Semua Bab Kebangkitan Klan Phoenix: Bab 11 - Bab 20

135 Bab

Desa Sago – Part ii.

Karena hari sudah larut malam, ketika Kiran dan kawan-kawannya bersiap untuk pergi, Hans dan Selima menghentikan mereka di ambang pintu. Udara dingin malam menyelinap masuk, menggigit kulit mereka yang sudah lelah.“Mengapa buru-buru pergi?” tanya Hans, suaranya penuh keprihatinan. Matanya menatap Kiran, Ethon, dan terutama Emma dengan pandangan yang dalam. “Diluar sana dinginnya bisa membekukan tulang. Apa kalian yakin bisa bertahan tidur di bawah langit tanpa selimut?”Selima, perempuan gemuk itu, langsung melangkah maju. Wajahnya merah padam, suaranya meninggi. “Apa yang kalian pikirkan? Membawa Emma, seorang gadis, keluar di malam hari seperti ini? Ini tidak pantas! Dia butuh kehangatan dan kenyamanan, bukan tidur di tengah hutan seperti binatang!”Tanpa menunggu jawaban, Selima langsung bergegas merapikan ruang tamu kecil di depan perapian. Rumah itu memang sederhana, hanya memiliki dua kamar tidur.“Kalian bisa tidur di sini, dekat perapian. Setidaknya kalian tidak kedinginan,”
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya

Galileon.

Kiran berlari tergesa-gesa, napasnya tersengal-sengal. Dia bahkan lupa mengucapkan terima kasih pada perempuan Gypsi itu.Tanpa berpikir panjang, dia memotong jalan melewati padang bunga, melintasi semak-semak yang menghalangi, hingga akhirnya tiba di gubuk Hans dan Selima.“Nethon! Emma! Kita harus pergi—sekarang!” teriak Kiran di depan pintu, suaranya memecah keheningan pagi. Tanpa menunggu respon, dia mendorong pintu dengan kasar, hampir merobohkannya.Nethon, yang masih duduk di lantai berselimut kain usang, menikmati sisa kehangatan dari perapian, langsung menatap Kiran dengan tatapan kesal. “Ada apa, Kiran? Jangan bilang kamu melihat tentara Qinchang,” ujarnya sambil menguap, masih bermalas-malasan.“Sayangnya, tebakanmu benar!” jawab Kiran, wajahnya tegang.Nethon langsung duduk tegak, ekspresi malasnya hilang seketika.“Kita harus pergi sekarang. Di mana Emma?” tanya Kiran, matanya melirik ke kamar tempat Emma menginap semalam. Kosong.“Dia pergi sebentar,” jawab Nethon sambil
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya

Hutan Luthion.

Hari sudah senja. Matahari tergantung rendah di ufuk barat, melemparkan cahaya kemerahan yang menyapu langit.Pohon-pohon Ek yang tinggi menjulang memantulkan bayangan panjang ke tanah, seperti jari-jari raksasa penyihir yang mencengkeram bumi. Suasana hutan terasa semakin gelap dan misterius.Kiran dan kawan-kawannya berlari tanpa henti, tanpa sempat memeriksa arah kompas. Mereka tidak menyadari bahwa mereka telah berbelok ke arah timur laut, jauh dari tujuan semula yang seharusnya ke timur.“Mengapa pohon maple tiba-tiba berganti menjadi pohon Ek? Ini terlihat aneh... dan sedikit menyeramkan,” ucap Emma, napasnya terengah-engah.Ketiga pelarian muda itu berhenti sejenak di bawah naungan pohon raksasa, mencoba menenangkan diri.“Dan aku merasa kita sedang diawasi oleh mata yang tak terlihat,” tambah Kiran, matanya menatap ke atas.Daun-daun pohon Ek yang rimbun membentuk kanopi hijau gelap, menutupi langit yang semakin kelam. Suara derap kaki para pengejar sudah tidak terdengar lagi,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya

Pigenor Elf Putih.

