Home / Urban / Bangkitnya Johan / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Bangkitnya Johan: Chapter 11 - Chapter 20

96 Chapters

Part 11

Setelah berhasil menyingkirkan Dika, Johan tahu bahwa pertempuran belum berakhir. Justru, ini baru permulaan. Ia sadar bahwa masih ada pihak-pihak yang ingin menjatuhkannya. Sebuah Undangan Misterius Pagi itu, Johan menerima sebuah undangan makan malam dari seseorang yang tak dikenal. Isinya singkat: "Datanglah ke Restoran Bintang Lima, pukul 20.00. Kita perlu berbicara." Johan memandangi undangan itu dengan curiga. Namun, nalurinya mengatakan bahwa ini bukan jebakan biasa. Saat malam tiba, ia tiba di restoran tersebut dengan hati-hati. Saat masuk, ia melihat seorang pria tua dengan pakaian elegan menunggunya di meja VIP. Johan mengenali pria itu. Dia adalah Tuan Arman, salah satu pengusaha berpengaruh di kota ini. “Silakan duduk, Johan,” kata Arman dengan senyum kecil. Johan tetap waspada. “Apa tujuan Anda mengundang saya?” Arman tertawa kecil. “Langsung ke inti, ya? Bagus. Aku mengundangmu karena aku melihat potensimu. Kau berhasil menyingkirkan Dika, dan itu mengesankan.”
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Part 12

Setelah menerima proyek besar dari Butra Wijaya, Johan menyadari bahwa ini bukan hanya sekadar tugas biasa. Ini adalah kesempatan sekaligus ujian. Jika ia berhasil, maka tidak ada lagi yang bisa meremehkannya. Strategi Johan Johan menghabiskan malamnya membaca dokumen proyek dengan teliti. Ini adalah kerja sama dengan perusahaan asing yang memiliki standar tinggi. Ia tahu, jika ia melakukan satu kesalahan saja, semuanya bisa berantakan. Keesokan harinya, ia langsung membentuk tim kecil yang terdiri dari beberapa karyawan terbaik di perusahaan. Ia memilih orang-orang yang selama ini diremehkan, seperti dirinya. “Mulai hari ini, kita akan membuktikan bahwa kita lebih dari sekadar bayangan di perusahaan ini,” kata Johan dengan penuh semangat. Timnya mengangguk. Mereka tahu Johan bukan orang biasa, dan mereka bersedia bertaruh pada kepemimpinannya. Rintangan di Tengah Jalan Namun, tidak semua orang senang dengan kemajuan Johan. Satrio, adik Nadya, yang juga bekerja di perusahaan te
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Part 13

Keesokan harinya, Johan kembali ke pekerjaannya seperti biasa, seolah tidak ada yang terjadi. Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa insiden semalam bukanlah kebetulan. Saat ia berjalan masuk ke kantor, beberapa karyawan mulai berbisik-bisik sambil mencuri pandang ke arahnya. Johan tidak terlalu memedulikannya, tetapi firasatnya mengatakan ada sesuatu yang sedang terjadi. Tak lama kemudian, seorang pria berpakaian rapi dengan wajah penuh kesombongan berjalan ke arahnya. “Kau Johan, bukan?” tanya pria itu dengan nada merendahkan. Johan mengangguk santai. “Ya, ada yang bisa saya bantu?” Pria itu menyeringai. “Namaku Adrian. Aku ingin memberimu peringatan. Jangan berpikir bahwa hanya karena kau diterima bekerja di sini, kau bisa naik kelas. Aku tahu kau hanya menumpang hidup dari istrimu.” Beberapa orang di sekitar mulai tertawa kecil. Johan hanya tersenyum tipis. “Kalau sudah selesai bicara, aku harus kembali bekerja.” Ia melangkah pergi tanpa memperdulikan tatapan Adrian yang m
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Part 14

