Accueil / Fantasi / Kebangkitan Klan Phoenix / Malam Festival Api Unggun.

Share

Malam Festival Api Unggun.

Auteur: Jimmy Chuu
last update Dernière mise à jour: 2025-02-20 19:45:43

Begitu aba-aba diteriakkan, semua Elf langsung membanjiri lapangan. Nyala api unggun yang tinggi dan panas menambah semangat mereka untuk berdansa. Suara tawa, bercampur musik biola yang riang memenuhi udara, menciptakan atmosfer yang hidup dan magis.

“Ingin berdansa denganku?” suara lembut seElf gadis kecil menyapa Kiran.

Kiran menoleh dan melihat seElf gadis Elf berusia sekitar tiga belas tahun. Meski terlihat muda, kecantikannya mencolok.

Dia mengenakan gaun bordir dengan motif bunga dan daun tropis yang rumit. Di kepalanya, mahkota bunga hutan berwarna biru menambah kesan menawan.

Kiran tersenyum lembut. “Baiklah, adik kecil. Siapa namamu?” tanyanya dengan nada serius.

“Aku Nuela. Ngomong-ngomong, usiaku dua puluh lima tahun. Berapa usiamu?” jawab Nuela sambil menaruh tangan kanannya di bahu Kiran, siuap memulai dansa.

“Apa?”

Kiran mengejang. “Dua puluh lima tahun?” hatinya berdesir. Gadis kecil ini bahkan lebih tua darinya. Dan dia dengan santainya memanggilnya “adik”?

Kiran hany
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
makin misterius
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Related chapter

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Tiga Manusia, dan Dua Elf.

    Sementara itu, jauh dari Hutan Luthion—tempat para Elf mendiami Kota Elf Felarion—di sebuah wilayah bersuhu beku, suara keras menggema memanggil.Udara terasa menusuk, membekukan setiap napas yang keluar dari mulut.“Onimur, pengendali arwah. Datang menghadap Warlock Hitam!” Suara itu bergemuruh, merobek keheningan dataran es yang membeku, menembus kabut gelap yang menyelimuti.Suara tersebut berasal dari sebuah kastil kuno yang megah, menjulang tinggi ke langit. Kastil itu berdiri di atas bukit es yang terjal, dindingnya dipenuhi oleh es yang mengkilap dan retakan misterius.Itulah Istana Kaisar Hersen, tempat bersemayam Sang Warlock Hitam yang Agung, Oberon Kravit. Cahaya redup dari jendela-jendela kastil menciptakan bayangan menyeramkan di atas es.Di bawah kastil, terdapat sebuah kota yang dihuni manusia dan makhluk-makhluk jahat seperti Imp dan Foliot.Kota itu bernama Oros, ibukota Kekaisaran Hersen. Jalan-jalannya dipenuhi oleh bangunan tua yang hampir runtuh, dengan atap-atap

    Dernière mise à jour : 2025-02-21
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Ladang Perang.

    Sudah tujuh hari tujuh malam, kelompok lima itu menembus hutan. Kabut tebal masih menyelimuti pepohonan, dan udara terasa lembab serta dingin. Namun, tak ada serangan yang menghadang, baik dari makhluk gaib penghuni hutan, maupun pasukan Qingchang—para penunggang Galileon yang ditakuti.Keheningan hutan seolah menipu, membuat Nethon, yang selama ini selalu tampak khawatir, akhirnya mengeluarkan komentar. “Jika perjalanan tetap aman seperti ini, kita akan tiba di Gunung Rotos lebih cepat dari jadwal!” ujarnya, mencoba mencairkan ketegangan yang terasa di antara mereka.Pigenor menoleh, matanya yang tajam menatap Nethon dengan tatapan dingin.“Jangan terlalu berlega hati, anak muda,” ucapnya, suaranya rendah namun penuh peringatan. “Kita baru memasuki Hutan Yarcam, wilayah perbatasan Tengzhi dengan Chosa!”Justru sekaranglah saatnya kau meningkatkan kewaspadaan. Wilayah ini dikenal sebagai tempat yang berbahaya, bahkan bagi mereka yang sudah berpengalaman.”Nethon mendengus dingin, tida

    Dernière mise à jour : 2025-02-22
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Priest.

