Share

Part 48

Penulis: Penjelajah Kata
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-08 11:23:04

Di dalam ruang kantornya yang semakin sunyi, Jonathan Lim mengusap wajahnya yang berkeringat. Semua jalur yang ia coba untuk menyelamatkan dirinya sudah tertutup.

Teleponnya masih terus berdering, tetapi ia tidak lagi berani mengangkatnya. Setiap panggilan hanya berisi tuntutan, ancaman, atau pertanyaan yang tidak bisa ia jawab.

Laporan keuangan yang ada di mejanya kini terasa seperti bom waktu. Skandal yang baru saja meledak ini terlalu terstruktur untuk sekadar kebetulan.

Seseorang telah merencanakan ini dengan cermat.

“Siapa yang ingin menghancurkanku?” gumamnya.

Pintu kantornya diketuk keras. Seorang pria berjas hitam masuk, ekspresinya tegang.

“Pak Jonathan, kita punya masalah. Ada sekelompok orang yang menunggu di lobi.”

Jonathan menegakkan punggungnya. “Siapa mereka?”

Pria itu menelan ludah. “Saya tidak tahu pasti, tapi… mereka bukan dari media atau pemerintah. Dan mereka terlihat… tidak sabar.”

Jantung Jonathan berdegup lebih cepat. Bukan dari media atau peme
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Bangkitnya Johan   Part 49

    Mobil hitam yang membawa Jonathan akhirnya berhenti di sebuah gedung tua di pinggiran kota. Ia melirik ke luar jendela, mendapati suasana sekitar yang sepi. Pintu mobil terbuka. Salah satu pria berjas hitam memberi isyarat agar ia turun. Jonathan menarik napas dalam-dalam. Tidak ada gunanya melawan sekarang. Aku harus melihat siapa yang ada di balik ini. Saat ia memasuki gedung, udara dingin menyambutnya. Di dalam, hanya ada satu meja panjang dengan seorang pria tua yang duduk di ujungnya. Jonathan langsung mengenali pria itu—Li Guang, kepala keluarga Li. Salah satu dari 12 penguasa negeri ini. Pria itu menatap Jonathan dengan mata tajam namun penuh perhitungan. “Duduklah.” Jonathan menelan ludah dan duduk. Pertemuan ini bukan sekadar peringatan. Ini perhitungan. “Aku tahu kau telah melakukan kesalahan besar, Jonathan,” kata Li Guang dengan suara rendah. “Dan aku tahu siapa yang menarik benang di belakang layar.” Jonathan tidak menjawab, tetapi ia bisa merasakan tata

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Bangkitnya Johan   Part 50

    Jonathan masih duduk di kursinya, menatap Li Guang dengan ekspresi datar. Kata-kata pria tua itu berputar di kepalanya. "Tetap menjadi alat bagi musuhku, atau bekerja sama denganku untuk menyingkirkan mereka." Ia tahu bahwa setiap pilihan yang diambil sekarang akan menentukan nasibnya. Namun, Jonathan bukan orang bodoh. Ia tahu bahwa Li Guang tidak benar-benar ingin bekerja sama dengannya—ini hanya permainan kekuasaan. “Penawaran yang menarik,” kata Jonathan akhirnya, suaranya tenang. “Tapi bagaimana aku bisa percaya bahwa Anda tidak akan membuangku setelah semua ini selesai?” Li Guang tersenyum tipis. “Itulah yang membuat negosiasi menjadi menarik, bukan?” Jonathan tertawa pelan. Pria tua ini mencoba mengujinya. Namun, sebelum Jonathan bisa menjawab, salah satu anak buah Li Guang masuk ke ruangan dengan ekspresi tegang. “Pak, kami mendapatkan laporan bahwa seseorang telah mengacaukan sistem keamanan keuangan kami. Ada transaksi yang tidak bisa kami lacak.” Li Guang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Bangkitnya Johan   Part 51

