Share

Part 21

last update Last Updated: 2025-03-04 10:14:20

Di ruangannya yang luas dan megah, Raditya Gunawan menatap layar televisi dengan ekspresi tak terbaca. Pernyataan Johan dalam wawancara tadi siang masih terngiang di telinganya.

"Karena ada sesuatu yang jauh lebih besar yang sedang disembunyikan."

Raditya mengetuk meja kayu mahoninya perlahan, lalu menghela napas panjang. Johan bukan sekadar pemain kecil yang bisa disingkirkan begitu saja.

Seorang pria bersetelan hitam masuk ke ruangan, membungkuk sedikit sebelum berbicara. “Pak, Leonard ingin bertemu dengan Anda malam ini. Dia khawatir Johan akan menggali sesuatu yang bisa membahayakan kita.”

Raditya hanya tersenyum tipis. “Leonard mulai panik?”

Pria itu mengangguk. “Sepertinya begitu. Johan berhasil membuatnya gelisah.”

Raditya menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Bagus. Itu artinya Johan mulai mengungkap sesuatu. Dan itu justru memberi kita keuntungan.”

Pria itu tampak bingung. “Maksud Anda?”

Raditya menyeringai. “Orang yang terlalu percaya diri akan membuka lebih banyak celah.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Bangkitnya Johan   Part 22

    Di dalam mobilnya yang melaju tenang, Raditya Gunawan menatap keluar jendela dengan ekspresi dingin. Jalanan ibu kota yang ramai tidak mampu mengalihkan pikirannya dari apa yang baru saja terjadi di ruang sidang.Leonard yang duduk di sebelahnya tampak tegang. Gugatan mereka gagal total. Johan tidak hanya berhasil membuktikan adanya manipulasi data, tetapi juga membalikkan permainan dalam sekejap.“Kita harus segera bertindak,” kata Leonard, suaranya penuh frustrasi. “Johan baru saja mempermalukan kita di depan publik. Kalau kita tidak segera membalas, kita akan terlihat lemah.”Raditya tidak langsung menjawab. Ia hanya mengetuk-ngetukkan jarinya di sandaran tangan kursi mobil, seperti sedang berpikir keras.Akhirnya, ia membuka suara. “Leonard, kau terlalu gegabah. Itulah kenapa kau selalu kalah.”Leonard mengepalkan tangannya, tetapi tidak berani membantah.Raditya melanjutkan dengan nada lebih tenang, tetapi sarat dengan ancaman.“Kita tidak akan membalasnya sekarang. Kita akan mem

    Last Updated : 2025-03-04
  • Bangkitnya Johan   Part 23

    Malam itu, di ruang kerjanya, Johan menatap dinding besar yang dipenuhi diagram dan foto-foto koneksi bisnis Raditya Gunawan. Butra dan Gilang berdiri di belakangnya, menunggu dengan sabar saat Johan menyusun strateginya. “Raditya ingin menghancurkan kita dari dalam dengan menarik klien dan investor,” ujar Johan pelan. “Tapi dia lupa satu hal…” Gilang menyipitkan mata. “Apa itu?” Johan menoleh dan tersenyum tipis. “Dia pikir aku hanya bisa bermain di dalam sistem, padahal aku sudah menyiapkan jalur keluar.” Butra melipat tangan. “Kau punya rencana?” Johan mengangguk. “Kita tidak bisa mengandalkan bisnis biasa untuk bertahan. Tapi kita bisa menggoyahkan fondasi bisnis Raditya dengan cara yang tidak dia duga.” Ia berjalan ke meja, mengambil marker, lalu menandai beberapa perusahaan yang terhubung dengan Raditya. “Kita akan membuat mereka saling menghancurkan.” — Keesokan Harinya – Markas Rahasia Johan Di sebuah lokasi tersembunyi, Johan bertemu dengan beberapa tokoh bisnis yan

