Share

Part 32

Aвтор: Penjelajah Kata
last update Последнее обновление: 2025-03-05 09:45:44

Raditya duduk di ruang kantornya dengan rahang mengeras. Pikirannya berputar mencari solusi. Situasi ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.

Jika benar Adrian yang berada di balik semua ini, maka ia harus bertindak sebelum adiknya mendapatkan lebih banyak pengaruh.

Felix berdiri di hadapannya, menunggu instruksi.

“Aku ingin daftar semua orang yang mulai meragukanku,” kata Raditya akhirnya. “Investor, petinggi keluarga, siapa pun yang terdengar ragu. Aku ingin tahu siapa yang bisa dipercaya dan siapa yang tidak.”

Felix mengangguk. “Aku akan segera mengurusnya.”

Raditya menatap Felix tajam. “Dan satu lagi. Pastikan Adrian diawasi. Aku ingin tahu setiap gerakannya.”

Felix tampak ragu sejenak, tetapi akhirnya menjawab, “Baik.”

Namun, apa yang tidak disadari Raditya adalah...

Semua yang ia perintahkan ini sudah diprediksi oleh Adrian.

Dan semakin ia mencoba melawan tekanan, semakin ia akan terjebak dalam permainan adiknya.

________________________________________

Adrian Menari
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Заблокированная глава

Related chapter

  • Bangkitnya Johan   Part 33

    Ruangan itu masih sunyi. Semua petinggi keluarga Gunawan menatap Adrian dengan ekspresi campuran—terkejut, kagum, dan sedikit ketakutan. Raditya masih berlutut di lantai, napasnya terengah-engah. Ia mencoba berdiri, tetapi rasa sakit di tubuhnya terlalu hebat. Ia kalah. Adrian menatapnya sebentar, lalu berbalik menghadapi para petinggi keluarga. “Mulai hari ini, aku akan memimpin keluarga Gunawan.” Tidak ada yang membantah. Semua tahu bahwa setelah pertarungan tadi, status Raditya sebagai pemimpin telah runtuh. Felix, tangan kanan Raditya, berdiri di sudut ruangan dengan ekspresi sulit dibaca. Ia melihat ke arah Raditya, menunggu instruksi, tetapi mantan pemimpin itu tidak mengatakan apa pun. Adrian berjalan ke tengah ruangan dan berbicara dengan tenang, tetapi penuh wibawa. “Kita berada di ambang kehancuran. Investor mulai menarik diri, keluarga lain mulai mengincar posisi kita, dan kepercayaan publik terhadap bisnis kita merosot.” Ia berhenti sebentar, menatap satu per satu

    Последнее обновление : 2025-03-05
  • Bangkitnya Johan   Part 34

    Raditya menatap pria bertopeng di hadapannya dengan ekspresi penuh percaya diri. Ia tahu bahwa Serigala Hitam tidak mudah diyakinkan, tetapi ia juga tahu bahwa setiap organisasi bayangan selalu mencari peluang. “Apa yang bisa kau tawarkan?” tanya pria bertopeng itu. Raditya menyilangkan tangan. “Kekuasaan, akses ke sumber daya, dan yang paling penting—musuh yang layak untuk kau hancurkan.” Pria itu terdiam, lalu berjalan perlahan mengelilingi Raditya. “Kau ingin kami menghancurkan Adrian Gunawan?” Raditya tersenyum kecil. “Tidak hanya dia. Aku ingin mengacaukan seluruh aliansi yang akan dia bangun.” Felix, yang berdiri di belakang Raditya, mulai merasa tegang. Ini bukan hanya tentang membalas dendam—Raditya benar-benar ingin menghancurkan segalanya. Pria bertopeng itu akhirnya berhenti dan menatap langsung ke mata Raditya. “Aku tertarik,” katanya. “Tapi kau harus membuktikan bahwa kau pantas mendapatkan bantuan kami.” Raditya mengangkat alis. “Apa yang kau inginkan?” “Hancur

