Home / Urban / Bangkitnya Johan / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Bangkitnya Johan: Chapter 31 - Chapter 40

96 Chapters

Part 31

Adrian tahu bahwa menggulingkan Raditya tidak bisa dilakukan secara terburu-buru. Segala sesuatu harus berjalan dengan alami, seolah-olah Raditya jatuh karena kesalahannya sendiri, bukan karena ada tangan yang bermain di belakang layar. Dan sekarang, strategi itu mulai membuahkan hasil. ________________________________________ Minggu berikutnya... Raditya mulai merasakan tekanan. Walaupun berita mengenai restrukturisasi telah mengangkat citranya kembali, ada sesuatu yang mengganggunya. Beberapa petinggi keluarga mulai meragukannya. Saat ia mencoba menghubungi beberapa investor lama, respon mereka tidak seantusias biasanya. Mereka terdengar ragu-ragu, bahkan ada yang secara halus meminta jaminan tambahan sebelum melanjutkan kerja sama. Di sisi lain, Felix dan Denny juga tampak semakin waspada terhadap setiap keputusan yang dibuatnya. Raditya merasakan ada sesuatu yang salah, tapi ia tidak bisa menemukan sumbernya. Yang tidak ia sadari adalah bahwa Adrian telah menanamkan bibit
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Part 32

Raditya duduk di ruang kantornya dengan rahang mengeras. Pikirannya berputar mencari solusi. Situasi ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Jika benar Adrian yang berada di balik semua ini, maka ia harus bertindak sebelum adiknya mendapatkan lebih banyak pengaruh. Felix berdiri di hadapannya, menunggu instruksi. “Aku ingin daftar semua orang yang mulai meragukanku,” kata Raditya akhirnya. “Investor, petinggi keluarga, siapa pun yang terdengar ragu. Aku ingin tahu siapa yang bisa dipercaya dan siapa yang tidak.” Felix mengangguk. “Aku akan segera mengurusnya.” Raditya menatap Felix tajam. “Dan satu lagi. Pastikan Adrian diawasi. Aku ingin tahu setiap gerakannya.” Felix tampak ragu sejenak, tetapi akhirnya menjawab, “Baik.” Namun, apa yang tidak disadari Raditya adalah... Semua yang ia perintahkan ini sudah diprediksi oleh Adrian. Dan semakin ia mencoba melawan tekanan, semakin ia akan terjebak dalam permainan adiknya. ________________________________________ Adrian Menari
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Part 33

Ruangan itu masih sunyi. Semua petinggi keluarga Gunawan menatap Adrian dengan ekspresi campuran—terkejut, kagum, dan sedikit ketakutan. Raditya masih berlutut di lantai, napasnya terengah-engah. Ia mencoba berdiri, tetapi rasa sakit di tubuhnya terlalu hebat. Ia kalah. Adrian menatapnya sebentar, lalu berbalik menghadapi para petinggi keluarga. “Mulai hari ini, aku akan memimpin keluarga Gunawan.” Tidak ada yang membantah. Semua tahu bahwa setelah pertarungan tadi, status Raditya sebagai pemimpin telah runtuh. Felix, tangan kanan Raditya, berdiri di sudut ruangan dengan ekspresi sulit dibaca. Ia melihat ke arah Raditya, menunggu instruksi, tetapi mantan pemimpin itu tidak mengatakan apa pun. Adrian berjalan ke tengah ruangan dan berbicara dengan tenang, tetapi penuh wibawa. “Kita berada di ambang kehancuran. Investor mulai menarik diri, keluarga lain mulai mengincar posisi kita, dan kepercayaan publik terhadap bisnis kita merosot.” Ia berhenti sebentar, menatap satu per satu
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Part 34

