Home / Urban / Bangkitnya Johan / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Bangkitnya Johan: Chapter 21 - Chapter 30

96 Chapters

Part 21

Di ruangannya yang luas dan megah, Raditya Gunawan menatap layar televisi dengan ekspresi tak terbaca. Pernyataan Johan dalam wawancara tadi siang masih terngiang di telinganya. "Karena ada sesuatu yang jauh lebih besar yang sedang disembunyikan." Raditya mengetuk meja kayu mahoninya perlahan, lalu menghela napas panjang. Johan bukan sekadar pemain kecil yang bisa disingkirkan begitu saja. Seorang pria bersetelan hitam masuk ke ruangan, membungkuk sedikit sebelum berbicara. “Pak, Leonard ingin bertemu dengan Anda malam ini. Dia khawatir Johan akan menggali sesuatu yang bisa membahayakan kita.” Raditya hanya tersenyum tipis. “Leonard mulai panik?” Pria itu mengangguk. “Sepertinya begitu. Johan berhasil membuatnya gelisah.” Raditya menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Bagus. Itu artinya Johan mulai mengungkap sesuatu. Dan itu justru memberi kita keuntungan.” Pria itu tampak bingung. “Maksud Anda?” Raditya menyeringai. “Orang yang terlalu percaya diri akan membuka lebih banyak celah.
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Part 22

Di dalam mobilnya yang melaju tenang, Raditya Gunawan menatap keluar jendela dengan ekspresi dingin. Jalanan ibu kota yang ramai tidak mampu mengalihkan pikirannya dari apa yang baru saja terjadi di ruang sidang.Leonard yang duduk di sebelahnya tampak tegang. Gugatan mereka gagal total. Johan tidak hanya berhasil membuktikan adanya manipulasi data, tetapi juga membalikkan permainan dalam sekejap.“Kita harus segera bertindak,” kata Leonard, suaranya penuh frustrasi. “Johan baru saja mempermalukan kita di depan publik. Kalau kita tidak segera membalas, kita akan terlihat lemah.”Raditya tidak langsung menjawab. Ia hanya mengetuk-ngetukkan jarinya di sandaran tangan kursi mobil, seperti sedang berpikir keras.Akhirnya, ia membuka suara. “Leonard, kau terlalu gegabah. Itulah kenapa kau selalu kalah.”Leonard mengepalkan tangannya, tetapi tidak berani membantah.Raditya melanjutkan dengan nada lebih tenang, tetapi sarat dengan ancaman.“Kita tidak akan membalasnya sekarang. Kita akan mem
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Part 23

Malam itu, di ruang kerjanya, Johan menatap dinding besar yang dipenuhi diagram dan foto-foto koneksi bisnis Raditya Gunawan. Butra dan Gilang berdiri di belakangnya, menunggu dengan sabar saat Johan menyusun strateginya. “Raditya ingin menghancurkan kita dari dalam dengan menarik klien dan investor,” ujar Johan pelan. “Tapi dia lupa satu hal…” Gilang menyipitkan mata. “Apa itu?” Johan menoleh dan tersenyum tipis. “Dia pikir aku hanya bisa bermain di dalam sistem, padahal aku sudah menyiapkan jalur keluar.” Butra melipat tangan. “Kau punya rencana?” Johan mengangguk. “Kita tidak bisa mengandalkan bisnis biasa untuk bertahan. Tapi kita bisa menggoyahkan fondasi bisnis Raditya dengan cara yang tidak dia duga.” Ia berjalan ke meja, mengambil marker, lalu menandai beberapa perusahaan yang terhubung dengan Raditya. “Kita akan membuat mereka saling menghancurkan.” — Keesokan Harinya – Markas Rahasia Johan Di sebuah lokasi tersembunyi, Johan bertemu dengan beberapa tokoh bisnis yan
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Part 24