    Li Guang menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan ekspresi penuh pertimbangan. Jonathan bisa melihat kebimbangan di mata pria tua itu. “Kau ingin membantuku?” tanya Li Guang dengan nada skeptis. Jonathan tetap tenang. “Saya hanya menawarkan jalan keluar. Bagaimana Anda menanggapinya, itu terserah Anda.” Li Guang mengetuk meja dengan jarinya, berpikir dalam diam. “Jika aku menerima bantuanmu, apa jaminannya bahwa kau tidak akan mengkhianatiku?” Jonathan tersenyum tipis. “Jika saya ingin menjatuhkan Anda, saya tidak akan duduk di sini dan berbicara.” Li Guang tertawa kecil. “Kau tahu cara berbicara seperti seorang politisi.” Jonathan hanya mengangkat bahu. Dalam kepalanya, ia tahu bahwa Li Guang telah mengambil umpannya. Kini, tinggal menunggu saat yang tepat untuk menarik tali jebakan. “Baiklah.” Li Guang akhirnya membuka suara. “Aku ingin melihat seberapa jauh kau bisa membuktikan kata-katamu.” Jonathan mengangguk. “Saya akan memberi Anda informasi tentang sumber kebocora

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Bangkitnya Johan   Part 52

    Li Guang melemparkan ponselnya ke dinding dengan kemarahan yang meledak-ledak. Suara retakan layar terdengar nyaring di ruangan yang kini terasa semakin sempit. Zhang berdiri di dekat pintu, tak berani berbicara. Dengan napas memburu, Li Guang meraih telepon meja dan langsung menghubungi tim keuangannya. “Blokir semua transaksi! Bekukan aset yang tersisa! Aku tidak peduli bagaimana caranya, pastikan kita masih punya sesuatu untuk bertahan!” Namun, suara panik dari ujung telepon membuat jantungnya semakin terhimpit. “Tuan, sudah terlambat! Semua dana telah berpindah dalam waktu yang sangat cepat. Tidak ada yang bisa kita hentikan!” Li Guang membanting gagang teleponnya. Ia menatap layar laptopnya sekali lagi, berharap ada sesuatu yang bisa ia lakukan. Namun, yang ia lihat hanyalah angka nol di rekening utama perusahaan-perusahaannya. Semuanya telah hilang. ________________________________________ Di Sisi Adrian Felix menghirup kopinya dengan santai sambil mengamati pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Bangkitnya Johan   Part 53

    Di sebuah ruangan rahasia, cahaya redup lampu gantung menerangi meja panjang yang dipenuhi dokumen, layar komputer, dan peta kota. Adrian berdiri di ujung meja, matanya tajam mengamati strategi yang telah ia susun selama berbulan-bulan. Felix berdiri di sampingnya, melipat tangan sambil menghela napas. “Li Guang tidak akan tinggal diam. Orang seperti dia pasti punya cadangan dana tersembunyi. Aku yakin dia akan mencari cara untuk kembali ke permainan.” Adrian tersenyum tipis. “Itu yang aku harapkan.” Felix menaikkan alisnya. “Kau ingin dia melawan balik?” Adrian menatapnya sekilas sebelum berjalan ke arah layar besar yang menampilkan laporan-laporan terbaru. “Tentu saja. Musuh yang berpikir masih punya harapan akan bertindak gegabah. Dan saat dia menunjukkan kartunya, kita akan tahu bagaimana cara menjatuhkannya sepenuhnya.” Felix terkekeh pelan. “Kau benar-benar tidak memberi celah, ya?” Adrian tidak menjawab. Ia menekan tombol di keyboard, menampilkan sebuah data transak

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Bangkitnya Johan   Part 54

    Adrian melangkah dengan tenang di lorong sempit yang mengarah ke sebuah ruangan di lantai bawah tanah. Ia telah berada di Valthera selama tiga hari, menyusun strategi untuk bisa lebih dekat dengan jaringan Li Guang. Namun, rencana yang telah disusunnya tidak berjalan semulus yang ia harapkan. "Kita punya masalah," suara rekannya, seorang informan lokal bernama Viktor, terdengar di telinganya melalui alat komunikasi kecil. "Apa?" Adrian berhenti sejenak di sudut lorong, memastikan tidak ada yang mengikutinya. "Salah satu orang dalam kita dipecat kemarin. Mereka mulai curiga ada penyusup. Jika kita tidak hati-hati, bisa jadi kamu target berikutnya." Adrian menyadari bahwa langkahnya harus lebih terencana. Jika terlalu terburu-buru, dia bisa kehilangan kesempatan untuk menggulingkan jaringan ini dari dalam. Ia menarik napas dalam dan menyesuaikan rencana. Kini bukan hanya tentang menyusup, tetapi juga tentang bertahan hidup. Sementara itu, di kota Ardell… Johan menatap gedung