    Last Updated : 2025-03-04
  • Bangkitnya Johan   Part 24

    Di dalam ruang kantornya yang remang-remang, Johan menatap laporan terbaru yang dikirim oleh tim intelijennya. Raditya sudah kehilangan beberapa klien besar dalam waktu singkat. Beberapa perusahaan mulai beralih ke jalur bisnis yang ia bangun secara diam-diam bersama Daniel Surya. Tapi ini belum cukup. “Butra,” panggil Johan tanpa menoleh. Butra, yang sedang duduk di sofa dengan ekspresi serius, mengangkat kepalanya. “Ya?” “Aku ingin kau menemui seseorang di daftar ini,” Johan menunjuk salah satu nama di layar laptopnya. “Damar Santoso.” Butra menyipitkan mata. “Pemilik jaringan media terbesar di negeri ini? Kau ingin membawa media ke dalam permainan ini?” Johan tersenyum tipis. “Raditya sudah mulai bermain kotor, mencoba menjatuhkan reputasiku dengan dokumen palsu. Kita akan membalikkan keadaannya dengan cara yang lebih elegan.” Gilang yang sedari tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Kau ingin menjadikan media sebagai alat untuk menghancurkannya?” Johan menatap Gilang. “Aku in

    Last Updated : 2025-03-04
  • Bangkitnya Johan   Part 25

    Di ruangannya yang remang-remang, Johan menatap layar laptopnya yang menampilkan siaran berita terbaru. Raditya Gunawan kini menjadi headline utama di seluruh negeri. Damar Santoso telah menjalankan tugasnya dengan sempurna. Dalam waktu kurang dari 24 jam, kredibilitas Raditya hancur. Media menggali lebih dalam, menghubungkan transaksi gelapnya dengan beberapa pejabat tinggi, dan kini publik menuntut penyelidikan resmi. Butra duduk di seberang meja, menghela napas. “Kau benar-benar tidak memberi dia ruang untuk bernapas.” Johan tersenyum tipis. “Raditya mengira bisa mengontrol permainan. Tapi dia lupa… aku tidak pernah bermain tanpa cadangan strategi.” Gilang memasuki ruangan dengan ekspresi serius. “Ada pergerakan yang aneh. Beberapa orang Raditya mulai bergerak di luar hukum. Aku menduga dia akan mencoba menyerang kita secara langsung.” Johan menutup laptopnya dan berdiri. “Aku sudah memperkirakan ini.” Gilang mengangguk. “Kita harus waspada. Aku sudah meminta tim keamanan unt

    Last Updated : 2025-03-04
  • Bangkitnya Johan   Part 26

    Udara malam terasa dingin saat Johan berdiri di balkon lantai atas markas sementaranya. Dari sini, ia bisa melihat sebagian kota yang masih berdenyut meski hari sudah larut. Tapi pikirannya tidak tertuju pada keindahan malam—ia memikirkan langkah terakhir dalam strateginya. Gilang muncul di sampingnya dengan wajah serius. “Raditya sudah mulai menggerakkan timnya. Mereka akan menyerang salah satu gudang utama kita dalam waktu kurang dari dua jam.” Johan tetap menatap ke kejauhan. “Bagus.” Gilang mengernyit. “Bagus?” Johan berbalik, menatapnya dengan tatapan tajam. “Mereka berpikir ini adalah serangan mereka. Padahal, ini justru momen yang kita tunggu.” Gilang mengangguk pelan, mulai memahami. “Kau sudah menyiapkan sesuatu di gudang itu?” Johan tersenyum tipis. “Bukan hanya di gudang itu. Seluruh jaringan Raditya akan mulai runtuh begitu dia menekan tombol serangan ini.” — Sementara Itu – Markas Raditya Raditya berdiri di depan peta elektronik besar yang menunjukkan berbagai ti

    Last Updated : 2025-03-04
  • Bangkitnya Johan   Part 27

    Malam itu, Adrian Gunawan duduk di ruangannya, merenungkan langkah selanjutnya. Ia sudah tahu bahwa waktu Raditya sebagai kepala keluarga Gunawan semakin menipis. Tapi jika ia ingin menggantikannya, ia harus bermain dengan cermat. Ia tidak bisa begitu saja merebut kekuasaan dari tangan kakaknya tanpa konsekuensi besar. Keluarga Gunawan bukan hanya sekadar keluarga, mereka adalah salah satu dari 12 Keluarga Teratas di negeri ini—sebuah kelompok elit yang memiliki pengaruh besar dalam politik dan ekonomi. Jika ia ingin mengambil alih, ia membutuhkan sekutu yang tepat. Dan Johan bisa menjadi jawabannya. — Sementara Itu – Markas Johan Johan sedang berdiskusi dengan Butra dan Gilang ketika seorang informan datang membawa sebuah pesan. “Adrian Gunawan ingin bertemu denganmu.” Johan menatap informan itu dengan mata tajam. “Dia memberi syarat?” tanyanya. Informan itu menggeleng. “Tidak. Hanya pesan singkat: ‘Kita punya musuh yang sama. Aku ingin mendengar strategimu.’” Johan menyan