Di dalam ruang kantornya yang remang-remang, Johan menatap laporan terbaru yang dikirim oleh tim intelijennya. Raditya sudah kehilangan beberapa klien besar dalam waktu singkat. Beberapa perusahaan mulai beralih ke jalur bisnis yang ia bangun secara diam-diam bersama Daniel Surya. Tapi ini belum cukup. “Butra,” panggil Johan tanpa menoleh. Butra, yang sedang duduk di sofa dengan ekspresi serius, mengangkat kepalanya. “Ya?” “Aku ingin kau menemui seseorang di daftar ini,” Johan menunjuk salah satu nama di layar laptopnya. “Damar Santoso.” Butra menyipitkan mata. “Pemilik jaringan media terbesar di negeri ini? Kau ingin membawa media ke dalam permainan ini?” Johan tersenyum tipis. “Raditya sudah mulai bermain kotor, mencoba menjatuhkan reputasiku dengan dokumen palsu. Kita akan membalikkan keadaannya dengan cara yang lebih elegan.” Gilang yang sedari tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Kau ingin menjadikan media sebagai alat untuk menghancurkannya?” Johan menatap Gilang. “Aku in
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Part 25

Di ruangannya yang remang-remang, Johan menatap layar laptopnya yang menampilkan siaran berita terbaru. Raditya Gunawan kini menjadi headline utama di seluruh negeri. Damar Santoso telah menjalankan tugasnya dengan sempurna. Dalam waktu kurang dari 24 jam, kredibilitas Raditya hancur. Media menggali lebih dalam, menghubungkan transaksi gelapnya dengan beberapa pejabat tinggi, dan kini publik menuntut penyelidikan resmi. Butra duduk di seberang meja, menghela napas. “Kau benar-benar tidak memberi dia ruang untuk bernapas.” Johan tersenyum tipis. “Raditya mengira bisa mengontrol permainan. Tapi dia lupa… aku tidak pernah bermain tanpa cadangan strategi.” Gilang memasuki ruangan dengan ekspresi serius. “Ada pergerakan yang aneh. Beberapa orang Raditya mulai bergerak di luar hukum. Aku menduga dia akan mencoba menyerang kita secara langsung.” Johan menutup laptopnya dan berdiri. “Aku sudah memperkirakan ini.” Gilang mengangguk. “Kita harus waspada. Aku sudah meminta tim keamanan unt
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Part 26

Udara malam terasa dingin saat Johan berdiri di balkon lantai atas markas sementaranya. Dari sini, ia bisa melihat sebagian kota yang masih berdenyut meski hari sudah larut. Tapi pikirannya tidak tertuju pada keindahan malam—ia memikirkan langkah terakhir dalam strateginya. Gilang muncul di sampingnya dengan wajah serius. “Raditya sudah mulai menggerakkan timnya. Mereka akan menyerang salah satu gudang utama kita dalam waktu kurang dari dua jam.” Johan tetap menatap ke kejauhan. “Bagus.” Gilang mengernyit. “Bagus?” Johan berbalik, menatapnya dengan tatapan tajam. “Mereka berpikir ini adalah serangan mereka. Padahal, ini justru momen yang kita tunggu.” Gilang mengangguk pelan, mulai memahami. “Kau sudah menyiapkan sesuatu di gudang itu?” Johan tersenyum tipis. “Bukan hanya di gudang itu. Seluruh jaringan Raditya akan mulai runtuh begitu dia menekan tombol serangan ini.” — Sementara Itu – Markas Raditya Raditya berdiri di depan peta elektronik besar yang menunjukkan berbagai ti
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Part 27

Malam itu, Adrian Gunawan duduk di ruangannya, merenungkan langkah selanjutnya. Ia sudah tahu bahwa waktu Raditya sebagai kepala keluarga Gunawan semakin menipis. Tapi jika ia ingin menggantikannya, ia harus bermain dengan cermat. Ia tidak bisa begitu saja merebut kekuasaan dari tangan kakaknya tanpa konsekuensi besar. Keluarga Gunawan bukan hanya sekadar keluarga, mereka adalah salah satu dari 12 Keluarga Teratas di negeri ini—sebuah kelompok elit yang memiliki pengaruh besar dalam politik dan ekonomi. Jika ia ingin mengambil alih, ia membutuhkan sekutu yang tepat. Dan Johan bisa menjadi jawabannya. — Sementara Itu – Markas Johan Johan sedang berdiskusi dengan Butra dan Gilang ketika seorang informan datang membawa sebuah pesan. “Adrian Gunawan ingin bertemu denganmu.” Johan menatap informan itu dengan mata tajam. “Dia memberi syarat?” tanyanya. Informan itu menggeleng. “Tidak. Hanya pesan singkat: ‘Kita punya musuh yang sama. Aku ingin mendengar strategimu.’” Johan menyan
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Part 28