“Tembak!”Suara itu menggelegar, memecah kesunyian hutan. Itu adalah aba-aba untuk melepaskan anak panah.Ekspresi Kiran berubah pucat. Dia ingin berbalik, melarikan diri dari hujan anak panah yang akan datang, tapi kakinya seperti tertanam di tanah.Pimpinan Elf, yang wajahnya tampak muda, namun matanya penuh kebijaksanaan berabad-abad, menatapnya dengan ekspresi yang sulit diterka. Ada sesuatu dalam tatapan itu—sesuatu yang membuat Kiran merasa seperti sedang dihakimi.“Kita mati!” bisik Emma, suaranya bergetar ketakutan. Nethon hanya diam, tapi dari deru napasnya yang berat, jelas bahwa dia juga dilanda ketakutan yang sama.Namun, sebelum panik mereka mencapai puncak, pimpinan Elf itu mengangkat tangannya dengan gerakan halus.Seketika, desingan anak panah memecah udara, suaranya mengerikan seperti deru angin badai. Para Elf yang bersembunyi di balik pepohonan Ek melepaskan anak panah mereka. Suara itu semakin keras, berubah menjadi gemuruh seperti guntur.Percikan api menyala di u
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

Kota Kaum Elf.

“Ayo ikut denganku,” tiba-tiba wajah Pigenor berubah menjadi ramah, senyumnya hangat tapi tetap menyimpan aura misterius.“M-Maksud Anda, Tuan?” Kiran bertanya dengan gugup. Dia masih tidak bisa melupakan keangkeran yang ditunjukkan Pigenor saat mengancam Krado dengan sihir pedangnya. Tangan Kiran mengepal erat, siap untuk bertindak jika diperlukan.Emma dan Nethon saling berpegangan tangan. Meski mereka adalah ahli dalam bidang tempur, berhadapan dengan Pigenor—sosok Elf yang hanya pernah mereka dengar dalam kisah-kisah legenda di akademi—adalah hal yang sama sekali berbeda.Ada sesuatu tentang Elf itu yang membuat mereka merasa kecil dan rentan.“Ah, kalian takut padaku, ya?” ujar Pigenor, suaranya lembut tapi penuh makna. “Perkenalkan, aku Pigenor, mewakili kaum Elf, mengundang kalian bertiga untuk beristirahat di Hutan Luthion selama beberapa hari. Apa kalian berminat melihat dunia kami, kaum Elf?” tanyanya, ekspresinya semakin ramah, seolah mencoba menghilangkan ketegangan.Aura
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

Kota Felarion.

Pigenor tidak memedulikan ekspresi Kiran, Emma, dan Nethon yang berubah. Dia melangkah dengan tenang, kaki mendarat di anak tangga batu yang halus, langkahnya nyaris tanpa suara.Namun, baru lima langkah, dia berbalik dengan gerakan yang halus seperti angin.“Mengapa hanya bengong? Tidak ingin menikmati keindahan Kota Elf?” suaranya menggema, dingin namun tidak mengancam.Kiran dan kawan-kawannya tersentak, seolah terbangun dari mimpi. Mereka buru-buru melangkah menaiki anak tangga, saling berdesakan, seolah takut tertinggal.Sembilan Elf pemanah mengikuti di belakang, langkah mereka senyap, hampir tak terdengar.“gerak gerik mereka begitu halus,” gumam Kiran, matanya mengikuti gerakan para Elf.“Tiap langkah mereka nyaris serupan pesenam artistik. Tak heran Kaum Elf disebut sebagai makhluk dengan kemampuan Evasion terbaik sepanjang sejarah.” Emma dan Nethon mengangguk diam, setuju tapi terlalu terpana untuk berbicara.Evasion—kemampuan supernatural yang membuat seseorang sulit terken
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

Penjelasan Lord Grogor.

Lord Grogor tersentak, matanya terpaku pada kilatan api phoenix yang tiba-tiba muncul di mata Kiran.Selama dua tarikan napas, dia terdiam, seolah mencerna apa yang baru saja dilihatnya. “Ah, jadi begitu,” ujarnya akhirnya, suaranya rendah penuh makna.“Aku percaya kamu memiliki hubungan batin dengan Phoenix Api, tapi hal semacam itu belum bisa diungkapkan sekarang.”Ruangan seketika hening. Semua orang percaya pada kata-kata Lord Grogor, pemimpin Kota Elf Felarion yang telah hidup selama seribu lima ratus tahun.Kebijaksanaannya mendalam, dan tafsirannya jarang meleset.Meski usianya sudah sangat tua, penampilannya seperti pria berusia tiga puluh lima tahun—sebuah keajaiban yang membuat siapa pun terkesima.Kata-kata Elf tua ini yang menyebut Kiran memiliki hubungan dengan The Flame, makin membuat Emma dan Nethon makin percaya, tak ragu untuk menemani Kiran.Emma dan Nethon menepuk pundak Kiran, seolah ingin meyakinkan kalau perjuangan mereka tidak sia-sia. Jadi Kiran yang sejak semu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

Nen Orchal.