    Последнее обновление : 2025-03-05
  • Bangkitnya Johan   Part 35

    Suara sirene meraung di pelabuhan utama keluarga Gunawan. Kobaran api dari gudang nomor 4 dan 7 menerangi langit malam, memantulkan cahaya merah di perairan sekitar. Para petugas keamanan berlarian, mencoba mengendalikan situasi, sementara para pekerja panik dan berusaha menjauh dari titik ledakan. Di kantor pusat keluarga Gunawan, Adrian menerima panggilan darurat. Ia mendengarkan laporan dari salah satu kepala keamanan dengan ekspresi datar, meski dalam hatinya, ia sudah merasakan bahaya yang lebih besar sedang mengintai. “Saya akan segera ke sana,” katanya sebelum menutup telepon. Bayu yang berdiri di dekatnya menatapnya dengan serius. “Ini bukan kebetulan.” Adrian mengangguk. “Tidak. Ini rencana seseorang.” Tanpa membuang waktu, ia mengambil jasnya dan berjalan keluar. Ia harus melihat sendiri kehancuran yang baru saja terjadi. ________________________________________ Di Lokasi Kejadian Saat Adrian tiba di pelabuhan, udara masih dipenuhi dengan bau asap dan suara sirene pe

    Последнее обновление : 2025-03-05
  • Bangkitnya Johan   Part 36

    Adrian duduk dengan tenang di ruangannya, matanya masih tertuju pada laporan terbaru yang diberikan Bayu. Setiap pergerakan Raditya dalam seminggu terakhir tercatat dengan detail—lokasi yang ia kunjungi, orang-orang yang ia temui, hingga transaksi yang mencurigakan. “Ada satu hal yang menarik di sini,” kata Bayu sambil menunjuk sebuah catatan transaksi. Adrian memperhatikannya. “Serigala Hitam menerima pembayaran dalam jumlah besar dari rekening anonim tiga hari sebelum serangan di pelabuhan?” Bayu mengangguk. “Dan setelah kami telusuri lebih jauh, dana tersebut masuk dari rekening lepas pantai yang sebelumnya pernah digunakan untuk transaksi keluarga Saputra.” Adrian menyeringai tipis. “Jadi mereka benar-benar mencoba mengadu domba kita dengan keluarga Saputra.” “Sepertinya begitu,” kata Bayu. “Tapi ada satu masalah. Keluarga Saputra sendiri tidak menunjukkan tanda-tanda keterlibatan.” Adrian berpikir sejenak. Jika keluarga Saputra memang tidak terlibat langsung, itu berarti se

    Последнее обновление : 2025-03-05
  • Bangkitnya Johan   Part 37

    Raditya menatap layar di depannya, membaca laporan terbaru dari Felix. Semua jejak transaksi yang mengarah padanya telah dihapus, dan bukti baru yang mengarah pada salah satu keluarga kecil dari Dua Belas Keluarga Teratas telah disebar dengan rapi. Felix berdiri di sampingnya, menunggu instruksi selanjutnya. “Sekarang kita hanya perlu menunggu keluarga Saputra menggigit umpan.” Raditya menyandarkan diri ke kursi dengan senyum puas. “Mereka akan segera bertindak. Setelah itu, kita tinggal mengamati dan memastikan mereka saling menghancurkan.” Felix masih terlihat sedikit ragu. “Dan jika mereka menemukan bahwa kita yang menjebak mereka?” Raditya tertawa kecil. “Saat itu terjadi, kita sudah berada jauh di depan mereka.” Namun, jauh di lubuk hatinya, ia masih merasakan ketidaknyamanan. ________________________________________ Johan dan Adrian: Langkah Berikutnya Di tempat lain, Adrian duduk berhadapan dengan Johan dalam ruang rapat pribadi yang tersembunyi. Sebuah proyektor di dep

    Последнее обновление : 2025-03-05
  • Bangkitnya Johan   Part 38

    Felix duduk diam, ponselnya masih berada di genggamannya. Siapa yang baru saja meneleponnya? Siapapun dia, jelas tahu lebih banyak dari yang seharusnya. Raditya bukan tipe orang yang berbagi rencana sepenuhnya dengan bawahannya. Ia selalu menjaga jarak, seolah semua orang di sekitarnya hanyalah alat yang bisa dibuang kapan saja. Felix menghela napas panjang. Apakah aku hanya pion yang akan dibuang setelah ini? Pikirannya berputar cepat. Ia bisa mengabaikan peringatan itu, tetap setia pada Raditya dan berharap segalanya berjalan lancar. Atau… ia bisa mencari jalan keluar sebelum semuanya runtuh. Ponselnya kembali bergetar. Pesan lain masuk. "Datang ke lokasi ini jika kau ingin tahu kebenarannya." Di bawahnya, ada koordinat sebuah tempat. Felix menatap pesan itu lama. Lalu, dengan napas berat, ia berdiri dan meraih jasnya. Dia harus mencari tahu kebenarannya. ________________________________________ Jebakan yang Dipasang Adrian Sementara itu, Adrian mengamati layar komputer de

