"Kamu nggak patah hati, 'kan, waktu itu?""Enggak, sih, biasa aja. Kan udah saling sepakat.""Seru juga. Terus kabar cowok itu sekarang gimana?"Yolan tersenyum. "Ini lucu, nih, Yon. Dia, setahun lalu ngehubungin aku. Tanya apa aku udah punya pacar? Aku bilang udah. Padahal belum. Haha ...." Yolan tergelak mengingatnya."Dasar tukang ngibul!" cela Yoni."Aku juga bilang sama dia, tiga tahun lagi mau nikah sama pacarku itu!""Parah, kamu Lan.""Lah, dia makanya dan dia juga bilang, 'Apa nggak mau coba lagi sama aku?' Lalu kita sempet deket lagi. Emang dasarnya aku nggak punya cowok, kan? Tapi obrolan dia makin nggak nyambung. Kalau lagi deketan dia nggak ada setruman. Rasanya B aja. Hambar. Aku bilang aja pacarku mau datang dari luar negeri. Dia pingin ketemu sama pacarku. Aku blokir nomornya. Daripda ketahuan ngibul. Dan sekarang hidupku penuh ketenangan. Tanpa diribetin sama cowok, sama pacar dan lain-lain. Aku nunggu kamu, Yon ...." Yolan mengakhiri ceritanya."Nunggu apaan?" balas
"Ini buat Yoni ... sebagai tanda aku ingin mengenalmu lebih dekat lagi," kata Sabda.Mata Yolan membesar melihat sesuatu ditangan Sabda yang akan ia berikan untuk Yolan.Yoni berdebar saat Sabda mendekat dan pindah duduk di sampingnya dengan buket bunga di tangan.Bunga yang jadi lambang romantisme itu.Mawar merah!"Makin yahud saja memang acting Sabda. Penuh totalitas," puji Yolan dalam hati."Yoni yang diberi mawar merah kenapa aku yang merasa disayangi, diperhatikan dan dicintai, ya? Oh Tuhan, ampuni aku," celoteh si Bungsu dalam keluarga itu.Mimik kocak Yolan membuat Yoni dan Sabda tertawa."Semoga harimu baik-baik saja dan menyenangkan, ya, Yoni?" kata Sabda meminta Kakak Yolan itu menerima bunga pemberiannya.Yoni menerimanya seraya melirik Yolan, "Terima kasih. Kukira bunganya buat Yolan," ucapnya."Bukan, itu buat kamu, Yoni. Gadis tengil itu terlalu menyebalkan untuk menerima bunga pemberian dariku.""Eh ... eh ngomong apa barusan, Sab? Coba bisa diulang? Yon, batalkan ked
"Ini buat Yoni ... sebagai tanda aku ingin mengenalmu lebih dekat lagi," kata Sabda.Mata Yolan membesar melihat sesuatu ditangan Sabda yang akan ia berikan untuk Yoni.Yoni pun berdebar saat Sabda mendekat dan pindah duduk di sampingnya dengan buket bunga di tangan.Bunga yang jadi lambang romantisme itu.Mawar merah!"Makin yahud saja memang acting Sabda. Penuh totalitas," puji Yolan dalam hati."Yoni yang diberi mawar merah kenapa aku yang merasa disayangi, diperhatikan dan dicintai, ya? Oh ... Tuhan, ampuni aku."Mimik kocak Yolan membuat Yoni dan Sabda tertawa."Semoga harimu baik-baik saja dan menyenangkan ya, Yoni?" kata Sabda meminta Kakak Yolan itu menerima bunga pemberiannya.Yoni menerimanya seraya melirik Yolan, "Terima kasih. Kukira bunganya buat Yolan," ucapnya."Bukan, itu buat kamu, Yoni. Gadis tengil itu terlalu menyebalkan untuk menerima bunga pemberian dariku.""Eh ... eh, ngomong apa barusan, Sab? Coba bisa diulang? Yon, batalkan kedatangan kita ke acara syukuran
"Gimana ya, Ma, aku ngejelasinnya? Kalau gitu kita keluar dulu yuk, sekarang. Kasihan Sabda lama nunggu," elak Yoni agar tidak perlu menjawab Hananti.Bersamaan dengan itu terdengar suara di depan pintu kamar Hananti Wistara.Suara apa?"Yolan ... Mama?" suara Yoni dengan ketukan di pintu terdengar "Kan, Yolan nyusul. Ayo, Ma, Pa kita keluar," ajak Yolan.Ketiganya pun keluar dengan berondongan kata dari Yoni, "Lama banget Yoni manggil Mama sama Papa. Sabda udah nungguin dari tadi mau pulang tuh.""Iya ini kita mau nemuin Sabda," sahut Hananti yang berjalan paling depan ke ruang tamu."Malam Tante," sambut Sabda melihat Hananti. "Saya mau pamit pulang Tante," ucap Sabda lalu mengajak Hananti salaman dan mencium tangan wanita yang pernah jadi selingkuhan Papanya itu.Melihat Wistara, Sabda melakukan hal sama."Hati-hati ya, di jalan Sab. Sudah malam," balas Hananti lalu mengantar Sabda sampai halaman rumah.Sampai Sabda naik mobil dan meninggalkan rumah Yolan keempat orang itu masih b
