Share

Hutan Luthion.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2025-02-17 19:39:03

Hari sudah senja. Matahari tergantung rendah di ufuk barat, melemparkan cahaya kemerahan yang menyapu langit.

Pohon-pohon Ek yang tinggi menjulang memantulkan bayangan panjang ke tanah, seperti jari-jari raksasa penyihir yang mencengkeram bumi. Suasana hutan terasa semakin gelap dan misterius.

Kiran dan kawan-kawannya berlari tanpa henti, tanpa sempat memeriksa arah kompas. Mereka tidak menyadari bahwa mereka telah berbelok ke arah timur laut, jauh dari tujuan semula yang seharusnya ke timur.

“Mengapa pohon maple tiba-tiba berganti menjadi pohon Ek? Ini terlihat aneh... dan sedikit menyeramkan,” ucap Emma, napasnya terengah-engah.

Ketiga pelarian muda itu berhenti sejenak di bawah naungan pohon raksasa, mencoba menenangkan diri.

“Dan aku merasa kita sedang diawasi oleh mata yang tak terlihat,” tambah Kiran, matanya menatap ke atas.

Daun-daun pohon Ek yang rimbun membentuk kanopi hijau gelap, menutupi langit yang semakin kelam. Suara derap kaki para pengejar sudah tidak terdengar lagi,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
makin misterius
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Pigenor Elf Putih.

    “Tembak!”Suara itu menggelegar, memecah kesunyian hutan. Itu adalah aba-aba untuk melepaskan anak panah.Ekspresi Kiran berubah pucat. Dia ingin berbalik, melarikan diri dari hujan anak panah yang akan datang, tapi kakinya seperti tertanam di tanah.Pimpinan Elf, yang wajahnya tampak muda, namun matanya penuh kebijaksanaan berabad-abad, menatapnya dengan ekspresi yang sulit diterka. Ada sesuatu dalam tatapan itu—sesuatu yang membuat Kiran merasa seperti sedang dihakimi.“Kita mati!” bisik Emma, suaranya bergetar ketakutan. Nethon hanya diam, tapi dari deru napasnya yang berat, jelas bahwa dia juga dilanda ketakutan yang sama.Namun, sebelum panik mereka mencapai puncak, pimpinan Elf itu mengangkat tangannya dengan gerakan halus.Seketika, desingan anak panah memecah udara, suaranya mengerikan seperti deru angin badai. Para Elf yang bersembunyi di balik pepohonan Ek melepaskan anak panah mereka. Suara itu semakin keras, berubah menjadi gemuruh seperti guntur.Percikan api menyala di u

    Last Updated : 2025-02-18
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Kota Kaum Elf.

    “Ayo ikut denganku,” tiba-tiba wajah Pigenor berubah menjadi ramah, senyumnya hangat tapi tetap menyimpan aura misterius.“M-Maksud Anda, Tuan?” Kiran bertanya dengan gugup. Dia masih tidak bisa melupakan keangkeran yang ditunjukkan Pigenor saat mengancam Krado dengan sihir pedangnya. Tangan Kiran mengepal erat, siap untuk bertindak jika diperlukan.Emma dan Nethon saling berpegangan tangan. Meski mereka adalah ahli dalam bidang tempur, berhadapan dengan Pigenor—sosok Elf yang hanya pernah mereka dengar dalam kisah-kisah legenda di akademi—adalah hal yang sama sekali berbeda.Ada sesuatu tentang Elf itu yang membuat mereka merasa kecil dan rentan.“Ah, kalian takut padaku, ya?” ujar Pigenor, suaranya lembut tapi penuh makna. “Perkenalkan, aku Pigenor, mewakili kaum Elf, mengundang kalian bertiga untuk beristirahat di Hutan Luthion selama beberapa hari. Apa kalian berminat melihat dunia kami, kaum Elf?” tanyanya, ekspresinya semakin ramah, seolah mencoba menghilangkan ketegangan.Aura

    Last Updated : 2025-02-18
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Kota Felarion.