    Последнее обновление : 2025-03-05
  • Bangkitnya Johan   Part 39

    Di sebuah ruangan tersembunyi di markasnya, Raditya duduk di belakang meja, menatap laporan yang baru saja diterimanya. Ekspresinya tetap tenang, tetapi matanya menyiratkan kemarahan yang mendidih. “Felix menghilang?” suaranya terdengar datar, tetapi semua orang di ruangan itu tahu bahwa ini adalah ketenangan sebelum badai. Salah satu anak buahnya mengangguk dengan gugup. “Kami kehilangan jejaknya setelah dia menerima pesan misterius. Sejak saat itu, tidak ada yang tahu di mana dia.” Raditya mengetukkan jarinya ke meja. Felix bukan orang sembarangan—dia adalah salah satu orang kepercayaannya, tangan kanannya dalam banyak operasi penting. Jika dia menghilang, itu berarti hanya ada dua kemungkinan: dia diculik atau dia berkhianat. Dan Raditya tidak percaya pada kemungkinan pertama. “Adrian…” gumamnya. Sejak Adrian mulai bergerak, kekuatan Raditya perlahan mulai terkikis. Awalnya, ia menganggap adiknya hanyalah anak kecil yang tidak berpengalaman. Tetapi kini, setelah kehilan

    Последнее обновление : 2025-03-06
  • Bangkitnya Johan   Part 40

    Beberapa hari berlalu sejak Raditya mengubah pendekatannya terhadap Felix. Namun, keputusan itu membawa efek yang tidak terduga. Banyak orang kepercayaannya yang mulai merasa cemas. Mereka bertanya-tanya—mengapa Raditya tiba-tiba berhenti memburu Felix? Apakah ada kesepakatan rahasia yang mereka tidak tahu? Di sisi lain, Adrian dan Felix bekerja dalam diam, menanam benih keraguan di antara para pendukung Raditya. ________________________________________ Di Markas Raditya Aryo kembali dengan laporan terbaru. “Tuan, ada beberapa orang yang mulai mempertanyakan keputusan Anda. Mereka bertanya-tanya apakah Felix benar-benar seorang pengkhianat atau tidak.” Raditya mendengus. “Siapa saja yang mempertanyakannya?” Aryo menyerahkan daftar nama. Raditya melihatnya sekilas dan tersenyum miring. Beberapa di antaranya adalah orang-orang yang paling ambisius. Mereka bukan sekadar anak buah setia, melainkan orang yang selalu mencari peluang untuk naik ke atas. Jika mereka mulai ra

    Последнее обновление : 2025-03-06

Latest chapter

  • Bangkitnya Johan   Part 112

    Pertarungan di dalam klub Abyss meledak seperti badai yang tak terbendung. Suara tembakan bercampur dengan dentingan logam, teriakan, dan amukan para petarung bayaran Falken yang kini satu per satu tumbang di hadapan Evelyn dan Darius. Namun di tengah hiruk-pikuk itu, perhatian semua orang tertuju pada satu titik—pertarungan antara Johan dan Vladimir. Johan menghindari ayunan brutal dari palu besar Vladimir, lalu membalas dengan tendangan keras ke arah rusuk. Vladimir terguncang tapi tetap berdiri, tertawa gila. “Ayolah! Tunjukkan kau bukan hanya simbol keadilan bodoh!” Namun tepat sebelum Johan menyerang kembali, suara berdesing terdengar dari atas—dan atap klub tiba-tiba runtuh sebagian. Semua orang berhenti. Debu dan reruntuhan jatuh, dan dari lubang yang terbuka… muncul sosok bertudung gelap, dengan lambang Seekor Serigala Bersayap di punggungnya. Evelyn menegang. “Itu… bukan lambang Falken.” Darius segera menarik pistolnya. “Itu... lambang keluarga Nacht.” Johan tak bergemi

  • Bangkitnya Johan   Part 111

    Malam menjelang di Zeigrad, namun kota itu tidak pernah benar-benar tidur. Lampu-lampu neon berkelap-kelip di distrik hitam, tempat hukum bergantung pada siapa yang memegang lebih banyak peluru. Klub malam Abyss berdiri di tengahnya, mewah dan menjulang, menjadi jantung kehidupan gelap kota. Tepat pukul dua dini hari, sebuah mobil lapis baja berhenti beberapa blok dari klub. Johan melangkah keluar dengan Darius dan Evelyn di belakangnya. Pakaian mereka hitam, menyatu dengan malam, tetapi aura Johan tetap terpancar—dingin, tajam, dan penuh amarah yang terpendam. “Menurut laporan, lantai bawah tanah klub itu dipakai Vladimir sebagai ruang pertemuan dan penyiksaan,” ujar Darius sambil menunjukkan denah digital. Evelyn menambahkan, “Keamanan di dalam dijaga oleh unit elit Falken. Petarung jalanan, tentara bayaran, dan mesin tempur modifikasi.” Johan hanya mengangguk. “Bagus. Aku ingin melihat siapa saja yang cukup bodoh untuk melindungi Vladimir.” Mereka berjalan melewati lorong semp