Suara itu tiba-tiba muncul dengan kepala menyembul dari pintu. Ada yang nguping rupanya.Siapa coba yang nguping?"Mama ....!" seru Yolan dan Yoni serempak."Ini lho Ma aku dan Yoni hari ini mau ngajak Mama jalan. Kita makan dan nonton di mal yuk?" ucap Yolan spontan dan ceplas ceplos seperti biasa.Gadis berkucir ekor kuda itu memang selalu pandai menyikapi situasi."Masa sih? Yang mama dengar tadi beda?" tukas Hananti."Yoni cepat dandan kita mau berangkat," usir Yolan pada Yoni yang saat itu sedang berada di kamarnya."Aku juga mau siap-siap. Mama udah mandi kan? Mama tunggu di bawah ya, karena kita mau pergi bertiga sekarang. Nonton dan shooping dan lainnya."Hananti merasa diusir. Tapi ia menurut dan menunggu dua anaknya di lantai satu rumah.***Sampai mal Yolan segera mencari bioskop dan membeli tiket untuk menonton film baru yang sedang release di hari ke dua itu.Semua dilakukan Yolan agar Hananti tidak membuat banyak pertanyaan.Mereka duduk bertiga di dalam bioskop posisi
Di sini Yolan baru merasa kalau Sabda benar-benar high quality, humble dan genuine pula."Cocok buat Yoni Kakakku yang berprestasi dan pintar."Tidak sama seperti saat pertama mereka bertemu. Sabda nampak tengil, konyol, menyebalkan dan menjijikan karena datang bersama Papanya."Kalau Sandi? Dokter muda itu. Abaikan saja karena dia sudah jadi pacar orang."Kemudian Sabda mengajak ke twenty one di lantai atas mall karena film yang akan mereka tonton sudah hampir tayang.Yoni dan Yolan pura-pura bereaksi normal sebagaimana mestinya saat tahu film yang dipilih Sabda, film yang dua hari lalu mereka tonton bersama Hananti.Yolan dan Yoni sudah hapal setiap scene di layar bioskop, tapi mereka tetap no komen.Sabda rupanya sudah mengatur sedemikian rupa. Yolan duduk dengan Sandi dalam bioskop yang berseberangan dengan tempat duduk Sabda dan Yoni."Mampus nggak nih, kalau pacar Sandi mergokin aku jalan berdua. Duh .... jadi nggak enak perasaanku," batin Yolan gelisah."Sabda suka film horor,
Yolan dan Yoni mendekat."Selamat ya, Sabda untuk graduationya?" Sambil menyalami Sabda lalu duduk mengapit Hananti."Terima kasih. Tadi ngomong 'perasaan' apa ya, Lan? Aku sempat dengar tuh," kata Sabda."Yoni bilang, Sabda pasti berubah setelah wisuda. Aku bilang itu perasaannya saja."Yolan menerangkan dan Sabda menghembuskan napas lega."Jadi Sabda dinas di mana setelah ini?" tanya Hananti. Ia ikut merasa bangga anak selingkuhannya sudah berhasil lulus dari pendidikannya."Ikatan dinas selama 10 tahun, Tante.""Di mana?""Sebenarnya penempatan itu berdasar ranking juga. Semakin tinggi ranking, penempatan juga semakin enak, di kota-kota besar. Yang kasihan kalau ranking kita di bawah, biasanya ditempatkan di kota yang bahkan sebelumnya kita tidak pernah dengar namanya dan tidak tahu bahwa ada kota itu di Indonesia ...."Sabda tertawa sendiri dengan penjelasanya untuk Hananti."Kamu dapat di mana, Sab?" tanya Yoni ingin tahu juga."Allhamdulilah untuk tahun pertama ikatan dinas ak
Untuk menerjemahkan arti senyum sang Mama, mungkin Yolan butuh waktu sampai 1000 tahun kalau tak sembahyang apa gunanya."Sekte apa itu, Lan?""Itu sekte pengurai senyum kedangkalan nalar semesta menuju tatanan sedalam inti bumi!""Astaghfirullah!"Hananti memegangi dadanya."Sudah malam, Ma. Yolan tidur dulu, ya? Tadi ke sini cuma mau ngasih tahu kalau Sabda dan Yoni udah jadian. Dan Sabda sudah pulang. Silahkan Mama dan Papa bubu manis," celoteh Yolan sambil melihat sekilas ke arah Wistara yang sudah lelap dibuai mimpi."Oh, iya hampir lupa. Malam minggu besok, aku dan Yoni diundang ke acara syukuran Wisuda Sabda. Eits ... tapi acara ini khusus muda-mudi. Orang tua tidak diundang. Sekian pemberitahuan dan penutup dari Yolan. Nice sleep dan mimpi indah, Mamaku. Emuach ...."Tanpa menunggu respon Hananti, Yolan segera keluar dari kamar.Hananti hanya menggeleng melihat kelakuan Putri bungsunya itu.***Malam minggu yang cerah penuh bintang di langit. Yolan dan Yoni datang sebagai unda