Raditya menatap pria bertopeng di hadapannya dengan ekspresi penuh percaya diri. Ia tahu bahwa Serigala Hitam tidak mudah diyakinkan, tetapi ia juga tahu bahwa setiap organisasi bayangan selalu mencari peluang. “Apa yang bisa kau tawarkan?” tanya pria bertopeng itu. Raditya menyilangkan tangan. “Kekuasaan, akses ke sumber daya, dan yang paling penting—musuh yang layak untuk kau hancurkan.” Pria itu terdiam, lalu berjalan perlahan mengelilingi Raditya. “Kau ingin kami menghancurkan Adrian Gunawan?” Raditya tersenyum kecil. “Tidak hanya dia. Aku ingin mengacaukan seluruh aliansi yang akan dia bangun.” Felix, yang berdiri di belakang Raditya, mulai merasa tegang. Ini bukan hanya tentang membalas dendam—Raditya benar-benar ingin menghancurkan segalanya. Pria bertopeng itu akhirnya berhenti dan menatap langsung ke mata Raditya. “Aku tertarik,” katanya. “Tapi kau harus membuktikan bahwa kau pantas mendapatkan bantuan kami.” Raditya mengangkat alis. “Apa yang kau inginkan?” “Hancur
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Part 35

Suara sirene meraung di pelabuhan utama keluarga Gunawan. Kobaran api dari gudang nomor 4 dan 7 menerangi langit malam, memantulkan cahaya merah di perairan sekitar. Para petugas keamanan berlarian, mencoba mengendalikan situasi, sementara para pekerja panik dan berusaha menjauh dari titik ledakan. Di kantor pusat keluarga Gunawan, Adrian menerima panggilan darurat. Ia mendengarkan laporan dari salah satu kepala keamanan dengan ekspresi datar, meski dalam hatinya, ia sudah merasakan bahaya yang lebih besar sedang mengintai. “Saya akan segera ke sana,” katanya sebelum menutup telepon. Bayu yang berdiri di dekatnya menatapnya dengan serius. “Ini bukan kebetulan.” Adrian mengangguk. “Tidak. Ini rencana seseorang.” Tanpa membuang waktu, ia mengambil jasnya dan berjalan keluar. Ia harus melihat sendiri kehancuran yang baru saja terjadi. ________________________________________ Di Lokasi Kejadian Saat Adrian tiba di pelabuhan, udara masih dipenuhi dengan bau asap dan suara sirene pe
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Part 36

Adrian duduk dengan tenang di ruangannya, matanya masih tertuju pada laporan terbaru yang diberikan Bayu. Setiap pergerakan Raditya dalam seminggu terakhir tercatat dengan detail—lokasi yang ia kunjungi, orang-orang yang ia temui, hingga transaksi yang mencurigakan. “Ada satu hal yang menarik di sini,” kata Bayu sambil menunjuk sebuah catatan transaksi. Adrian memperhatikannya. “Serigala Hitam menerima pembayaran dalam jumlah besar dari rekening anonim tiga hari sebelum serangan di pelabuhan?” Bayu mengangguk. “Dan setelah kami telusuri lebih jauh, dana tersebut masuk dari rekening lepas pantai yang sebelumnya pernah digunakan untuk transaksi keluarga Saputra.” Adrian menyeringai tipis. “Jadi mereka benar-benar mencoba mengadu domba kita dengan keluarga Saputra.” “Sepertinya begitu,” kata Bayu. “Tapi ada satu masalah. Keluarga Saputra sendiri tidak menunjukkan tanda-tanda keterlibatan.” Adrian berpikir sejenak. Jika keluarga Saputra memang tidak terlibat langsung, itu berarti se
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Part 37

Raditya menatap layar di depannya, membaca laporan terbaru dari Felix. Semua jejak transaksi yang mengarah padanya telah dihapus, dan bukti baru yang mengarah pada salah satu keluarga kecil dari Dua Belas Keluarga Teratas telah disebar dengan rapi. Felix berdiri di sampingnya, menunggu instruksi selanjutnya. “Sekarang kita hanya perlu menunggu keluarga Saputra menggigit umpan.” Raditya menyandarkan diri ke kursi dengan senyum puas. “Mereka akan segera bertindak. Setelah itu, kita tinggal mengamati dan memastikan mereka saling menghancurkan.” Felix masih terlihat sedikit ragu. “Dan jika mereka menemukan bahwa kita yang menjebak mereka?” Raditya tertawa kecil. “Saat itu terjadi, kita sudah berada jauh di depan mereka.” Namun, jauh di lubuk hatinya, ia masih merasakan ketidaknyamanan. ________________________________________ Johan dan Adrian: Langkah Berikutnya Di tempat lain, Adrian duduk berhadapan dengan Johan dalam ruang rapat pribadi yang tersembunyi. Sebuah proyektor di dep
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Part 38