    Last Updated : 2025-03-04
  • Bangkitnya Johan   Part 28

    Adrian tahu bahwa untuk menyingkirkan Raditya, ia harus bergerak cepat tetapi tetap dalam bayangan. Terlalu banyak langkah yang ceroboh hanya akan membongkar niatnya sebelum waktunya. Malam itu, ia duduk di sebuah ruang pribadi di salah satu restoran eksklusif di kota, bertemu dengan tiga orang yang selama ini menjadi tangan kanan Raditya: Felix, Hartawan, dan Denny. Ketiganya memiliki peran penting dalam bisnis keluarga Gunawan. Felix menangani keuangan, Hartawan bertanggung jawab atas logistik dan distribusi, sementara Denny mengurusi hubungan politik dengan pihak luar. Adrian menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil menatap mereka satu per satu. “Aku mengundang kalian ke sini bukan untuk berbicara soal bisnis biasa.” Felix mengangkat alis. “Lalu?” Adrian tersenyum tipis. “Aku ingin tahu pendapat kalian soal kepemimpinan Raditya.” Ruangan mendadak sunyi. Hartawan melirik ke arah Felix dan Denny, sebelum akhirnya bertanya dengan hati-hati, “Kenapa kau menanyakan itu?” Adrian tid

    Last Updated : 2025-03-05
  • Bangkitnya Johan   Part 29

    Adrian tahu bahwa langkah berikutnya harus dijalankan dengan presisi. Satu kesalahan kecil bisa membuat Raditya curiga, dan jika itu terjadi, maka seluruh rencananya akan runtuh. Malam itu, ia duduk di kantornya dengan laptop terbuka di hadapannya. Di layar, beberapa dokumen penting mengenai proyek-proyek baru keluarga Gunawan terpampang jelas. Beberapa dari proyek ini adalah inisiatif Raditya sendiri—kesepakatan dengan investor asing yang dianggapnya bisa memperluas pengaruh keluarga di luar negeri. Namun, Adrian telah mempelajari semuanya dengan saksama dan menemukan celah yang bisa dimanfaatkan. Langkah pertama: Memanipulasi data Ia menghubungi salah satu orang kepercayaannya di divisi keuangan, seseorang yang diam-diam tidak menyukai cara Raditya menjalankan bisnis. Dengan hati-hati, Adrian menginstruksikan agar laporan keuangan proyek-proyek utama dimodifikasi sedikit saja—cukup untuk menunjukkan bahwa investasi ini tampak lebih menguntungkan daripada yang sebenarnya. Radity

    Last Updated : 2025-03-05

Latest chapter

  • Bangkitnya Johan   Part 100

    BZZT! BZZT! Puluhan drone tempur mulai bergerak, mengelilingi Johan dengan formasi sempurna. Senjata otomatis yang terpasang di bawah mereka menyala merah, bersiap menembakkan peluru berkecepatan tinggi. Leon Albrecht berdiri dengan percaya diri, senyumnya penuh kemenangan. "Kau mungkin kuat dalam pertarungan tangan kosong, Johan. Tapi coba lihat, bahkan kau tidak bisa menangkis hujan peluru dari semua arah." Johan hanya menghela napas, menatap Leon dengan tatapan dingin. "Aku sudah menumbangkan Wilhelm yang jauh lebih unggul dalam teknologi dibandingkan kau, Leon. Apa kau benar-benar berpikir ini cukup untuk menjatuhkanku?" Leon tertawa kecil, mengetuk layar di arlojinya. "Kita lihat saja." "TEMBAK!" BRRRTTTTTTT! Dalam sekejap, hujan peluru melesat ke arah Johan dari berbagai sudut. Namun, Johan tidak bergerak sedikit pun. S

