"Gimana ya, Ma, aku ngejelasinnya? Kalau gitu kita keluar dulu yuk, sekarang. Kasihan Sabda lama nunggu," elak Yoni agar tidak perlu menjawab Hananti.Bersamaan dengan itu terdengar suara di depan pintu kamar Hananti Wistara.Suara apa?"Yolan ... Mama?" suara Yoni dengan ketukan di pintu terdengar "Kan, Yolan nyusul. Ayo, Ma, Pa kita keluar," ajak Yolan.Ketiganya pun keluar dengan berondongan kata dari Yoni, "Lama banget Yoni manggil Mama sama Papa. Sabda udah nungguin dari tadi mau pulang tuh.""Iya ini kita mau nemuin Sabda," sahut Hananti yang berjalan paling depan ke ruang tamu."Malam Tante," sambut Sabda melihat Hananti. "Saya mau pamit pulang Tante," ucap Sabda lalu mengajak Hananti salaman dan mencium tangan wanita yang pernah jadi selingkuhan Papanya itu.Melihat Wistara, Sabda melakukan hal sama."Hati-hati ya, di jalan Sab. Sudah malam," balas Hananti lalu mengantar Sabda sampai halaman rumah.Sampai Sabda naik mobil dan meninggalkan rumah Yolan keempat orang itu masih b
Suara itu tiba-tiba muncul dengan kepala menyembul dari pintu. Ada yang nguping rupanya.Siapa coba yang nguping?"Mama ....!" seru Yolan dan Yoni serempak."Ini lho Ma aku dan Yoni hari ini mau ngajak Mama jalan. Kita makan dan nonton di mal yuk?" ucap Yolan spontan dan ceplas ceplos seperti biasa.Gadis berkucir ekor kuda itu memang selalu pandai menyikapi situasi."Masa sih? Yang mama dengar tadi beda?" tukas Hananti."Yoni cepat dandan kita mau berangkat," usir Yolan pada Yoni yang saat itu sedang berada di kamarnya."Aku juga mau siap-siap. Mama udah mandi kan? Mama tunggu di bawah ya, karena kita mau pergi bertiga sekarang. Nonton dan shooping dan lainnya."Hananti merasa diusir. Tapi ia menurut dan menunggu dua anaknya di lantai satu rumah.***Sampai mal Yolan segera mencari bioskop dan membeli tiket untuk menonton film baru yang sedang release di hari ke dua itu.Semua dilakukan Yolan agar Hananti tidak membuat banyak pertanyaan.Mereka duduk bertiga di dalam bioskop posisi
Di sini Yolan baru merasa kalau Sabda benar-benar high quality, humble dan genuine pula."Cocok buat Yoni Kakakku yang berprestasi dan pintar."Tidak sama seperti saat pertama mereka bertemu. Sabda nampak tengil, konyol, menyebalkan dan menjijikan karena datang bersama Papanya."Kalau Sandi? Dokter muda itu. Abaikan saja karena dia sudah jadi pacar orang."Kemudian Sabda mengajak ke twenty one di lantai atas mall karena film yang akan mereka tonton sudah hampir tayang.Yoni dan Yolan pura-pura bereaksi normal sebagaimana mestinya saat tahu film yang dipilih Sabda, film yang dua hari lalu mereka tonton bersama Hananti.Yolan dan Yoni sudah hapal setiap scene di layar bioskop, tapi mereka tetap no komen.Sabda rupanya sudah mengatur sedemikian rupa. Yolan duduk dengan Sandi dalam bioskop yang berseberangan dengan tempat duduk Sabda dan Yoni."Mampus nggak nih, kalau pacar Sandi mergokin aku jalan berdua. Duh .... jadi nggak enak perasaanku," batin Yolan gelisah."Sabda suka film horor,
Yolan dan Yoni mendekat."Selamat ya, Sabda untuk graduationya?" Sambil menyalami Sabda lalu duduk mengapit Hananti."Terima kasih. Tadi ngomong 'perasaan' apa ya, Lan? Aku sempat dengar tuh," kata Sabda."Yoni bilang, Sabda pasti berubah setelah wisuda. Aku bilang itu perasaannya saja."Yolan menerangkan dan Sabda menghembuskan napas lega."Jadi Sabda dinas di mana setelah ini?" tanya Hananti. Ia ikut merasa bangga anak selingkuhannya sudah berhasil lulus dari pendidikannya."Ikatan dinas selama 10 tahun, Tante.""Di mana?""Sebenarnya penempatan itu berdasar ranking juga. Semakin tinggi ranking, penempatan juga semakin enak, di kota-kota besar. Yang kasihan kalau ranking kita di bawah, biasanya ditempatkan di kota yang bahkan sebelumnya kita tidak pernah dengar namanya dan tidak tahu bahwa ada kota itu di Indonesia ...."Sabda tertawa sendiri dengan penjelasanya untuk Hananti."Kamu dapat di mana, Sab?" tanya Yoni ingin tahu juga."Allhamdulilah untuk tahun pertama ikatan dinas ak
