Home / Urban / Bangkitnya Johan / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Bangkitnya Johan: Chapter 41 - Chapter 50

96 Chapters

Part 41

Raditya duduk di ruangannya dengan ekspresi serius. Aryo baru saja melaporkan sesuatu yang menarik—ada bisikan di antara orang-orangnya bahwa seseorang di dalam tim inti telah mulai bermain di dua sisi. "Kau yakin ini bukan hanya rumor?" tanya Raditya, suaranya tajam. Aryo menggeleng. "Bukan hanya rumor, Tuan. Aku mendapatkan beberapa petunjuk kecil bahwa seseorang dalam lingkaran kita telah melakukan komunikasi rahasia dengan pihak luar." Raditya menyipitkan matanya. "Siapa?" Aryo mengambil napas sebelum menjawab. "Prasetyo." Ruangan itu menjadi hening. Nama itu bukan sembarang nama—Prasetyo adalah salah satu otak strategi terbaik yang dimiliki Raditya. Namun, justru karena kepintarannya itulah, Raditya tahu bahwa Prasetyo bukan orang yang akan setia jika situasinya berubah. Raditya menyandarkan tubuhnya, berpikir sejenak. "Apa kau punya bukti?" Aryo menggeleng. "Belum ada bukti konkret. Tapi gelagatnya aneh. Ia terlihat lebih tertutup dari biasanya, dan ada informasi y
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Part 42

Prasetyo tiba di lokasi yang dijanjikan—sebuah gudang tua di pinggiran kota. Ia memarkir mobilnya, mengambil napas dalam, lalu keluar dengan hati-hati. Matanya menyapu sekeliling, memastikan tidak ada yang mengikutinya. Di dalam, Adrian dan Felix sudah menunggu. Felix bersandar di meja kayu yang sudah tua, sementara Adrian duduk dengan tenang, tatapannya penuh perhitungan. “Selamat datang, Prasetyo,” ucap Adrian dengan senyum tipis. “Akhirnya kau membuat keputusan yang tepat.” Prasetyo tetap berdiri, tidak langsung menjawab. Ia menatap Adrian dengan tajam. “Aku tidak punya pilihan lain.” Adrian tertawa kecil. “Tidak ada yang pernah benar-benar kehabisan pilihan. Kau hanya memilih yang paling masuk akal untuk bertahan.” Prasetyo menatap Adrian lebih lama sebelum akhirnya duduk. “Baik. Aku di sini. Apa yang kau inginkan?” Adrian bersandar ke kursinya, menyilangkan tangan. “Kau tahu jawabannya. Aku tidak butuh sekadar orang yang berpindah pihak. Aku butuh seseorang yang bis
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Part 43

Prasetyo menyandarkan punggungnya di kursi, menatap layar ponsel dengan ekspresi dingin. Pesan-pesan sudah terkirim. Kini, yang perlu ia lakukan hanyalah menunggu dan mengamati reaksi yang muncul. Tak butuh waktu lama sebelum efeknya mulai terasa. Di dalam lingkaran Raditya, bisikan mulai menyebar. Orang-orang yang selama ini patuh mulai mempertanyakan posisi mereka. “Kenapa Raditya makin paranoid?” “Apa dia benar-benar masih bisa memimpin?” “Jika dia jatuh, siapa yang akan menggantikannya?” Prasetyo tahu betul, dalam dunia kekuasaan, kesetiaan hanya bertahan selama pemimpin masih terlihat kuat. Dan sekarang, ia harus membuat Raditya terlihat lemah. ________________________________________ Di Markas Raditya Raditya berdiri di depan jendela kantornya, menatap gelapnya malam. Tangannya mengepal. Ia merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Beberapa orang kepercayaannya mulai bertingkah aneh. Ada yang mulai menghindari tatapan matanya. Ada yang berbicara lebih pelan s
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Part 44

