbintang membuat Kakak iparnya malu. Ketiadaan harta dan tahta yang dimiliki Habib, ia selalu mendapat hinaan bahkan sumpah serapah dari Kakak iparnya kalau ia tidak sanggup memberikan nafkah kepada Nabila-istrinya. Namun, tidak selamanya kehidupan di bawah. Begitu pun sebaliknya. Habib terus berusaha agar tegar dan tabah dalam menghadapi semua cobaan yang menghujam laksana sarapan pagi. Ternyata, hinaan dan cacian yang ia dapatkan dari Kakak ipar ada niat terselubung yang sangat membuat Nabila dan Habib terkejut. Sampai-sampai rahasia itu tidak dapat dimaafkan oleh Habib dan istri tercinta. Rahasia yang terbungkus rapi membuat Habib membuka kaca mata istrinya dan ia berjanji akan mengangkat derajat Nabila yang selalu setia kepada Habib. Ia sangat bersyukur memiliki istri setulus dan sesabar Nabila. Walaupun sehebat apapun itu hinaan dan cobaan menghadang agar bahtera rumah tangga yang dilandasi dengan cinta bisa ambruk begitu saja. Nabila selalu sabar dan kuat menerima itu semua. Habib selalu menguatkan Nabila setiap saat ketika ujian kenyataan hidup selalu datang bertubi-tubi.

View More

Latest chapter

Free Preview

Part 01: Dibentak

"I need small pan," teriak Fadli sambil nge-baked tiger prawn. Sudah berulang kali dia meminta small pan, tapi Habib belum sempat mengantarnya. Cucian piring kotor yang menggunung membuatnya kewalahan untuk menuruti permintaan staff kitchen dan staff service. Ia mengusap keringat yang menggelinding di kening."Sudah berapa kali kubilang ... aku butuh small pan," hardik Fadli dengan wajah memerah. Dia sudah berdiri tepat di sampingnya. "Setiap kali briefing, apa yang selalu urgent itu dulu yang harus dituruti. Walaupun pekerjaan kita menumpuk. Itu bisa saja nanti dibantu sama staff yang lain." Fadli masih saja menahan gejolak amarah yang sudah meronta untuk segera diluapkan. "Apa kamu sanggup mendenda makanan yang sudah lama menunggu antrian?!" bentaknya lagi tidak peduli dengan staff lain. "Kamu di sini bekerja untuk mencari duit, bukan bekerja untuk mengeluarkan duit akibat mendenda makanan yang terlambat keluar karena pekerjaanmu lambat seperti keong mas!" racaunya sambil berdecak p

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
39 Chapters

Part 01: Dibentak

"I need small pan," teriak Fadli sambil nge-baked tiger prawn. Sudah berulang kali dia meminta small pan, tapi Habib belum sempat mengantarnya. Cucian piring kotor yang menggunung membuatnya kewalahan untuk menuruti permintaan staff kitchen dan staff service. Ia mengusap keringat yang menggelinding di kening."Sudah berapa kali kubilang ... aku butuh small pan," hardik Fadli dengan wajah memerah. Dia sudah berdiri tepat di sampingnya. "Setiap kali briefing, apa yang selalu urgent itu dulu yang harus dituruti. Walaupun pekerjaan kita menumpuk. Itu bisa saja nanti dibantu sama staff yang lain." Fadli masih saja menahan gejolak amarah yang sudah meronta untuk segera diluapkan. "Apa kamu sanggup mendenda makanan yang sudah lama menunggu antrian?!" bentaknya lagi tidak peduli dengan staff lain. "Kamu di sini bekerja untuk mencari duit, bukan bekerja untuk mengeluarkan duit akibat mendenda makanan yang terlambat keluar karena pekerjaanmu lambat seperti keong mas!" racaunya sambil berdecak p
Read more

Part 02: Hitam tetap Hitam

"Jelas kamulah!" jawab Fadli dengan percaya diri. Dia mengulas senyum smirk. Lengan kanannya diletak di bahunya Habib sebelah kanan."Jangan terlalu sepele kepada orang yang kamu anggap hina dan miskin sepertiku ini," sindir Habib sambil menepiskan lengan Fadli dari bahunya. Dia melayangkan lengannya ke udara seolah merasa jijik Fadli menaruh organ tubuhnya ke badan Habib. "Hina di mata manusia, belum tentu nista di kaca mata Sang Penguasa Alam," imbuhnya sambil menepuk pundak Fadli pelan. Ia memutar tubuhnya lalu mengayunkan langkah kakinya meninggalkan Fadli."Dasar manusia tidak tahu diuntung!" berang Fadli sambil melayangkan sebuah pukulan di punggung Habib. Namun, untuk saja Gibran datang menjadi pahlawan kesiangan. Habib memutar tubuhnya lalu mengarahkan ekor matanya ke arah Fadli dan Gibran."Sudah berani kamu mencelakaiku ketika aku lengah?! Hah!" seru Habib sambil menarik lengan kanannya Fadli lalu sengaja dia kunci kuat dengan memutar ke belakang. Fadli meraung kesakitan. "
Read more