  • Bangkitnya Johan   Part 99

    Malam yang kelam menyelimuti kota Eisenwald. Di kejauhan, Menara Aeternum berdiri megah seperti monumen kekuasaan keluarga Albrecht. Namun, malam ini menara itu bukan hanya sekadar lambang kejayaan—ia akan menjadi medan perang. Johan turun dari mobil bersama Evelyn dan Darius. Di belakang mereka, puluhan anggota pasukan elit Arthura Trade & Co telah bersiap dengan senjata lengkap. Darius menyeringai saat melihat menara yang penuh dengan penjaga. "Leon benar-benar tidak main-main. Aku menghitung setidaknya 50 penjaga hanya di bagian luar." Evelyn menghela napas dan memeriksa peluru di pistolnya. "Kita masuk dengan paksa atau menyelinap?" Johan melangkah maju, mengenakan sarung tangannya dengan tenang. "Kita masuk seperti badai." ________________________________________ Di dalam Menara Aeternum… Leon Albrecht duduk di ruangannya, menyesap anggur merah dengan

  • Bangkitnya Johan   Part 98

    Di jantung Eisenwald, pertempuran tak kasat mata mulai berkecamuk. Leon Albrecht tidak membuang waktu. Begitu ia menyadari serangan Johan telah menghancurkan sebagian besar operasional rahasia keluarganya, ia langsung mengaktifkan Sentinel Malam—kelompok pembunuh bayangan yang selama ini menjadi kekuatan tersembunyi keluarga Albrecht. Mereka bukan sekadar algojo. Mereka adalah hantu yang bergerak tanpa suara, spesialis dalam eliminasi cepat dan bersih. Dan target pertama mereka malam ini: Johan. ________________________________________ Di markas Arthura Trade & Co, Johan sedang membaca laporan terbaru. Darius masuk dengan ekspresi tegang. "Ada sesuatu yang tidak beres. Beberapa titik pengawasan kita di distrik finansial tiba-tiba terputus komunikasi." Evelyn, yang sedang duduk di meja sambil mengasah pisaunya, menegakkan tubuhnya. "Itu tidak mungkin kebetulan."

  • Bangkitnya Johan   Part 97

    Di jantung kota Eisenwald, Johan berjalan santai di sepanjang koridor markas Arthura Trade & Co. Tangannya bersedekap di belakang punggung, ekspresinya tenang, tetapi matanya tajam seperti seekor elang yang mengamati mangsanya. "Sudah ada pergerakan dari pihak Albrecht?" tanyanya tanpa menoleh. Darius, yang berdiri di sampingnya, mengangguk sambil menyerahkan sebuah laporan. "Mereka mulai menyerang gudang-gudang kita. Beberapa agen kita di pasar saham juga menerima ancaman. Tapi ini belum serangan penuh." Evelyn, yang duduk di meja dengan satu kaki bersilang, tertawa kecil. "Leon terlalu pintar untuk bertindak gegabah. Dia pasti ingin mengujimu lebih dulu sebelum mengerahkan semua kekuatannya." Johan tersenyum tipis. "Biarkan dia mencoba. Saat dia sadar bahwa dia telah bermain di dalam permainanku, itu sudah terlambat baginya." ________________________________________ Di sisi lain kota, s

  • Bangkitnya Johan   Part 96

    Hari itu, Eisenwald menjadi pusat perhatian seluruh Astvaria. Bursa saham yang biasanya stabil kini bergejolak liar. Para investor panik setelah membaca berita tentang kemungkinan krisis finansial yang mengancam perusahaan-perusahaan di bawah kendali Keluarga Albrecht. Di dalam gedung megah Albrecht Financial Group, Leon Albrecht berdiri di depan jendela kantornya yang luas. Matanya menatap ke kejauhan, namun pikirannya penuh dengan kemarahan. "Siapa yang berani mengguncang pasarku seperti ini?" suaranya terdengar dingin. Asisten pribadinya, Friedrich Hahn, melangkah masuk dengan wajah serius. "Tuan Muda, kami telah melacak sumber pergerakan saham yang tidak biasa ini. Tampaknya beberapa investor besar mulai menarik dana mereka secara tiba-tiba." Leon berbalik, matanya menyala dengan kemarahan yang tertahan. "Investor mana saja?" Friedrich membuka tablet di tangannya dan membacakan lapora