    Pigenor tidak memedulikan ekspresi Kiran, Emma, dan Nethon yang berubah. Dia melangkah dengan tenang, kaki mendarat di anak tangga batu yang halus, langkahnya nyaris tanpa suara.Namun, baru lima langkah, dia berbalik dengan gerakan yang halus seperti angin.“Mengapa hanya bengong? Tidak ingin menikmati keindahan Kota Elf?” suaranya menggema, dingin namun tidak mengancam.Kiran dan kawan-kawannya tersentak, seolah terbangun dari mimpi. Mereka buru-buru melangkah menaiki anak tangga, saling berdesakan, seolah takut tertinggal.Sembilan Elf pemanah mengikuti di belakang, langkah mereka senyap, hampir tak terdengar.“gerak gerik mereka begitu halus,” gumam Kiran, matanya mengikuti gerakan para Elf.“Tiap langkah mereka nyaris serupan pesenam artistik. Tak heran Kaum Elf disebut sebagai makhluk dengan kemampuan Evasion terbaik sepanjang sejarah.” Emma dan Nethon mengangguk diam, setuju tapi terlalu terpana untuk berbicara.Evasion—kemampuan supernatural yang membuat seseorang sulit terken

    Last Updated : 2025-02-19
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Penjelasan Lord Grogor.

    Lord Grogor tersentak, matanya terpaku pada kilatan api phoenix yang tiba-tiba muncul di mata Kiran.Selama dua tarikan napas, dia terdiam, seolah mencerna apa yang baru saja dilihatnya. “Ah, jadi begitu,” ujarnya akhirnya, suaranya rendah penuh makna.“Aku percaya kamu memiliki hubungan batin dengan Phoenix Api, tapi hal semacam itu belum bisa diungkapkan sekarang.”Ruangan seketika hening. Semua orang percaya pada kata-kata Lord Grogor, pemimpin Kota Elf Felarion yang telah hidup selama seribu lima ratus tahun.Kebijaksanaannya mendalam, dan tafsirannya jarang meleset.Meski usianya sudah sangat tua, penampilannya seperti pria berusia tiga puluh lima tahun—sebuah keajaiban yang membuat siapa pun terkesima.Kata-kata Elf tua ini yang menyebut Kiran memiliki hubungan dengan The Flame, makin membuat Emma dan Nethon makin percaya, tak ragu untuk menemani Kiran.Emma dan Nethon menepuk pundak Kiran, seolah ingin meyakinkan kalau perjuangan mereka tidak sia-sia. Jadi Kiran yang sejak semu

    Last Updated : 2025-02-19
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Nen Orchal.

    Tak ada yang perlu dijelaskan lagi. Dari kata-kata Lord Grogor, Kiran paham bahwa dialah yang dimaksud sebagai pengganti Sage Putih untuk perang yang akan datang. Perang yang akan menentukan nasib seluruh benua.“Aku mengerti,” jawab Kiran, suaranya tegas. Dia tak ingin berpura-pura lagi, meski beban di pundaknya terasa semakin berat.“Lalu apa rencanamu jika nanti sukses menemui penempa Kemrick?” tanya Lord Grogor, matanya menatap Kiran dengan intens, ia terlihat ingin melihat jauh ke dalam jiwanya.Kiran terdiam sejenak, merenung. Sejujurnya, dia belum memiliki rencana yang jelas. “Well...” gumamnya, mencoba mencari kata-kata. “Mungkin melarikan diri? Mengumpulkan kawan-kawan seperjuangan?” jawabnya asal, suaranya terdengar ragu.Lord Grogor tertawa, suaranya menggema di ruangan.“Menurut hematku, keterampilanmu dalam sihir dan pertempuran, meski hebat, tak ada artinya jika ingin melawan Penyihir Gelap, Kaisar Hersen. Kamu masih perlu berlatih lagi, Kiran. Kekuatanmu belum cukup. It

    Last Updated : 2025-02-20
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Malam Festival Api Unggun.