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Bangkitnya Johan   Part 55

    Johan tetap menjalankan rencananya di balik layar, memastikan setiap langkahnya tidak terdeteksi oleh musuh-musuhnya. Kini, ia memiliki dua pilar utama dalam menjalankan perusahaannya: Evelyne Voss, sekretaris pribadinya yang berasal dari keluarga Voss—keluarga yang menempati peringkat kelima dari sepuluh keluarga penguasa di negeri ini—dan Darius Rahman, mantan perwira militer yang kini menjadi pengawal pribadinya serta kepala keamanan perusahaan. Evelyne berperan sebagai wajah perusahaan, mengelola strategi bisnis, menjaga hubungan dengan pihak berwenang, dan memastikan segala urusan berjalan lancar di permukaan. Dengan kepandaiannya dalam diplomasi dan strategi, ia menjadi figur yang dihormati dan disegani di dunia bisnis. Sementara itu, Darius bertindak sebagai benteng pertahanan Johan. Dengan pengalaman tempurnya dan loyalitasnya yang tak tergoyahkan, ia memastikan tidak ada ancaman yang bisa mendekati Johan atau perusahaannya. Di balik layar, ia juga mengelola jaringan intel

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Bangkitnya Johan   Part 56

    Johan tetap menjalankan rencananya di balik layar, memastikan setiap langkahnya tidak terdeteksi oleh musuh-musuhnya. Kini, ia memiliki dua pilar utama dalam menjalankan perusahaannya: Evelyne Voss, sekretaris pribadinya yang berasal dari keluarga Voss—keluarga yang menempati peringkat kelima dari sepuluh keluarga penguasa di negeri ini—dan Darius Rahman, mantan perwira militer yang kini menjadi pengawal pribadinya serta kepala keamanan perusahaan. Evelyne berperan sebagai wajah perusahaan, mengelola strategi bisnis, menjaga hubungan dengan pihak berwenang, dan memastikan segala urusan berjalan lancar di permukaan. Dengan kepandaiannya dalam diplomasi dan strategi, ia menjadi figur yang dihormati dan disegani di dunia bisnis. Sementara itu, Darius bertindak sebagai benteng pertahanan Johan. Dengan pengalaman tempurnya dan loyalitasnya yang tak tergoyahkan, ia memastikan tidak ada ancaman yang bisa mendekati Johan atau perusahaannya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10

Bab terbaru

  • Bangkitnya Johan   Part 112

    Pertarungan di dalam klub Abyss meledak seperti badai yang tak terbendung. Suara tembakan bercampur dengan dentingan logam, teriakan, dan amukan para petarung bayaran Falken yang kini satu per satu tumbang di hadapan Evelyn dan Darius. Namun di tengah hiruk-pikuk itu, perhatian semua orang tertuju pada satu titik—pertarungan antara Johan dan Vladimir. Johan menghindari ayunan brutal dari palu besar Vladimir, lalu membalas dengan tendangan keras ke arah rusuk. Vladimir terguncang tapi tetap berdiri, tertawa gila. “Ayolah! Tunjukkan kau bukan hanya simbol keadilan bodoh!” Namun tepat sebelum Johan menyerang kembali, suara berdesing terdengar dari atas—dan atap klub tiba-tiba runtuh sebagian. Semua orang berhenti. Debu dan reruntuhan jatuh, dan dari lubang yang terbuka… muncul sosok bertudung gelap, dengan lambang Seekor Serigala Bersayap di punggungnya. Evelyn menegang. “Itu… bukan lambang Falken.” Darius segera menarik pistolnya. “Itu... lambang keluarga Nacht.” Johan tak bergemi

  • Bangkitnya Johan   Part 111

    Malam menjelang di Zeigrad, namun kota itu tidak pernah benar-benar tidur. Lampu-lampu neon berkelap-kelip di distrik hitam, tempat hukum bergantung pada siapa yang memegang lebih banyak peluru. Klub malam Abyss berdiri di tengahnya, mewah dan menjulang, menjadi jantung kehidupan gelap kota. Tepat pukul dua dini hari, sebuah mobil lapis baja berhenti beberapa blok dari klub. Johan melangkah keluar dengan Darius dan Evelyn di belakangnya. Pakaian mereka hitam, menyatu dengan malam, tetapi aura Johan tetap terpancar—dingin, tajam, dan penuh amarah yang terpendam. “Menurut laporan, lantai bawah tanah klub itu dipakai Vladimir sebagai ruang pertemuan dan penyiksaan,” ujar Darius sambil menunjukkan denah digital. Evelyn menambahkan, “Keamanan di dalam dijaga oleh unit elit Falken. Petarung jalanan, tentara bayaran, dan mesin tempur modifikasi.” Johan hanya mengangguk. “Bagus. Aku ingin melihat siapa saja yang cukup bodoh untuk melindungi Vladimir.” Mereka berjalan melewati lorong semp

