Prasetyo tiba di lokasi yang dijanjikan—sebuah gudang tua di pinggiran kota. Ia memarkir mobilnya, mengambil napas dalam, lalu keluar dengan hati-hati. Matanya menyapu sekeliling, memastikan tidak ada yang mengikutinya. Di dalam, Adrian dan Felix sudah menunggu. Felix bersandar di meja kayu yang sudah tua, sementara Adrian duduk dengan tenang, tatapannya penuh perhitungan. “Selamat datang, Prasetyo,” ucap Adrian dengan senyum tipis. “Akhirnya kau membuat keputusan yang tepat.” Prasetyo tetap berdiri, tidak langsung menjawab. Ia menatap Adrian dengan tajam. “Aku tidak punya pilihan lain.” Adrian tertawa kecil. “Tidak ada yang pernah benar-benar kehabisan pilihan. Kau hanya memilih yang paling masuk akal untuk bertahan.” Prasetyo menatap Adrian lebih lama sebelum akhirnya duduk. “Baik. Aku di sini. Apa yang kau inginkan?” Adrian bersandar ke kursinya, menyilangkan tangan. “Kau tahu jawabannya. Aku tidak butuh sekadar orang yang berpindah pihak. Aku butuh seseorang yang bis
Last Updated : 2025-03-06 Read more