    Begitu aba-aba diteriakkan, semua Elf langsung membanjiri lapangan. Nyala api unggun yang tinggi dan panas menambah semangat mereka untuk berdansa. Suara tawa, bercampur musik biola yang riang memenuhi udara, menciptakan atmosfer yang hidup dan magis.“Ingin berdansa denganku?” suara lembut seElf gadis kecil menyapa Kiran.Kiran menoleh dan melihat seElf gadis Elf berusia sekitar tiga belas tahun. Meski terlihat muda, kecantikannya mencolok.Dia mengenakan gaun bordir dengan motif bunga dan daun tropis yang rumit. Di kepalanya, mahkota bunga hutan berwarna biru menambah kesan menawan.Kiran tersenyum lembut. “Baiklah, adik kecil. Siapa namamu?” tanyanya dengan nada serius.“Aku Nuela. Ngomong-ngomong, usiaku dua puluh lima tahun. Berapa usiamu?” jawab Nuela sambil menaruh tangan kanannya di bahu Kiran, siuap memulai dansa.“Apa?”Kiran mengejang. “Dua puluh lima tahun?” hatinya berdesir. Gadis kecil ini bahkan lebih tua darinya. Dan dia dengan santainya memanggilnya “adik”?Kiran hany

    Last Updated : 2025-02-20
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Tiga Manusia, dan Dua Elf.

    Sementara itu, jauh dari Hutan Luthion—tempat para Elf mendiami Kota Elf Felarion—di sebuah wilayah bersuhu beku, suara keras menggema memanggil.Udara terasa menusuk, membekukan setiap napas yang keluar dari mulut.“Onimur, pengendali arwah. Datang menghadap Warlock Hitam!” Suara itu bergemuruh, merobek keheningan dataran es yang membeku, menembus kabut gelap yang menyelimuti.Suara tersebut berasal dari sebuah kastil kuno yang megah, menjulang tinggi ke langit. Kastil itu berdiri di atas bukit es yang terjal, dindingnya dipenuhi oleh es yang mengkilap dan retakan misterius.Itulah Istana Kaisar Hersen, tempat bersemayam Sang Warlock Hitam yang Agung, Oberon Kravit. Cahaya redup dari jendela-jendela kastil menciptakan bayangan menyeramkan di atas es.Di bawah kastil, terdapat sebuah kota yang dihuni manusia dan makhluk-makhluk jahat seperti Imp dan Foliot.Kota itu bernama Oros, ibukota Kekaisaran Hersen. Jalan-jalannya dipenuhi oleh bangunan tua yang hampir runtuh, dengan atap-atap

    Last Updated : 2025-02-21
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Ladang Perang.

    Sudah tujuh hari tujuh malam, kelompok lima itu menembus hutan. Kabut tebal masih menyelimuti pepohonan, dan udara terasa lembab serta dingin. Namun, tak ada serangan yang menghadang, baik dari makhluk gaib penghuni hutan, maupun pasukan Qingchang—para penunggang Galileon yang ditakuti.Keheningan hutan seolah menipu, membuat Nethon, yang selama ini selalu tampak khawatir, akhirnya mengeluarkan komentar. “Jika perjalanan tetap aman seperti ini, kita akan tiba di Gunung Rotos lebih cepat dari jadwal!” ujarnya, mencoba mencairkan ketegangan yang terasa di antara mereka.Pigenor menoleh, matanya yang tajam menatap Nethon dengan tatapan dingin.“Jangan terlalu berlega hati, anak muda,” ucapnya, suaranya rendah namun penuh peringatan. “Kita baru memasuki Hutan Yarcam, wilayah perbatasan Tengzhi dengan Chosa!”Justru sekaranglah saatnya kau meningkatkan kewaspadaan. Wilayah ini dikenal sebagai tempat yang berbahaya, bahkan bagi mereka yang sudah berpengalaman.”Nethon mendengus dingin, tida

    Last Updated : 2025-02-22

Latest chapter

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Di Insiden di Pintu Tambang.