  • Bangkitnya Johan   Part 110

    Zeigrad, ibu kota Astvaria, adalah kota yang tidak pernah benar-benar tidur. Di balik megahnya gedung-gedung pemerintahan dan cahaya lampu istana malam hari, jaringan kekuasaan dan pengaruh bekerja seperti nadi yang tak terlihat. Di sanalah keluarga-keluarga terkuat—Castello, Falken, Nacht, dan Voss—menanamkan cengkeramannya paling dalam. Namun, sejak kabar tentang kejatuhan keluarga Ludger dan Rangga tersebar secara diam-diam, ketegangan mulai terasa. Terutama bagi keluarga Castello dan Falken, yang selama ini merasa kebal terhadap ancaman. Di salah satu ruang bawah tanah kastil Castello, Lady Selene Castello duduk bersandar, membaca laporan intel dari agen rahasia mereka. “Johan sebentar lagi akan tiba di Zeigrad.” Matanya menyipit. "Jadi anak itu akhirnya menantang kami secara langsung?" Di sisinya, salah satu penasihat keluarga menjawab pelan. “Dan dia tidak datang sendirian. Perusahaannya, Arthura Trade & Co, telah mengirimkan tim penyusup ke distrik perdagangan. Mereka diam

  • Bangkitnya Johan   Part 109

    Zeigrad. Jantung kekuasaan Astvaria. Kota dengan menara perak menjulang dan lorong-lorong kelam yang penuh konspirasi. Saat malam turun, cahaya lampu neon menciptakan siluet tajam di balik kaca-kaca gedung pemerintahan dan markas keluarga bangsawan. Di salah satu distrik kelas atas yang dijaga ketat, Keluarga Castello sedang mengadakan perjamuan. Para pejabat, bangsawan, dan pengusaha asing terlihat tertawa dan bersulang, seolah tidak ada perubahan apa pun di dunia luar. Tapi di bawah tanah, jauh dari hingar-bingar pesta, bayangan mulai bergerak. Salah satu agen Arthura Trade & Co menyusup ke dalam jaringan intel keluarga Falken. Mereka menyampaikan laporan melalui jalur komunikasi rahasia ke Johan yang masih berada di Riefenstadt. “Johan,” suara Evelyn terdengar dari alat komunikasi. “Kita dapat akses. Salah satu penjaga arsip keluarga Falken bersedia bicara. Tapi kita harus segera kirim tim penyusup ke Zeigrad.” Johan menatap peta besar yang terbentang di mejanya. Beberapa titi

  • Bangkitnya Johan   Part 108

    Api dan baja menghujani laut. Gelombang tinggi berubah menjadi merah saat dua armada raksasa saling bertabrakan di Teluk Treius. Kapal-kapal meledak satu per satu, serpihan kayu dan baja beterbangan di udara. Namun di tengah semua itu, dua sosok berdiri tenang di jantung pertempuran: Johan dan Sebastian Ludger. Arthura Prime menabrak sisi kapal utama Ludger, menciptakan gemuruh keras yang mengguncang seluruh dek. Anak buah Johan menyerbu ke kapal lawan lewat jembatan baja yang diturunkan. Johan sendiri melompat lebih dulu. Tubuhnya mendarat tepat di depan Sebastian. Sebastian menarik pedangnya yang bersinar biru, terbuat dari logam laut dalam. “Akhirnya kau datang juga.” Johan memasang sarung tangan perangnya. “Aku tidak suka membuang waktu.” “Begitu juga aku.” Tanpa aba-aba, duel pun dimulai. Pedang Sebastian berputar cepat, memotong angin dan baja. Tapi Johan membaca gerakannya dengan dingin, menangkis dan melawan balik dengan pukulan-pukulan berat yang membuat gelad