Suasana di ruang tamu keluarga Hartono terasa tegang. Mata semua orang tertuju pada pria asing yang baru saja masuk. Dia berjalan santai, mengenakan jas hitam rapi dengan tatapan penuh arti. Johan tetap tenang, meskipun matanya menyipit, mengenali sosok itu. Pria itu tersenyum tipis. “Sudah lama, Johan.” Pak Surya menatap Johan dengan curiga. “Siapa dia?” Johan tidak langsung menjawab. Dia tahu, jika berbicara terlalu banyak, keluarganya bisa terlibat dalam sesuatu yang lebih besar. “Orang yang salah alamat,” jawab Johan singkat. Namun, pria itu tertawa pelan. “Salah alamat? Kurasa tidak. Aku ke sini karena ada urusan denganmu.” Sebelum Johan bisa merespons, pria itu tiba-tiba melayangkan pukulan cepat ke arahnya. Serangan Mendadak Johan menghindar ke samping dengan refleks luar biasa, membuat pukulan itu hanya mengenai udara. Semua orang di ruangan terkejut. “Apa-apaan ini?!” seru Nadya panik. Rico dan beberapa anggota keluarga lainnya bangkit berdiri, tetapi mereka hanya
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Part 15

Johan berdiri di tengah ruangan remang-remang di Grand Hotel. Udara di sekitarnya terasa menekan, sementara beberapa pria berbadan kekar mulai mengepungnya dengan tatapan tajam penuh kebencian. Salah satu dari mereka melangkah maju. “Johan, kau benar-benar berani datang ke tempat ini. Sayang sekali, kau tidak akan bisa keluar dengan selamat.” Johan hanya tersenyum tipis. “Jadi ini jebakan? Aku sudah menduganya.” Pria itu tertawa kasar. “Kalau sudah tahu, kenapa tetap datang?” Johan tidak menjawab. Matanya meneliti sekeliling, menghafal posisi setiap orang. Meskipun mereka membawa senjata, mereka tidak tahu dengan siapa mereka berhadapan. Tanpa peringatan, salah satu pria menyerang lebih dulu. Dengan kecepatan tinggi, tinjunya meluncur ke arah wajah Johan. Namun, Johan hanya sedikit menggeser kepalanya, menghindari serangan itu dengan mudah. Lalu, dengan satu gerakan cepat, ia menangkis serangan berikutnya dan menghantam dada lawannya. Tubuh pria itu terpental ke belakang, jatuh
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Part 16

Malam itu, Johan duduk di balkon kamar hotelnya, memandangi langit kota Ardell yang diterangi lampu-lampu. Pikirannya masih dipenuhi kejadian di Grand Hotel tadi. Lawan yang menyerangnya bukan sekadar preman biasa—mereka adalah petarung terlatih. "Siapa yang menginginkanku mati?" pikir Johan. Ia tahu, sebagai seseorang yang pernah berada di medan perang, tidak sedikit musuh yang ingin membungkamnya. Namun, selama ini ia telah hidup dalam bayang-bayang, menahan diri agar tidak menarik perhatian. Tapi malam ini membuktikan satu hal—seseorang telah mengetahui keberadaannya. Johan mengepalkan tangannya. Sudah cukup. Jika musuhnya mulai bergerak, maka ia tidak bisa lagi berdiam diri. Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Nama yang tertera di layar adalah Butra Wijaya, pria kaya raya yang sempat menawarkan pekerjaan padanya beberapa waktu lalu. Johan mengangkat telepon. “Johan, ada sesuatu yang harus kau tahu. Bisa kita bertemu sekarang?” Nada suara Butra terdengar serius. Tanpa banyak b
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Part 17

Johan berjalan keluar dari gedung perkantoran Butra Wijaya dengan langkah tenang. Udara malam yang dingin terasa menyegarkan setelah hari yang panjang di perusahaan logistik tempatnya bekerja. Namun, pikirannya tetap fokus—Leonard Hartono, nama yang disebut oleh anggota Serigala Hitam, kini menjadi target utamanya. Ia mengeluarkan ponsel dan menghubungi Butra Wijaya. “Aku sudah mendapatkan nama yang kita cari.” Di ujung telepon, Butra terdengar menarik napas panjang. “Jadi benar Leonard?” Johan mengangguk meski tahu Butra tidak bisa melihatnya. “Ya. Sepertinya dia tidak tahan melihatku berdiri di atas kaki sendiri.” Butra terdiam sejenak, lalu berkata, “Kalau begitu, kita harus lebih berhati-hati. Leonard bukan orang sembarangan dalam keluarga Hartono. Jika dia sampai menggunakan Serigala Hitam, artinya dia benar-benar ingin menyingkirkanmu.” Johan tersenyum tipis. “Aku tahu. Dan aku tidak akan tinggal diam.” Ia menutup telepon dan memasukkan ponselnya ke saku. Malam ini,
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Part 18