Tak ada yang perlu dijelaskan lagi. Dari kata-kata Lord Grogor, Kiran paham bahwa dialah yang dimaksud sebagai pengganti Sage Putih untuk perang yang akan datang. Perang yang akan menentukan nasib seluruh benua.“Aku mengerti,” jawab Kiran, suaranya tegas. Dia tak ingin berpura-pura lagi, meski beban di pundaknya terasa semakin berat.“Lalu apa rencanamu jika nanti sukses menemui penempa Kemrick?” tanya Lord Grogor, matanya menatap Kiran dengan intens, ia terlihat ingin melihat jauh ke dalam jiwanya.Kiran terdiam sejenak, merenung. Sejujurnya, dia belum memiliki rencana yang jelas. “Well...” gumamnya, mencoba mencari kata-kata. “Mungkin melarikan diri? Mengumpulkan kawan-kawan seperjuangan?” jawabnya asal, suaranya terdengar ragu.Lord Grogor tertawa, suaranya menggema di ruangan.“Menurut hematku, keterampilanmu dalam sihir dan pertempuran, meski hebat, tak ada artinya jika ingin melawan Penyihir Gelap, Kaisar Hersen. Kamu masih perlu berlatih lagi, Kiran. Kekuatanmu belum cukup. It
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-20
Baca selengkapnya

Malam Festival Api Unggun.

Begitu aba-aba diteriakkan, semua Elf langsung membanjiri lapangan. Nyala api unggun yang tinggi dan panas menambah semangat mereka untuk berdansa. Suara tawa, bercampur musik biola yang riang memenuhi udara, menciptakan atmosfer yang hidup dan magis.“Ingin berdansa denganku?” suara lembut seElf gadis kecil menyapa Kiran.Kiran menoleh dan melihat seElf gadis Elf berusia sekitar tiga belas tahun. Meski terlihat muda, kecantikannya mencolok.Dia mengenakan gaun bordir dengan motif bunga dan daun tropis yang rumit. Di kepalanya, mahkota bunga hutan berwarna biru menambah kesan menawan.Kiran tersenyum lembut. “Baiklah, adik kecil. Siapa namamu?” tanyanya dengan nada serius.“Aku Nuela. Ngomong-ngomong, usiaku dua puluh lima tahun. Berapa usiamu?” jawab Nuela sambil menaruh tangan kanannya di bahu Kiran, siuap memulai dansa.“Apa?”Kiran mengejang. “Dua puluh lima tahun?” hatinya berdesir. Gadis kecil ini bahkan lebih tua darinya. Dan dia dengan santainya memanggilnya “adik”?Kiran hany
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-20
Baca selengkapnya

Tiga Manusia, dan Dua Elf.

Sementara itu, jauh dari Hutan Luthion—tempat para Elf mendiami Kota Elf Felarion—di sebuah wilayah bersuhu beku, suara keras menggema memanggil.Udara terasa menusuk, membekukan setiap napas yang keluar dari mulut.“Onimur, pengendali arwah. Datang menghadap Warlock Hitam!” Suara itu bergemuruh, merobek keheningan dataran es yang membeku, menembus kabut gelap yang menyelimuti.Suara tersebut berasal dari sebuah kastil kuno yang megah, menjulang tinggi ke langit. Kastil itu berdiri di atas bukit es yang terjal, dindingnya dipenuhi oleh es yang mengkilap dan retakan misterius.Itulah Istana Kaisar Hersen, tempat bersemayam Sang Warlock Hitam yang Agung, Oberon Kravit. Cahaya redup dari jendela-jendela kastil menciptakan bayangan menyeramkan di atas es.Di bawah kastil, terdapat sebuah kota yang dihuni manusia dan makhluk-makhluk jahat seperti Imp dan Foliot.Kota itu bernama Oros, ibukota Kekaisaran Hersen. Jalan-jalannya dipenuhi oleh bangunan tua yang hampir runtuh, dengan atap-atap
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-21
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status