Part 03: Tertangkap Basah

"Habib mengundurkan diri," jawab Fadli lirih. Dia mencoba berkata jujur. Walaupun belum semua diceritakan kepada Leni-SPV di restaurant itu."Ayo masuk ke dalam," ajak Leni dengan elegan. Retinanya menyapu ke setiap sudut pojok. Perasaan tidak enak lahir di dalam hatinya melihat pengunjung yang memperhatikan setiap gerak-gerik yang tercipta. Mereka bertiga melangkah gontai menuju loker."Tidak mungkin Habib mengundurkan diri kalau tidak ada sebabnya!" ucap Leni tegas setelah sampai di loker. Dia menatap kedua bola mata Fadli dan Gibran bergantian. Namun, tidak ada sepatah kata yang keluar dari sudut bibir kedua pria yang ada di depannya."Gibran! Cepat kejar Habib! Jangan sampai dia risaign dari sini!" seru Leni dengan nada tegas. Tanpa buang-buang waktu, Gibran langsung melaksanakan perintah atasannya. Dia tidak mau kena pecat akibat membantah.Leni menghela napas panjang. Dia tidak tahu harus memulai dari mana untuk menasihati Fadli yang selalu arogan kepada Habib.Suasana hening se
Read more

Part 04: Mulai Membantah

"Apa yang kamu lakukan di situ?" tanya Abizar. Dia memutar balikkan pertanyaan sebelum Adik iparnya bertanya duluan."Aku tadi mau ke kamar," kelakarnya sambil mencari jawaban yang tepat. "Ada sesuatu hal yang tertinggal dan sangat penting untuk mengurus kelulusan training-ku," jawab Habib mencoba santai. Amarah dan rasa cemburu yang hampir saja meledak sengaja ia pendam.Nabila hanya diam dan memasang wajah heran. Dia tidak sanggup memandang wajah suaminya. Lebih baik dirinya diam ketimbang buka suara."Kenapa menuju dapur?" tanya Abizar heran. Dia melangkah menghampiri Habib. "Maaf kalau kedatanganku tidak kukasih tahu sebelumnya. Aku sengaja memberikan kejutan kepada Nabila-adik kesayanganku," jelasnya mencoba mengukir senyum simpul. "Aku tahu kamu pasti lupa kalau hari ini sangat istimewa buat Nabila," ujarnya lagi. Nabila mendongak menatap Abangnya. "Hari ini tepat tanggal lahir istrimu," sindirnya dengan nada sarkasme. Kedua bola mata Habib dan Abizar saling tertaut. Sengaja tid
Read more

Part 05: Rencana Apa?

"Hewan melata saja masih bisa bertahan hidup. Padahal dia sangat dibenci Tuhan karena ikut mengobarkan api pada saat nabi Ibrahim dibakar hidup-hidup. Begitu juga dengan binatang haram masih terus bisa berkeliaran," seru Nabila untuk menyangkal perkataan abangnya yang selalu menyepelekan Habib. "Itu artinya setiap makhluk hidup sudah ada rezekinya masing-masing," jelasnya lagi sambil menghela napas. "Bagaimana dengan manusia yang jauh lebih sempurna. Selagi hamba-Nya masih mau berusaha dan berdoa, pasti ada jalan rezekinya." Nabila sudah tidak habis pikir untuk menjelaskannya kepada Abangnya. "Tolong buka mata, ketok hati. Dan tolong untuk yakin dan percaya atas keagungan Sang Pencipta Alam Semesta." Nabila membuang napas lalu mencoba menenangkan pikiran agar hati dan jiwanya bisa tenang. "Aku yakin, in sya Allah pasti ada jalan rezeki setiap ciptaan Tuhan.""Buktinya saja kamu makin kurus dan raut wajahmu lecek," balasnya menyeringai. "Belum lagi tempat tinggal yang tidak layak huni,
Read more

Part 06: Bingung untuk Mendapatkannya

"Rencana apa yang kamu maksud?" tanya Habib kepada kakak iparnya.Abizar hanya bergeming dan mematung. Hening seketika yang tercipta. Padahal masih banyak teka-teki yang harus dipecahkan oleh Habib. Kedua bola matanya terus memperhatikan ponsel yang masih on di atas lantai. Ia melangkah cepat menghampiri Abizar.[Pokoknya halangi dulu dia agar jangan cepat sampai kemari!] Ternyata loud speaker benda pipih itu aktif sehingga sangat jelas terdengar suara seorang pria.Habib mengernyitkan kening. Intonasi suaranya ia mengenal siapa yang bicara, tetapi tidak mau menebak yang tidak pasti."Cepat jawab!" bisik Habib dengan sedikit memaksa. Ia menarik kerah baju kakak iparnya dengan sorot mata tajam. "Jangan kamu terbata menjawabnya!" serunya kembali dengan merendahkan volume suara dari biasa.[Serahkan saja kepadaku. Pokoknya jangan sia-siakan kepercayaanku,] jawab Abizar sembari mengukir senyum terpaksa.Habib sengaja memutuskan sambungan telepon. Lalu menatap ke arah kakak iparnya. "Renc
Read more