    Di depan pintu Tambang kuno bernama Tambang Tartaf, di Perbukitan Fatique...Burs, Imp budak Kiran tampak berdiri dan antri di barisan kelompok penyihir, knight dan pedagang.Saat itu, Burs menajamkan telinganya, menyerap setiap informasi yang bisa ia dapatkan. Paradox Colosseum? Juara Bertahan? Ini informasi baru yang mungkin berguna bagi Tuan Kiran.Saking antusiasnya, Burs menabrak sosok di depannya - penyihir tua berwajah tidak simpatik itu."Aduh! Hei... Kamu penyihir berjerawat. Mau apa kamu merapat di punggungku? Kau ini semacam stalker? Ingin mendengar informasi dariku, ha?" Penyihir tua itu memaki Burs. Adapun Knight, kawan bicara penyihir itu, ia sudah menggenggam pedangnya, siap menebas Burs jika diperlukan.Namun karena Burs menunjukkan ekspresi bodoh, dan minta dikasihani... Kedua orang itu tidak mempermasalahkannya lagi."Maafkan aku... Maafkan aku," ucap Burs membungkuk serendah-rendahnya, seperti orang yang berhati lembut. Sikapnya menimbulkan rasa iba penyihir tua ya

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Burs - Imp Mata-Mata.

    Angin dingin menerpa sayap kelelawar Burs yang mengepak cepat. Sudah hampir setengah hari ia terbang tanpa henti, menjauhi kelompok Kiran dan tuannya yang baru. Hutan White Parrot yang gelap dan misterius perlahan-lahan mulai menipis, digantikan oleh pepohonan yang lebih jarang dan langit yang lebih terbuka."Akhirnya," gumam Burs, menyeka keringat dari dahinya yang merah. "Tuan Kiran tidak tahu betapa jauhnya Tambang Tartaf itu. Untung aku bukan Imp biasa."Burs memang bukan Imp sembarangan. Di antara kaumnya, ia terkenal memiliki stamina terbang yang luar biasa dan kemampuan mengintai yang tajam. Itulah sebabnya Kazam memilihnya sebagai mata-mata pribadi. Namun sekarang, setelah kematian tuannya yang lama, ia harus melayani tuan baru—seorang penyihir manusia yang menurutnya hebat, mampu memanggil Merak Api Gurun Atulla.Saat matahari mulai condong ke barat, Burs akhirnya mencapai penghujung Hutan White Parrot. Di hadapannya terbentang pemandangan perbukitan berbatu yang gersang—P

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Kontrak Dua Imp.

    Hutan White Parrot, setelah kematian Kazam yang Agung..."Jangan bunuh aku, jangan akhiri hidupku..." Tiba-tiba, Imp bernama Burs, makhluk kecil yang ketakutan, langsung bersujud di kaki Kiran, memohon belas kasihan."Aku mendukungmu, Tuan muda, aku akan menjadi pelayanmu," Ucap Burs si Imp, suaranya gemetar, yang langsung mencium kaki Kiran, menunjukkan kesetiaan.Melihat hal ini, ekspresi Imp yang satunya, Kon, berubah jelek, menunjukkan rasa iri. Wajahnya menjadi ungu, pertanda marah, ekspresi yang tak menyenangkan."Burs! Kamu sungguh tak punya malu, kamu menjijikkan. Seharusnya aku yang bersujud di kaki Tuan muda ini, aku yang pertama. Kamu yang pada awalnya sangat keras, mencaci kelompok Tuan muda Kiran, kini sudah lebih dahulu mencari muka, kamu munafik!"Tak mau kalah dengan Burs, Kon si Imp yang satunya ikut-ikutan bersujud di kaki Kiran, menunjukkan kesetiaan. Anehnya, mereka berdua kini sikut menyikut, saling dorong, bersikap seolah-olah takut tak diangkat sebagai master o

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Bab 60: Pertarungan Sihir Api Di Hutan White Parrot.