Malam semakin larut ketika Johan akhirnya meninggalkan kantor. Udara dingin menusuk kulitnya saat ia berjalan menuju mobil yang terparkir di basement. Ia sudah terbiasa dengan ancaman, tetapi kali ini, firasatnya mengatakan bahwa sesuatu yang lebih besar sedang menunggunya. Ia membuka pintu mobil, namun sebelum sempat masuk, suara langkah kaki cepat terdengar dari belakang. Johan berbalik, matanya tajam menangkap sosok pria berjas hitam yang melompat ke arahnya dengan pisau di tangan. Dengan refleks cepat, Johan menepis serangan itu, lalu menyikut dagu pria tersebut hingga mundur beberapa langkah. Tapi serangan belum berakhir—tiga pria lain muncul dari balik pilar, mengelilinginya dengan posisi siap menyerang. Salah satu dari mereka adalah Hadi. "Johan," kata Hadi dengan suara rendah. "Aku sudah mendengar banyak tentangmu." Johan tersenyum tipis. "Dan aku belum pernah mendengar tentangmu. Sepertinya kamu tidak cukup penting." Hadi menyeringai. “Mari kita lihat apakah kau masih b
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Part 19

Johan menghabiskan sisa malam itu dengan berjaga-jaga. Ia tahu bahwa setelah pertemuan dengan Hadi di basement, Leonard tidak akan berhenti begitu saja. Ditambah dengan fakta bahwa keluarga Gunawan berada di belakangnya, Johan kini harus berpikir dua langkah lebih maju. Pagi harinya, ia kembali ke kantor seperti biasa, menjaga rutinitas agar tidak memancing kecurigaan. Namun, perasaannya tetap waspada. Ia bisa merasakan ada mata-mata yang mengawasinya. Setibanya di kantornya, Butra Wijaya sudah menunggunya dengan ekspresi serius. "Kita harus bicara," kata Butra begitu Johan masuk ke ruangannya. Johan menutup pintu dan duduk. "Apa yang terjadi?" Butra menyerahkan sebuah map tebal ke tangannya. "Aku menyelidiki lebih dalam tentang koneksi Leonard dan Keluarga Gunawan. Sepertinya mereka sudah mulai bergerak untuk menyingkirmu dari perusahaan ini." Johan membuka map tersebut. Di dalamnya terdapat dokumen-dokumen yang menunjukkan adanya transaksi mencurigakan—pengalihan saham, manipu
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Part 20

Johan tahu bahwa kesalahan terbesar musuh yang terlalu percaya diri adalah meremehkan lawannya. Jika Raditya dan Leonard berpikir bahwa ia hanya seekor anak serigala di tengah kawanan singa, maka ia akan membuat mereka menyesali anggapan itu.Malam itu, Johan kembali ke apartemennya. Ia duduk di meja kerja, menyusun peta strategi yang tersimpan di dalam pikirannya. Langkah pertama sudah jelas—buat Leonard dan Raditya merasa bahwa ia semakin terpojok.Namun, untuk menjalankan rencana ini, ia butuh umpan.Ia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Orang yang selama ini tidak pernah terlibat langsung dalam konflik ini, tapi memiliki akses penting ke dalam sistem hukum.Setelah beberapa detik, panggilan tersambung.“Johan?” suara di seberang terdengar terkejut.“Daniel,” ujar Johan pelan. “Aku butuh bantuanmu.”Daniel Prasetyo adalah seorang jaksa muda yang dikenal bersih dan berintegritas. Ia bukan bagian dari permainan kotor yang dijalankan Raditya, tapi ia punya akses ke dokumen
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more
PREV
123456
...
10
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status