Untuk menerjemahkan arti senyum sang Mama, mungkin Yolan butuh waktu sampai 1000 tahun kalau tak sembahyang apa gunanya."Sekte apa itu, Lan?""Itu sekte pengurai senyum kedangkalan nalar semesta menuju tatanan sedalam inti bumi!""Astaghfirullah!"Hananti memegangi dadanya."Sudah malam, Ma. Yolan tidur dulu, ya? Tadi ke sini cuma mau ngasih tahu kalau Sabda dan Yoni udah jadian. Dan Sabda sudah pulang. Silahkan Mama dan Papa bubu manis," celoteh Yolan sambil melihat sekilas ke arah Wistara yang sudah lelap dibuai mimpi."Oh, iya hampir lupa. Malam minggu besok, aku dan Yoni diundang ke acara syukuran Wisuda Sabda. Eits ... tapi acara ini khusus muda-mudi. Orang tua tidak diundang. Sekian pemberitahuan dan penutup dari Yolan. Nice sleep dan mimpi indah, Mamaku. Emuach ...."Tanpa menunggu respon Hananti, Yolan segera keluar dari kamar.Hananti hanya menggeleng melihat kelakuan Putri bungsunya itu.***Malam minggu yang cerah penuh bintang di langit. Yolan dan Yoni datang sebagai unda
Dan ….Kemudian Sandi menerima tanda merah di pipi kiri dan kanannya dari perempuan itu.Yolan memejamkan mata melihat adegan di depannya."Pasti perempuan itu pasti pacarnya Sandi."Sambil mengayun berjalan ke sana kemari Yolan mencoba mendiamkan sang bayi yang tangisannya makin kencang.Yolan juga melihat ke arah Sandi sedang memegangi pipinya. Pipi yang baru saja terkena tamparan dari Melody! Bukan civman.Belum hilang rasa kaget dan bingung Sandi tiba-tiba Melody--wanita yang tadi menamparnya menangis. "Lah, aku yang dit4mpar, kenapa dia yang menangis?"Lalu perempuan itu pergi berlari meninggalkan Sandi dan Yolan."Mel ... Melody ....!" panggil Sandi sambil menarik tangan Melody."Kemaren lo ke mana? Dan siapa perempuan itu? Aku tadi ke rumahmu. Katanya kamu nggak dinas dan ada di acara syukuran Sabda. Kenapa sekarang malah di sini?” kata Melody sambil menghapus air matanya.“Kemarin? Aku nggak kemana-mana. Aku salah lihat jadwal Mel. Kukira hari ini libur. Ternyata besok. Oh iy
"Sebenarnya bisa saja aku___"Sabda menjadi kesal dengan penjelasan Yoni yang muter-muter lalu memanggil Yolan."Laaan ...."Yolan yang sedang makan dan duduk di meja sebelah dengan beberapa teman Sabda menoleh."Kok kamu nggak bilang kalau besok pagi Yoni wisuda.""Dia nggak datang, Sab. Aku yang mewakili," sahut Yolan lalu nyengir kuda.Dan kembali asik mengobrol dengan beberapa lulusan akpol teman-teman Sabda."Tidak datang ke acara wisuda, tanggal kembar, bisa nggak kamu jelasin ke aku Yon?" kata Sabda."Acara wisudaku bentrok dengan kesibukanku, Sab. Tanggal kembar 2.2 itu tanggal ramai untuk leader bisnis online sepertiku. Banyak promo dari marketplace.""Lho, kamu kan leadernya, Sayang. Kamu pasti punya karyawan. Dan mereka kan bisa menghandle dulu semuanya.""Aku juga bisa meliburkan toko, tapi aku nggak mau. Karena aku lebih cinta uang dari pada foto-foto saat wisuda," jelas Yoni membuat Sabda tertawa.Yoni juga tertawa."Alasanmu sebenarnya tidak bisa aku maklumi. Aku pikir
"Acaranya kita akhiri sampai di sini. Toh teman-temanku juga mengerti. Kami biasa disiplin saat di Asrama Akpol. Tuh ... hampir jam dua belas malam. Memang waktunya harus selesai. Bubar .... " kata Sabda. Rupanya teman-teman Sabda juga mengerti gelagat Sabda. Dan mereka pun satu persatu berpamitan sambil terus bercanda. Bahagia. Semua terpancar dari wajah-wajah 'polisi baru jadi,' itu .... Acara sederhana namun khidmat malam itu selesai. Sabda juga mengundang pemuka agama untuk memimpin acara doa bersama. Ada juga qira'ah yang mengaji ayat suci Al-Quran. Yang paling menenangkan, Yolan tidak bertemu Jaya Kumara malam itu. Lega rasanya, meski harus mengalami insiden di klinik bersama Sandi dengan melody dan Ibu bayi pasien Sandi. ***Sampai rumah, orang tua Yoni dan Yolan sudah tidur karena mereka tiba hampir pukul satu dini hari. "Sudahlah hadiri saja acaranya. Aku bisa mengatur agar MUA datang ke sini subuh nanti. Baju dan semua keperluan wisuda dia yang sediakan. Kamu hanya b