  • Bangkitnya Johan   Part 110

    Zeigrad, ibu kota Astvaria, adalah kota yang tidak pernah benar-benar tidur. Di balik megahnya gedung-gedung pemerintahan dan cahaya lampu istana malam hari, jaringan kekuasaan dan pengaruh bekerja seperti nadi yang tak terlihat. Di sanalah keluarga-keluarga terkuat—Castello, Falken, Nacht, dan Voss—menanamkan cengkeramannya paling dalam. Namun, sejak kabar tentang kejatuhan keluarga Ludger dan Rangga tersebar secara diam-diam, ketegangan mulai terasa. Terutama bagi keluarga Castello dan Falken, yang selama ini merasa kebal terhadap ancaman. Di salah satu ruang bawah tanah kastil Castello, Lady Selene Castello duduk bersandar, membaca laporan intel dari agen rahasia mereka. “Johan sebentar lagi akan tiba di Zeigrad.” Matanya menyipit. "Jadi anak itu akhirnya menantang kami secara langsung?" Di sisinya, salah satu penasihat keluarga menjawab pelan. “Dan dia tidak datang sendirian. Perusahaannya, Arthura Trade & Co, telah mengirimkan tim penyusup ke distrik perdagangan. Mereka diam

  • Bangkitnya Johan   Part 109

    Zeigrad. Jantung kekuasaan Astvaria. Kota dengan menara perak menjulang dan lorong-lorong kelam yang penuh konspirasi. Saat malam turun, cahaya lampu neon menciptakan siluet tajam di balik kaca-kaca gedung pemerintahan dan markas keluarga bangsawan. Di salah satu distrik kelas atas yang dijaga ketat, Keluarga Castello sedang mengadakan perjamuan. Para pejabat, bangsawan, dan pengusaha asing terlihat tertawa dan bersulang, seolah tidak ada perubahan apa pun di dunia luar. Tapi di bawah tanah, jauh dari hingar-bingar pesta, bayangan mulai bergerak. Salah satu agen Arthura Trade & Co menyusup ke dalam jaringan intel keluarga Falken. Mereka menyampaikan laporan melalui jalur komunikasi rahasia ke Johan yang masih berada di Riefenstadt. “Johan,” suara Evelyn terdengar dari alat komunikasi. “Kita dapat akses. Salah satu penjaga arsip keluarga Falken bersedia bicara. Tapi kita harus segera kirim tim penyusup ke Zeigrad.” Johan menatap peta besar yang terbentang di mejanya. Beberapa titi

  • Bangkitnya Johan   Part 108

    Api dan baja menghujani laut. Gelombang tinggi berubah menjadi merah saat dua armada raksasa saling bertabrakan di Teluk Treius. Kapal-kapal meledak satu per satu, serpihan kayu dan baja beterbangan di udara. Namun di tengah semua itu, dua sosok berdiri tenang di jantung pertempuran: Johan dan Sebastian Ludger. Arthura Prime menabrak sisi kapal utama Ludger, menciptakan gemuruh keras yang mengguncang seluruh dek. Anak buah Johan menyerbu ke kapal lawan lewat jembatan baja yang diturunkan. Johan sendiri melompat lebih dulu. Tubuhnya mendarat tepat di depan Sebastian. Sebastian menarik pedangnya yang bersinar biru, terbuat dari logam laut dalam. “Akhirnya kau datang juga.” Johan memasang sarung tangan perangnya. “Aku tidak suka membuang waktu.” “Begitu juga aku.” Tanpa aba-aba, duel pun dimulai. Pedang Sebastian berputar cepat, memotong angin dan baja. Tapi Johan membaca gerakannya dengan dingin, menangkis dan melawan balik dengan pukulan-pukulan berat yang membuat gelad