Adrian tahu bahwa untuk menyingkirkan Raditya, ia harus bergerak cepat tetapi tetap dalam bayangan. Terlalu banyak langkah yang ceroboh hanya akan membongkar niatnya sebelum waktunya. Malam itu, ia duduk di sebuah ruang pribadi di salah satu restoran eksklusif di kota, bertemu dengan tiga orang yang selama ini menjadi tangan kanan Raditya: Felix, Hartawan, dan Denny. Ketiganya memiliki peran penting dalam bisnis keluarga Gunawan. Felix menangani keuangan, Hartawan bertanggung jawab atas logistik dan distribusi, sementara Denny mengurusi hubungan politik dengan pihak luar. Adrian menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil menatap mereka satu per satu. “Aku mengundang kalian ke sini bukan untuk berbicara soal bisnis biasa.” Felix mengangkat alis. “Lalu?” Adrian tersenyum tipis. “Aku ingin tahu pendapat kalian soal kepemimpinan Raditya.” Ruangan mendadak sunyi. Hartawan melirik ke arah Felix dan Denny, sebelum akhirnya bertanya dengan hati-hati, “Kenapa kau menanyakan itu?” Adrian tid
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Part 29

Adrian tahu bahwa langkah berikutnya harus dijalankan dengan presisi. Satu kesalahan kecil bisa membuat Raditya curiga, dan jika itu terjadi, maka seluruh rencananya akan runtuh. Malam itu, ia duduk di kantornya dengan laptop terbuka di hadapannya. Di layar, beberapa dokumen penting mengenai proyek-proyek baru keluarga Gunawan terpampang jelas. Beberapa dari proyek ini adalah inisiatif Raditya sendiri—kesepakatan dengan investor asing yang dianggapnya bisa memperluas pengaruh keluarga di luar negeri. Namun, Adrian telah mempelajari semuanya dengan saksama dan menemukan celah yang bisa dimanfaatkan. Langkah pertama: Memanipulasi data Ia menghubungi salah satu orang kepercayaannya di divisi keuangan, seseorang yang diam-diam tidak menyukai cara Raditya menjalankan bisnis. Dengan hati-hati, Adrian menginstruksikan agar laporan keuangan proyek-proyek utama dimodifikasi sedikit saja—cukup untuk menunjukkan bahwa investasi ini tampak lebih menguntungkan daripada yang sebenarnya. Radity
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Part 30

Setelah pertemuan itu, Adrian duduk di ruangannya, menatap laporan yang tersebar di meja. Raditya sudah masuk perangkap, tapi ini baru permulaan. Ia membuka ponselnya dan menghubungi seseorang yang sudah lama menunggu perintah. "Mulai jalankan tahap dua." Di ujung telepon, suara berat pria itu menjawab. "Dimengerti, Tuan Adrian." Malam itu, berita mengenai kerugian keluarga Gunawan mulai beredar secara diam-diam di kalangan bisnis. Beberapa mitra yang sebelumnya loyal mulai mempertanyakan kemampuan kepemimpinan Raditya. ________________________________________ Dua hari kemudian... Felix masuk ke ruangan Raditya dengan wajah penuh ketegangan. "Kita punya masalah." Raditya mendongak dari meja kerjanya, wajahnya masih menunjukkan kelelahan dari tekanan yang terus-menerus menghantamnya sejak perjanjian itu. "Masalah apa lagi?" Felix meletakkan beberapa dokumen di depan Raditya. "Beberapa mitra bisnis kita mulai menarik diri. Mereka mulai ragu dengan kepemimpinanmu, dan beberapa d
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more
PREV
123456
...
10
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status