  • Bangkitnya Johan   Part 107

    Pagi menyelimuti kota Levantine dengan ketenangan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Tidak ada lagi suara siaran propaganda dari istana keluarga Levant, tak ada lagi rapat rahasia dengan para pejabat bayangan. Kota itu kini dalam kendali penuh Johan dan pasukannya. Di sebuah ruangan taktis di pusat administrasi, Johan berdiri diam menghadap jendela, memperhatikan matahari yang terbit perlahan. Peta besar Astvaria terhampar di belakangnya, merah pada setiap nama keluarga yang telah tumbang. Evelyn melangkah masuk membawa dokumen. “Auren sudah dipindahkan ke sel isolasi. Pasukan keluarga Levant yang tersisa sudah menyerah. Tak ada perlawanan berarti.” Johan menoleh sedikit. “Penjabat tuan muda?” “Selene Levant,” jawab Evelyn. “Sepupu jauh Gregoire. Latar belakangnya diplomatik, tidak ambisius, dan—sejauh ini—tidak terlibat dalam skema politik jahat keluarga Levant.” Darius ikut menimpali, “Kami juga mengkonfirmasi bahwa jaringan luar negeri Gregoire telah runtuh. Koneksi

  • Bangkitnya Johan   Part 106

    Dari atas menara observasi Kota Levantine, Johan berdiri bersama Evelyn dan Darius, mengamati hiruk pikuk ibu kota politik itu. Meski kota itu tampak tenang, Johan tahu, di balik ketenangan itu tersembunyi kekuatan yang berbahaya—kekuatan Keluarga Levant yang kini dipimpin oleh Auren. Darius menatap ke arah kantor pusat keluarga. “Kita yakin Auren akan muncul?" Johan mengangguk pelan. “Dia bukan seperti Gregoire. Dia lebih licik. Tapi dia pasti sedang menunggu. Mereka yang terlalu percaya pada bayang-bayang, biasanya lupa kalau bayangan bisa ditelan kegelapan.” Evelyn menambahkan dengan dingin, “Kita perlu pukul pusat pengaruh mereka. Bukan hanya fisik. Kita harus potong akar jaringan politik mereka.” Johan menyeringai kecil. “Sudah aku kirim orang ke tiga negara yang pernah tunduk pada Levant. Di Lusitania, Indrasia, dan Hollstein. Mereka akan buka kembali luka yang ditanam keluarga Levant selama ini.” Sementara itu, di kedalaman markas rahasia keluarga Levant, Auren membac

  • Bangkitnya Johan   Part 105

    Malam mulai turun saat Johan tiba di markas intel Arthura yang tersembunyi di sudut kota Drakenfeld. Di sana, Darius telah menunggu bersama Evelyn dan beberapa agen kepercayaannya. "Ini laporan terakhir," ucap Darius sambil menyerahkan dokumen. "Setelah kekalahan keluarga Rangga, hanya tersisa enam keluarga dari 12 Teratas. Tapi ini bukan kemenangan mutlak—mereka yang tersisa jauh lebih kuat… dan lebih berbahaya." Evelyn menyela, "Terutama Keluarga Levant. Mereka tidak bergerak secara terang-terangan, tapi jejak mereka ada di mana-mana—dari parlemen negara tetangga sampai dalam tubuh pemerintahan Astvaria sendiri." Johan membuka berkas itu dan melihat foto lama Gregoire Levant, tuan muda dari keluarga tersebut. Meski pria itu telah tewas di Varestia, bayang-bayang kekuasaan Levant masih terasa. Pasalnya, Gregoire bukan satu-satunya yang berperan. Di balik kematiannya, masih ada para tangan kanan, boneka politik, dan jaringan kekuasaan yang tersebar di berbagai wilayah. "Mereka

  • Bangkitnya Johan   Part 104

    Ruangan itu dipenuhi ketegangan yang tak terlihat, tetapi Johan tetap berdiri dengan tenang di hadapan Tristan Rangga dan Rendra Rangga. Keduanya memimpin keluarga yang terkenal dengan pasukan bayangan dan pengawal elit Astvaria. Tristan akhirnya bersandar di kursinya, menghela napas perlahan sebelum berbicara. "Johan, kau datang untuk memastikan kesetiaan keluargaku, tapi aku ingin tahu satu hal lebih dulu." Johan mengangguk, menunggu pertanyaan yang akan diajukan. Tristan menatap matanya dalam-dalam. "Apa yang akan kau lakukan jika aku menolak tunduk padamu? Jika aku memutuskan bahwa Keluarga Rangga tetap berdiri sendiri, tidak berpihak pada siapa pun?" Johan tersenyum kecil. "Aku tidak meminta kalian tunduk. Aku hanya meminta kalian memilih. Apakah kalian tetap berpegang pada tugas kalian untuk melindungi negara, ataukah kalian akan menjadi bagian dari mereka yang melupakan kewajibannya?" Rendra, yang sedari tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Kami bukan pengkhianat, Joha

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status