  • Bangkitnya Johan   Part 107

    Pagi menyelimuti kota Levantine dengan ketenangan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Tidak ada lagi suara siaran propaganda dari istana keluarga Levant, tak ada lagi rapat rahasia dengan para pejabat bayangan. Kota itu kini dalam kendali penuh Johan dan pasukannya. Di sebuah ruangan taktis di pusat administrasi, Johan berdiri diam menghadap jendela, memperhatikan matahari yang terbit perlahan. Peta besar Astvaria terhampar di belakangnya, merah pada setiap nama keluarga yang telah tumbang. Evelyn melangkah masuk membawa dokumen. “Auren sudah dipindahkan ke sel isolasi. Pasukan keluarga Levant yang tersisa sudah menyerah. Tak ada perlawanan berarti.” Johan menoleh sedikit. “Penjabat tuan muda?” “Selene Levant,” jawab Evelyn. “Sepupu jauh Gregoire. Latar belakangnya diplomatik, tidak ambisius, dan—sejauh ini—tidak terlibat dalam skema politik jahat keluarga Levant.” Darius ikut menimpali, “Kami juga mengkonfirmasi bahwa jaringan luar negeri Gregoire telah runtuh. Koneksi

  • Bangkitnya Johan   Part 106

    Dari atas menara observasi Kota Levantine, Johan berdiri bersama Evelyn dan Darius, mengamati hiruk pikuk ibu kota politik itu. Meski kota itu tampak tenang, Johan tahu, di balik ketenangan itu tersembunyi kekuatan yang berbahaya—kekuatan Keluarga Levant yang kini dipimpin oleh Auren. Darius menatap ke arah kantor pusat keluarga. “Kita yakin Auren akan muncul?" Johan mengangguk pelan. “Dia bukan seperti Gregoire. Dia lebih licik. Tapi dia pasti sedang menunggu. Mereka yang terlalu percaya pada bayang-bayang, biasanya lupa kalau bayangan bisa ditelan kegelapan.” Evelyn menambahkan dengan dingin, “Kita perlu pukul pusat pengaruh mereka. Bukan hanya fisik. Kita harus potong akar jaringan politik mereka.” Johan menyeringai kecil. “Sudah aku kirim orang ke tiga negara yang pernah tunduk pada Levant. Di Lusitania, Indrasia, dan Hollstein. Mereka akan buka kembali luka yang ditanam keluarga Levant selama ini.” Sementara itu, di kedalaman markas rahasia keluarga Levant, Auren membac

  • Bangkitnya Johan   Part 105

    Malam mulai turun saat Johan tiba di markas intel Arthura yang tersembunyi di sudut kota Drakenfeld. Di sana, Darius telah menunggu bersama Evelyn dan beberapa agen kepercayaannya. "Ini laporan terakhir," ucap Darius sambil menyerahkan dokumen. "Setelah kekalahan keluarga Rangga, hanya tersisa enam keluarga dari 12 Teratas. Tapi ini bukan kemenangan mutlak—mereka yang tersisa jauh lebih kuat… dan lebih berbahaya." Evelyn menyela, "Terutama Keluarga Levant. Mereka tidak bergerak secara terang-terangan, tapi jejak mereka ada di mana-mana—dari parlemen negara tetangga sampai dalam tubuh pemerintahan Astvaria sendiri." Johan membuka berkas itu dan melihat foto lama Gregoire Levant, tuan muda dari keluarga tersebut. Meski pria itu telah tewas di Varestia, bayang-bayang kekuasaan Levant masih terasa. Pasalnya, Gregoire bukan satu-satunya yang berperan. Di balik kematiannya, masih ada para tangan kanan, boneka politik, dan jaringan kekuasaan yang tersebar di berbagai wilayah. "Mereka

  • Bangkitnya Johan   Part 104

    Ruangan itu dipenuhi ketegangan yang tak terlihat, tetapi Johan tetap berdiri dengan tenang di hadapan Tristan Rangga dan Rendra Rangga. Keduanya memimpin keluarga yang terkenal dengan pasukan bayangan dan pengawal elit Astvaria. Tristan akhirnya bersandar di kursinya, menghela napas perlahan sebelum berbicara. "Johan, kau datang untuk memastikan kesetiaan keluargaku, tapi aku ingin tahu satu hal lebih dulu." Johan mengangguk, menunggu pertanyaan yang akan diajukan. Tristan menatap matanya dalam-dalam. "Apa yang akan kau lakukan jika aku menolak tunduk padamu? Jika aku memutuskan bahwa Keluarga Rangga tetap berdiri sendiri, tidak berpihak pada siapa pun?" Johan tersenyum kecil. "Aku tidak meminta kalian tunduk. Aku hanya meminta kalian memilih. Apakah kalian tetap berpegang pada tugas kalian untuk melindungi negara, ataukah kalian akan menjadi bagian dari mereka yang melupakan kewajibannya?" Rendra, yang sedari tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Kami bukan pengkhianat, Joha

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status