    Di depan mata mereka, dua kelompok pasukan saling baku hantam. Dari pakaian dan baju zirah yang mereka kenakan, Kiran menebak bahwa ini adalah pertempuran antara Tentara Aliansi Qingchang - Hersen melawan pasukan Chosa.Sekitar seribu tentara Aliansi beradu pedang dengan seribu pasukan Zolia. Sementara itu, dari balik bukit kecil di sisi Timur, pasukan Chosa melepaskan hujan anak panah. Setiap anak panah itu menyala dengan api, mengaum saat melesat di udara.“Panah sihir!” gumam Kiran pelan, matanya menyipit. “Sepertinya Aliansi tidak akan bertahan lama. Pasukan Chosa dengan peralatan tempur mereka yang canggih akan menang.”Kata-kata Kiran tidak ditanggapi. Semua orang tercekam, menyaksikan kecanggihan alat perang Chosa. Bukan hanya panah sihir, pasukan Chosa juga melepaskan tembakan dari senjata api berbahan mesiu. Suaranya bergemuruh, seperti mesin perang semi-modern yang mengancam.Dalam sekejap, pasukan Aliansi kocar-kacir.Bahkan kapal roh milik Qingchang yang melayang di udara

    Dernière mise à jour : 2025-02-22
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Tameng Kristal.

    “Chen!” teriak Kiran, suaranya menggelegar di tengah hiruk-pikuk medan perang. Tanpa peduli hujan anak panah sihir yang melesat atau dentuman senjata semi-modern yang meluluhlantakkan segala sesuatu di sekitarnya, Kiran melompat.WUSSH!Dengan gerakan gesit, Kiran melompati batu tinggi tempat mereka bersembunyi. Keempat kawannya hanya bisa melongo, menyaksikan Kiran melompat batu setinggi tiga meter dengan mudah, seperti seorang ahli.Meskipun kekuatan sihirnya terblokir oleh kalung kutukan, kemampuan fisik dan keterampilan tempurnya masih utuh. Skill Evasion—kelincahan yang telah ia latih sejak di akademi sihir — muncul seolah terbangunkan oleh naluri menyelamatkan Chen, sahabatnya sejak masa kecil di Institut Sihir Kota Shanggu.Kiran, Lila, Chen, dan Kenji adalah empat sahabat yang tak terpisahkan. Persahabatan mereka terjalin erat, seperti keluarga sendiri. Mereka pernah menghabiskan hari-hari panjang bersama, berlatih sihir, dan berbagi mimpi di bawah langit Kota Shanggu.Itulah

    Dernière mise à jour : 2025-02-23
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Lubang Jarum.

    Kiran dan kawan-kawannya menghilang dari arena perang dengan bantuan amulet sihir Elf yang dibawa Pigenor. Amulet itu berkilauan dengan cahaya kebiruan, memancarkan energi magis yang terasa hangat saat Pigenor melemparkannya ke udara.Seketika, portal sihir terbuka dengan suara gemuruh yang memecah udara. Cahaya putih kebiruan menyilaukan mata mereka saat mereka melangkah masuk ke dalam portal.Ruang dan waktu seolah terdistorsi, dan dalam sekejap, mereka muncul dua puluh kilometer dari arena perang.Udara di sekitar mereka terasa lebih dingin, dan keheningan hutan menggantikan kekacauan medan pertempuran.“Ayo, kita cari tempat untuk bersembunyi!” seru Pigenor, wajahnya tegang. “Meskipun kita jauh dari arena perang, bukan mustahil jika sihir pelacak lawan masih bisa mengidentifikasi ledakan portal tadi, lalu musuh akan mengejar kita.”Emma dan Nethon segera membuka selembar kertas besar yang mereka ambil dari dalam tas penyimpanan. Peta itu terlihat tua, dengan garis-garis yang sudah

    Dernière mise à jour : 2025-02-23
  • Kebangkitan Klan Phoenix   The Rune.

    Kiran berhenti mengikuti instruksi penjaga kota. Namun, dia tetap menunduk, dengan hoodie yang menutupi sebagian wajahnya, mencoba menyembunyikan identitasnya sebaik mungkin.Suaranya terdengar rendah, hampir tertelan oleh kain hoodie yang berkibar mengikuti angin, menutupi mulutnya.Sejak melihat gerbang Kota Tengzhi dari jauh, bukan hanya Kiran dan kawan-kawannya yang menyamarkan diri dengan jubah berhoodie ala pengelana.Chen, yang sekarat di punggung Kiran, juga disamarkan dengan hoodie untuk menghindari kecurigaan. Saat ini, napas Chen terasa lemah, dan Kiran bisa merasakan betapa panas tubuh sahabatnya itu.“Tuan-tuan, ada yang ingin ditanyakan?” tanyanya, mencoba menjaga nada suaranya tetap tenang meski jantungnya berdebar kencang. Udara dingin malam menusuk kulitnya, dan bayangan kegelapan di sekitar gerbang kota menambah ketegangan.TSING!Suara gemerincing tombak terdengar ketika salah satu penjaga menunjuk ke arah sosok Chen yang digendong di punggung Kiran.“Tunjukkan apa

    Dernière mise à jour : 2025-02-24
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Zayed Sang Pendongeng.