Felix duduk diam, ponselnya masih berada di genggamannya. Siapa yang baru saja meneleponnya? Siapapun dia, jelas tahu lebih banyak dari yang seharusnya. Raditya bukan tipe orang yang berbagi rencana sepenuhnya dengan bawahannya. Ia selalu menjaga jarak, seolah semua orang di sekitarnya hanyalah alat yang bisa dibuang kapan saja. Felix menghela napas panjang. Apakah aku hanya pion yang akan dibuang setelah ini? Pikirannya berputar cepat. Ia bisa mengabaikan peringatan itu, tetap setia pada Raditya dan berharap segalanya berjalan lancar. Atau… ia bisa mencari jalan keluar sebelum semuanya runtuh. Ponselnya kembali bergetar. Pesan lain masuk. "Datang ke lokasi ini jika kau ingin tahu kebenarannya." Di bawahnya, ada koordinat sebuah tempat. Felix menatap pesan itu lama. Lalu, dengan napas berat, ia berdiri dan meraih jasnya. Dia harus mencari tahu kebenarannya. ________________________________________ Jebakan yang Dipasang Adrian Sementara itu, Adrian mengamati layar komputer de
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Part 39

Di sebuah ruangan tersembunyi di markasnya, Raditya duduk di belakang meja, menatap laporan yang baru saja diterimanya. Ekspresinya tetap tenang, tetapi matanya menyiratkan kemarahan yang mendidih. “Felix menghilang?” suaranya terdengar datar, tetapi semua orang di ruangan itu tahu bahwa ini adalah ketenangan sebelum badai. Salah satu anak buahnya mengangguk dengan gugup. “Kami kehilangan jejaknya setelah dia menerima pesan misterius. Sejak saat itu, tidak ada yang tahu di mana dia.” Raditya mengetukkan jarinya ke meja. Felix bukan orang sembarangan—dia adalah salah satu orang kepercayaannya, tangan kanannya dalam banyak operasi penting. Jika dia menghilang, itu berarti hanya ada dua kemungkinan: dia diculik atau dia berkhianat. Dan Raditya tidak percaya pada kemungkinan pertama. “Adrian…” gumamnya. Sejak Adrian mulai bergerak, kekuatan Raditya perlahan mulai terkikis. Awalnya, ia menganggap adiknya hanyalah anak kecil yang tidak berpengalaman. Tetapi kini, setelah kehilan
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Part 40

Beberapa hari berlalu sejak Raditya mengubah pendekatannya terhadap Felix. Namun, keputusan itu membawa efek yang tidak terduga. Banyak orang kepercayaannya yang mulai merasa cemas. Mereka bertanya-tanya—mengapa Raditya tiba-tiba berhenti memburu Felix? Apakah ada kesepakatan rahasia yang mereka tidak tahu? Di sisi lain, Adrian dan Felix bekerja dalam diam, menanam benih keraguan di antara para pendukung Raditya. ________________________________________ Di Markas Raditya Aryo kembali dengan laporan terbaru. “Tuan, ada beberapa orang yang mulai mempertanyakan keputusan Anda. Mereka bertanya-tanya apakah Felix benar-benar seorang pengkhianat atau tidak.” Raditya mendengus. “Siapa saja yang mempertanyakannya?” Aryo menyerahkan daftar nama. Raditya melihatnya sekilas dan tersenyum miring. Beberapa di antaranya adalah orang-orang yang paling ambisius. Mereka bukan sekadar anak buah setia, melainkan orang yang selalu mencari peluang untuk naik ke atas. Jika mereka mulai ra
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more
PREV
123456
...
10
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status