  • Bangkitnya Johan   Part 95

    Velmoria kini berada dalam kendali Johan. Keluarga Hohenberg telah tumbang, meninggalkan kekosongan kekuasaan yang langsung diisi oleh Arthura Trade & Co. Dengan jatuhnya keluarga ini, pengaruh jahat mereka dalam politik dan ekonomi mulai terkikis. Namun, Johan belum selesai. Di dalam sebuah ruang pertemuan rahasia di bekas markas Hohenberg, Johan berdiri di depan sebuah peta besar Astvaria yang penuh dengan tanda dan catatan. Evelyn, Darius, dan beberapa orang kepercayaannya duduk di sekeliling meja. "Hohenberg sudah lenyap," Evelyn membuka pembicaraan. "Siapa target kita berikutnya?" Johan menatap ke arah barat, kota Eisenwald, tempat markas Keluarga Albrecht. "Albrecht," ujar Johan dengan nada datar namun penuh makna. Darius bersiul pelan. "Jadi, kita akan menargetkan sumber keuangan mereka?" Evelyn menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Mereka bukan pejuang seperti Wilhelm a

  • Bangkitnya Johan   Part 94

    Udara malam di Velmoria masih terasa tegang setelah pertempuran singkat di dalam markas Hohenberg. Johan, Evelyn, dan Darius bergerak cepat melalui gang-gang gelap, menghindari patroli yang mulai menyebar ke seluruh kota. "Dimana titik pertemuan?" tanya Evelyn sambil tetap waspada. "Di distrik industri," jawab Darius. "Rangga dan anak buahnya sudah menunggu di sana." Johan tetap diam, matanya tajam mengamati setiap sudut jalan. Ia tahu pertempuran ini belum selesai. Pemburuan Dimulai Tak lama kemudian, sirene berbunyi di seluruh Velmoria. Hohenberg telah menyadari bahwa ada penyusup, dan mereka tidak akan membiarkan Johan serta timnya pergi begitu saja. "Darius, seberapa penting informasi yang kita ambil?" tanya Johan sambil tetap berjalan. Darius tersenyum sinis. "Cukup untuk menjatuhkan beberapa cabang bisnis Hohenberg dan mengungkap operasi kotor mereka di Astvaria."

  • Bangkitnya Johan   Part 93

    Kabut tipis menyelimuti kota Velmoria saat fajar mulai menyingsing. Kota ini adalah pusat informasi dan mata-mata Astvaria, dipenuhi oleh agen rahasia, tentara bayaran, dan para penguasa bayangan yang setia pada Keluarga Hohenberg. Jika ada satu tempat di mana informasi bisa menjadi senjata mematikan, itu adalah di sini. Johan dan timnya sudah memasuki kota dengan cara yang paling aman—melalui jaringan bawah tanah. Sejak beberapa waktu lalu, anak buahnya telah menyusup ke dalam Velmoria, mempersiapkan jalur aman dan mengamati pergerakan musuh. Darius membuka sebuah peta kecil dan menunjukkannya pada Johan. "Kita punya beberapa tempat yang bisa kita gunakan sebagai titik aman. Tapi ingat, Hohenberg punya mata-mata di mana-mana. Kita harus bergerak dengan sangat hati-hati." Johan mengangguk. "Target pertama kita adalah pusat intelijen mereka. Jika kita bisa melumpuhkan sistem komunikasi mereka, kita bisa mengendalikan informasi di kota i

  • Bangkitnya Johan   Part 92

    Johan berdiri di atas balkon gedung utama di Granz, menatap ke arah cakrawala yang jauh. Kota Velmoria yang dikuasai Keluarga Hohenberg sudah mulai mengalami guncangan akibat serangkaian sabotase yang diperintahkan olehnya. Tapi ini baru awal. Darius berjalan mendekat, berdiri di sampingnya. "Johan, aku sudah lama ingin bertanya," katanya, suaranya serius. "Kenapa kau begitu gigih ingin menghancurkan kejahatan dalam 12 Keluarga Teratas dan juga 6 Keluarga Kuno?" Johan tetap diam beberapa saat, lalu berbicara tanpa menoleh. "Karena mereka adalah akar dari kegelapan di Astvaria." Darius mengerutkan dahi. "Apa maksudmu?" Johan menutup matanya sejenak, mengingat masa lalu yang tidak pernah bisa ia lupakan. Luka Lama dan Pengkhianatan Dulu, Astvaria adalah negara yang lebih kuat dan bersatu, tetapi kekuatan itu hanya bertahan di permukaan. Di balik layar, 12 Keluarga Teratas da

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status