    Kazam berdiri, wajahnya memerah padam, dilanda amarah yang membara. Matanya menyipit, menatap tajam ke arah Emma yang baru saja menghajar dua Imp budaknya, sebuah tindakan yang tak terduga. Kedua makhluk kecil berwarna merah itu kini tergeletak di tanah, merintih kesakitan dengan suara melengking yang memekakkan telinga, sebuah pemandangan yang memuakkan."Beraninya kau menyentuh Burs dan Kon, beraninya kau melakukan itu!" desis Kazam, suaranya sarat akan kebencian, tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih, menunjukkan kemarahan yang memuncak."Tidak ada yang boleh menyentuh budak-budakku, tidak ada yang berani!"Burs, Imp yang lebih kecil dengan tanduk melengkung, perlahan bangkit, mencoba berdiri. Air mata buaya mengalir di pipinya yang merah, menunjukkan kepura-puraan. "Tuan Kazam... mereka menyerang kami tanpa alasan, mereka sangat kejam," rengeknya dengan suara yang dibuat-buat, mencoba mencari simpati. "Kami hanya bertanya arah, kami tidak melakukan apa-apa, ta

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Hutan White Parrot, Hutan yang Penuh Misteri

    Dua hari telah berlalu sejak mereka meninggalkan Lembah Mystral, tempat yang menyimpan kenangan pahit. Perjalanan mereka kini membawa Kiran dan kelompoknya memasuki kedalaman Hutan White Parrot, sebuah hutan pinus abadi yang menjulang tinggi ke langit, sebuah tempat yang penuh misteri.Pohon-pohon pinus raksasa dengan batang keperakan, seperti pilar-pilar yang menjulang, berdiri kokoh, menciptakan kanopi tebal yang hampir tidak meneruskan cahaya matahari ke tanah hutan, memberikan kesan yang mencekam.Udara di Hutan White Parrot terasa berbeda, sebuah perbedaan yang jelas. Lebih dingin, lebih pekat, seolah diselimuti kabut tipis yang tak kasat mata, memberikan kesan yang aneh. Aroma getah pinus yang kuat, seperti wewangian yang khas, bercampur dengan bau tanah lembab dan jamur hutan, menciptakan wewangian khas yang memenuhi setiap tarikan napas, memberikan kesan yang unik."Hutan ini terasa aneh, ada sesuatu yang berbeda," gumam Emma, matanya waspada mengamati sekeliling, mencoba mema

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Lembah Mystral - Kenangan dan Ancaman

    Matahari perlahan tenggelam di ufuk barat, seperti bola api yang memudar, menyisakan semburat jingga kemerahan yang memudar dengan cepat di langit, memberikan kesan waktu yang berlalu.Perjalanan dari Puncak Rotos menuju Lembah Mystral memakan waktu enam jam yang melelahkan.Bayangan panjang kelompok itu terbentuk di tanah saat cahaya terakhir matahari menerangi punggung mereka, menciptakan siluet empat penunggang yang bergerak menuju Tenggara, menuju bahaya yang tersembunyi.Ketika akhirnya kegelapan malam menyelimuti langit, seperti selubung yang tak kasat mata, mereka telah mencapai pinggiran Lembah Mystral, tempat yang tak terlupakan. Bulan sabit menggantung di langit, memberikan penerangan samar, seperti mata yang mengawasi, yang memperlihatkan hamparan luas ladang gandum dan sorgum yang bergoyang pelan ditiup angin malam, memberikan kesan keindahan yang menenangkan."Kita sudah sampai, kita telah kembali," kata Kiran pelan, suaranya penuh makna, menarik tali kekang Gallileonnya