Raditya mengamati lingkaran kepercayaannya dengan pandangan penuh curiga. Setiap orang yang berdiri di hadapannya kini adalah tersangka. Beberapa jam yang lalu, dua orang terdekatnya dihilangkan karena dicurigai berkhianat. Tapi yang aneh, tidak ada bukti nyata. Semua hanya didasarkan pada desas-desus yang beredar. Namun, ia tidak bisa mengambil risiko. “Kita harus bersih dari pengkhianat,” katanya dengan nada tegas. Namun, di sudut ruangan, seseorang diam-diam menyaksikan kehancuran yang terjadi—Prasetyo. ________________________________________ Di Sisi Prasetyo Prasetyo melihat bagaimana paranoia mulai menggerogoti Raditya. Persis seperti yang ia rencanakan. Ia tidak butuh senjata atau kekuatan untuk menjatuhkan pemimpin yang selama ini dianggap tak tergoyahkan. Ia hanya butuh menanam benih ketakutan. Dan kini, benih itu telah tumbuh menjadi monster yang siap melahap Raditya sendiri. Ia mengeluarkan ponselnya, mengetik pesan: “Target mulai bertindak di luar ken
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Part 45

Raditya menatap Prasetyo dengan penuh kewaspadaan. Instingnya berteriak ada sesuatu yang salah. Selama ini, Prasetyo adalah salah satu orang yang paling ia percaya. Namun, saat ini, ada sesuatu yang tidak beres dalam sorot matanya. “Duduklah.” Raditya menunjuk kursi di depannya. Prasetyo menurut, lalu bersandar dengan santai. “Tuan, apa yang sebenarnya ingin Anda tanyakan?” Raditya menyilangkan jari-jarinya. “Keuangan kita mulai tersedot ke arah yang tidak jelas. Orang-orang kepercayaanku lenyap tanpa jejak. Dan anehnya… semua ini terjadi dengan sangat rapi. Terlalu rapi.” Prasetyo tetap tenang. “Anda yakin ini bukan karena keputusan-keputusan Anda sendiri, Tuan?” Raditya menyipitkan mata. “Jangan mencoba membelokkan pembicaraan, Pras. Aku tahu ada seseorang yang menarik tali dari belakang. Dan aku ingin tahu siapa.” Prasetyo menghela napas pelan, lalu tersenyum. Saatnya memutar permainan. ________________________________________ Di Sisi Adrian Felix berdiri di dekat jendela
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Part 46

Adrian mengenakan jasnya dengan tenang, tetapi sorot matanya tajam. Raditya telah tumbang, tetapi ini baru permulaan. Felix, yang berdiri di dekatnya, tersenyum tipis. “Dengan jatuhnya Raditya, keluarga Gunawan akan segera mencari pemimpin baru. Kau siap?” Adrian menatap Felix sekilas. “Aku sudah mempersiapkan ini sejak lama. Sekarang, kita pastikan semua berjalan sesuai rencana.” Felix mengangguk. “Prasetyo akan mengurus transisi di dalam. Tapi ada kemungkinan beberapa orang masih setia pada Raditya.” Adrian tidak terkejut. “Itu wajar. Namun, mereka hanya memiliki dua pilihan: beradaptasi atau tersingkir.” Felix tersenyum sinis. “Kita mulai dari siapa?” Adrian mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. “Halo?” suara di ujung telepon terdengar hati-hati. “Ini aku,” kata Adrian. “Aku ingin bertemu. Sekarang.” Ada jeda di seberang sana sebelum akhirnya orang itu menjawab, “Di mana?” Adrian menyebutkan lokasi. “Bersiaplah. Kita akan membahas masa depan keluarga Gu
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Part 47

Adrian duduk di dalam mobilnya, memandangi amplop yang diberikan oleh Leonard. Nama Jonathan Lim kini menjadi pusat perhatian. Namun, menyingkirkannya secara langsung bukanlah opsi yang cerdas. Felix, yang duduk di kursi pengemudi, menatap Adrian melalui kaca spion. “Kau benar-benar ingin menyelesaikan ini dalam 48 jam?” Adrian menutup matanya sejenak, berpikir. “Bukan hanya menyelesaikan. Aku ingin memastikan Jonathan tidak hanya hilang, tetapi juga menciptakan efek domino yang menguntungkan kita.” Felix tersenyum miring. “Jadi, bagaimana caramu mengotori tangan tanpa benar-benar menyentuhnya?” Adrian membuka amplop dan mengamati profil Jonathan dengan lebih teliti. Latar belakangnya bersih, tetapi ada satu kelemahan—perusahaan tempatnya bekerja memiliki banyak musuh. Adrian tersenyum tipis. "Kita biarkan orang lain melakukan pekerjaan kotor ini untuk kita." Felix mengangkat alis. “Maksudmu?” Adrian mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. Setelah beberapa deri
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Part 48