Part 07: Pengakuan Jujur Membawa Malapetaka

Nabila terus gelisah laksana hilang akal sehat. Dari tadi dia asik mondar-mandir dari kursi samping brangkar ke sopa dekat pintu kamar. Otaknya mau pecah memikirkan dari mana dia dapat uang segitu banyaknya."Na-Nabila, sayang. Aa-aku ada di mana?" tanya Habib terbata. Pandangannya buram membuat dirinya tidak tahu sedang di mana dan lagi ngapain.Nabila tersontak kaget melihat ke arah asal suara itu. Tangan Habib meraba-raba mengudara seolah mencari keberadaan istrinya. "Aa-aku ada di sini, Bang," jawab Nabila panik. Dia berlari menghampiri suaminya yang sedang berbaring lemas di atas brangkar."Aku ada di mana? Kenapa ada selang yang menyentuh kulit tanganku?" cecarnya terus dan ia ingin mencopot jarum yang menempel di tangan.Aa-Abang kemarin siang kecelakaan. Sekarang ini lagi di rumah sakit, sayang," bisiknya di daun telinga suaminya. Dia sengaja menunduk agar mulutnya pas dan dekat ke telinga suaminya. Setelah dia berkata, Nabila kembali berdiri tegak. Rasa teriris dan tersayat
Read more

Part 08: Obat Apa itu?

"Akhirnya aktingku berhasil untuk membongkar semua akal dan niat busukmu, wahai Abang iparku," imbuhnya membuat mata Abizar tidak berkedip dan mulutnya menganga. Ia mengulas senyum seolah merasa puas dan bahagia rahasia Abang iparnya selama ini terbongkar sudah. Habib yakin tidak akan ada lagi senjata Abang iparnya untuk menghina dan merusak surga yang selama ini ia bangun bersama Nabila. "Kamu belum percaya kalau aku pura-pura sakit?!" Ia langsung menyandarkan punggungnya ke dinding lalu mencabut infus yang melekat di tangan.Kedua bola mata Abizar hampir saja mau lepas sari sarangnya. "Ke-kenapa bisa?!" tanya Abizar ragu dan tidak percaya.Habib mengukir senyum lalu berkata, "apa yang tidak bisa di dunia ini," jawabnya sarkasme dengan mengukir senyum smirk."Ini tidak mungkin. Kamu pasti sudah gila!""Ya aku memang sudah gila." Habib tidak mau kalah dengan Abizar. Tiba-tiba, seorang perawat masuk ke dalam ruangan membuat Habib dan Abizar diam sejenak. Sorot mata Abizar menatap Hab
Read more

Part 09: Pilih Neraka atau Bayaran Dua Kali Lipat

"Kamu siapa?! Terus kenapa kamu bisa memakai seragam tim medis rumah sakit ini? Kenapa kamu bisa mendapat itu semua?!" tanya Hendra sebagai dokter yang menangani Habib.Perawat itu gemetar dan tidak tahu harus menjawab apa. Dia menatap ke arah wajah Abizar. "Sejak awal aku sudah curiga dengan perawat ini," sela Habib dengan ekor mata mendelik. Ia ingin sekali membungkam mulut Abizar. Namun, belum ada waktu yang tepat dan alasan yang cocok."Makanya kalau masuk rumah sakit itu jangan swasta. Ke rumah sakit umum, kek," kelakar Abizar. Dia berkata seperti itu seolah mengecoh konsentrasi Hendra. "Begini kalau rumah sakit swasta. Orang lain yang bukan tim medis bisa lewat dan hendak mencelakai pasien," imbuhnya mengejek."Hentikan ucapanmu! Kami pihak rumah sakit bisa membongkar siapa dalang dari otak perawat gadungan ini. Suster! Cepat panggil sekuriti sebelum perawat gadungan ini pergi melarikan diri!" berang Hendra tidak terima kalau rumah sakit tempat dia bekerja dijelek-jelekkan."Da
Read more

Part 10: Sama Saja

Abizar kini telah menyesal setelah membayar wanita untuk menghabisi nyawa adik iparnya. Dia terkulai layu setelah perawat gadungan itu berkata jujur."Sayang," ucap Habib memecah keheningan di dalam ruangan. Apakah kamu sudah percaya kalau Abizar ini bukan manusia, melainkan iblis," hina Habib menimpali. Kali ini Abizar tidak berkutik lagi."Motivasi apa yang membuat kamu gelap mata, Bang?!" tanya Nabila. Dia tidak menyangka kalau pria yang selama ini dia anggap Abang kandung ternyata orang jauh. "Pantas saja kamu selalu menghalangi aku dengan Bang Habib. Ternyata kamu itu tidak sedarah dan senasab denganku." Nabila tergugu dan bahkan tersaruk pilu. Andai dia dari awal termakan atas ucapan Abizar. Mungkin dia sudah menyesal telah berkhianat kepada pria yang selama ini berusaha sabar dan tegar meghadapi hinaan yang dipahat Abizar. "Sekarang aku baru sadar dan tahu. Abang menghalalkan segala macam cara untuk mendapatkanku." ucap Nabila dengan suara serak. Semua sudah terbongkar kejahata
Read more
DMCA.com Protection Status