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Perpisahan di Puncak Rotos

    Angin dingin berhembus kencang di Puncak Gunung Rotos, membelai wajah mereka dengan sentuhan es. Awan-awan kelabu bergerak cepat di langit, seperti kawanan serigala yang berlari, seolah terburu-buru menghindari badai yang akan datang, memberikan kesan yang mencekam.Di gerbang Pintu menuju Kota Ironhold, di tepi tebing yang menjulang, Kiran, Emma, Pigenor, dan Chen berdiri menghadap tiga kurcaci yang telah menemani mereka selama beberapa hari terakhir, menjadi saksi perpisahan.Skarfum, Roric, dan Gladgrik—tiga kurcaci dengan perawakan dan karakter berbeda, namun dipersatukan oleh satu harapan: kesuksesan misi pencarian Orchid Altaalaite, permata yang akan mengubah segalanya."Perjalanan ke Tambang Tartaf tidak akan mudah, kalian harus bersiap," kata Gladgrik, suaranya berat dan serius, seperti gema di pegunungan. Janggut panjangnya bergerak tertiup angin, memberikan kesan kebijaksanaan."Kalian harus melewati Lembah Mystral lagi, tempat di mana Onimur dan Mandrazath menyerang kawan

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Orchid Altaalaite

    Ketegangan perlahan mereda, seperti badai yang berlalu, meninggalkan langit yang lebih cerah. Emma menurunkan Pedang Air, senjata itu berubah menjadi butiran air yang jatuh ke lantai batu sebelum menghilang sepenuhnya, kembali ke wujud aslinya.Matanya masih menyiratkan kemarahan, namun kata-kata Kiran, yang penuh kebijaksanaan, telah menyadarkannya, menghentikan amarahnya."Bicaralah," kata Kiran kepada Roric, suaranya masih tegang, namun lebih terkendali, mencoba menenangkan diri. "Apa tujuanmu datang kemari, apa yang kau inginkan?"Roric menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri setelah nyaris kehilangan nyawa, sebuah pengalaman yang mengerikan. Ia melangkah masuk ke dalam ruangan dengan hati-hati, masih waspada terhadap Emma yang menatapnya tajam, penuh curiga."Aku datang dengan berita," ujar Roric, suaranya serius, "dan sebuah tawaran, sebuah kesempatan."Pigenor mengangkat alis, menunjukkan rasa ingin tahunya, tertarik dengan apa yang akan dikatakan Roric. "Berita ap

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Duka yang Membekas di Ironhold

    Malam semakin larut di Kota Ironhold, kegelapan merangkul lorong-lorong batu yang kokoh. Obor-obor di sepanjang jalan, yang biasanya menyala terang, kini mulai meredup, seolah ikut merasakan kesedihan yang mendalam. Kiran, Emma, Chen, dan Pigenor berjalan dalam diam, langkah mereka berat dan penuh kesedihan, melewati jalan-jalan yang kini sepi setelah upacara pemakaman yang menyayat hati di kedalaman Sungai Gibna, tersembunyi di perut bumi, tempat peristirahatan terakhir.Mereka tiba di penginapan, tempat mereka biasa berbagi tawa dan cerita. Ruangan itu terasa lebih luas sekarang, lebih kosong, tanpa kehadiran Nethon dan Malven, dua sahabat yang telah pergi. Dua tempat tidur di sudut ruangan masih rapi, selimutnya terlipat sempurna, seolah menunggu pemiliknya kembali, sebuah pengingat yang menyakitkan.Emma duduk di tepi tempat tidurnya, menatap kosong ke arah lantai batu yang dingin, pikirannya melayang jauh. Chen berdiri di dekat dinding, tubuhnya tegak namun pikirannya masih m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status