Di dalam ruang kantornya yang semakin sunyi, Jonathan Lim mengusap wajahnya yang berkeringat. Semua jalur yang ia coba untuk menyelamatkan dirinya sudah tertutup. Teleponnya masih terus berdering, tetapi ia tidak lagi berani mengangkatnya. Setiap panggilan hanya berisi tuntutan, ancaman, atau pertanyaan yang tidak bisa ia jawab. Laporan keuangan yang ada di mejanya kini terasa seperti bom waktu. Skandal yang baru saja meledak ini terlalu terstruktur untuk sekadar kebetulan. Seseorang telah merencanakan ini dengan cermat. “Siapa yang ingin menghancurkanku?” gumamnya. Pintu kantornya diketuk keras. Seorang pria berjas hitam masuk, ekspresinya tegang. “Pak Jonathan, kita punya masalah. Ada sekelompok orang yang menunggu di lobi.” Jonathan menegakkan punggungnya. “Siapa mereka?” Pria itu menelan ludah. “Saya tidak tahu pasti, tapi… mereka bukan dari media atau pemerintah. Dan mereka terlihat… tidak sabar.” Jantung Jonathan berdegup lebih cepat. Bukan dari media atau peme
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Part 49

Mobil hitam yang membawa Jonathan akhirnya berhenti di sebuah gedung tua di pinggiran kota. Ia melirik ke luar jendela, mendapati suasana sekitar yang sepi. Pintu mobil terbuka. Salah satu pria berjas hitam memberi isyarat agar ia turun. Jonathan menarik napas dalam-dalam. Tidak ada gunanya melawan sekarang. Aku harus melihat siapa yang ada di balik ini. Saat ia memasuki gedung, udara dingin menyambutnya. Di dalam, hanya ada satu meja panjang dengan seorang pria tua yang duduk di ujungnya. Jonathan langsung mengenali pria itu—Li Guang, kepala keluarga Li. Salah satu dari 12 penguasa negeri ini. Pria itu menatap Jonathan dengan mata tajam namun penuh perhitungan. “Duduklah.” Jonathan menelan ludah dan duduk. Pertemuan ini bukan sekadar peringatan. Ini perhitungan. “Aku tahu kau telah melakukan kesalahan besar, Jonathan,” kata Li Guang dengan suara rendah. “Dan aku tahu siapa yang menarik benang di belakang layar.” Jonathan tidak menjawab, tetapi ia bisa merasakan tata
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Part 50

Jonathan masih duduk di kursinya, menatap Li Guang dengan ekspresi datar. Kata-kata pria tua itu berputar di kepalanya. "Tetap menjadi alat bagi musuhku, atau bekerja sama denganku untuk menyingkirkan mereka." Ia tahu bahwa setiap pilihan yang diambil sekarang akan menentukan nasibnya. Namun, Jonathan bukan orang bodoh. Ia tahu bahwa Li Guang tidak benar-benar ingin bekerja sama dengannya—ini hanya permainan kekuasaan. “Penawaran yang menarik,” kata Jonathan akhirnya, suaranya tenang. “Tapi bagaimana aku bisa percaya bahwa Anda tidak akan membuangku setelah semua ini selesai?” Li Guang tersenyum tipis. “Itulah yang membuat negosiasi menjadi menarik, bukan?” Jonathan tertawa pelan. Pria tua ini mencoba mengujinya. Namun, sebelum Jonathan bisa menjawab, salah satu anak buah Li Guang masuk ke ruangan dengan ekspresi tegang. “Pak, kami mendapatkan laporan bahwa seseorang telah mengacaukan sistem keamanan keuangan kami. Ada transaksi yang tidak bisa kami lacak.” Li Guang
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status