    Namun, keterkejutan itu hanya sebentar menyelimuti hati Kiran. Terbiasa dengan kejutan demi kejutan dalam perjalanan mereka, dia langsung bergegas ke meja administrasi yang juga berfungsi sebagai bar.Kiran merasa sedikit cemas, mengingat kondisi Chen yang semakin lemah di punggungnya.Di sana, seorang pria berusia sekitar empat puluh lima tahun sedang sibuk bekerja. Dia berjanggut tebal, mengenakan busana musim semi dengan lengan baju tergulung hingga siku. Keringat menetes di keningnya, bertolak belakang dengan udara dingin di luar.Pria itu tampak sangat fokus, tangannya bergerak cepat menyiapkan minuman dengan keterampilan yang luar biasa. Beberapa minuman yang dia buat berwarna menakjubkan, seperti biru laut dan hijau zamrud.Jika tidak melihat sendiri, seseorang mungkin mengira minuman itu dibuat dengan sihir.“Tuan, ada kamar kosong? Kami butuh setidaknya empat kamar,” ujar Kiran. Dia menghitung: Emma harus mendapat kamar sendiri karena dia perempuan, dan Chen yang sedang sakit

    Dernière mise à jour : 2025-02-25
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Cerita Sang Pemanggil Arwah.

    Semua orang di dalam Pub The Rune terdiam, larut dalam dongeng dan cerita yang diperagakan Tuan Zayed. Suasana yang sebelumnya riuh rendah seketika berubah menjadi hening, seolah udara di ruangan itu ikut menahan napas.Pendongeng itu menceritakan kisah-kisah kedigdayaan tiga panglima perang dari Hersen.Suaranya bergema, penuh dengan intonasi yang menciptakan ketegangan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya seperti membawa bayangan kegelapan, membuat seisi pub terpaku dalam diam.Kelompok Kiran juga demikian. Mereka duduk dalam diam. Tak ada yang berbicara.Namun, dari ekspresi mereka, semua bisa menebak bahwa sosok Onimur, pengendara Mandrasath, datang ke dataran tengah dengan misi khusus.Kiran merasakan dingin menyelinap di tulang punggungnya, seolah bayangan Onimur sudah mengintai dari jauh.“Apakah yang dimaksud sosok yang diburu Onimur adalah aku?” gumam Kiran pelan, matanya menatap kosong ke arah panggung. Pikirannya berputar, membayangkan ia diburu oleh panglima perang sekal

    Dernière mise à jour : 2025-02-25

Latest chapter

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Di Insiden di Pintu Tambang.

    Di depan pintu Tambang kuno bernama Tambang Tartaf, di Perbukitan Fatique...Burs, Imp budak Kiran tampak berdiri dan antri di barisan kelompok penyihir, knight dan pedagang.Saat itu, Burs menajamkan telinganya, menyerap setiap informasi yang bisa ia dapatkan. Paradox Colosseum? Juara Bertahan? Ini informasi baru yang mungkin berguna bagi Tuan Kiran.Saking antusiasnya, Burs menabrak sosok di depannya - penyihir tua berwajah tidak simpatik itu."Aduh! Hei... Kamu penyihir berjerawat. Mau apa kamu merapat di punggungku? Kau ini semacam stalker? Ingin mendengar informasi dariku, ha?" Penyihir tua itu memaki Burs. Adapun Knight, kawan bicara penyihir itu, ia sudah menggenggam pedangnya, siap menebas Burs jika diperlukan.Namun karena Burs menunjukkan ekspresi bodoh, dan minta dikasihani... Kedua orang itu tidak mempermasalahkannya lagi."Maafkan aku... Maafkan aku," ucap Burs membungkuk serendah-rendahnya, seperti orang yang berhati lembut. Sikapnya menimbulkan rasa iba penyihir tua ya

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Burs - Imp Mata-Mata.

    Angin dingin menerpa sayap kelelawar Burs yang mengepak cepat. Sudah hampir setengah hari ia terbang tanpa henti, menjauhi kelompok Kiran dan tuannya yang baru. Hutan White Parrot yang gelap dan misterius perlahan-lahan mulai menipis, digantikan oleh pepohonan yang lebih jarang dan langit yang lebih terbuka."Akhirnya," gumam Burs, menyeka keringat dari dahinya yang merah. "Tuan Kiran tidak tahu betapa jauhnya Tambang Tartaf itu. Untung aku bukan Imp biasa."Burs memang bukan Imp sembarangan. Di antara kaumnya, ia terkenal memiliki stamina terbang yang luar biasa dan kemampuan mengintai yang tajam. Itulah sebabnya Kazam memilihnya sebagai mata-mata pribadi. Namun sekarang, setelah kematian tuannya yang lama, ia harus melayani tuan baru—seorang penyihir manusia yang menurutnya hebat, mampu memanggil Merak Api Gurun Atulla.Saat matahari mulai condong ke barat, Burs akhirnya mencapai penghujung Hutan White Parrot. Di hadapannya terbentang pemandangan perbukitan berbatu yang gersang—P

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Kontrak Dua Imp.

    Hutan White Parrot, setelah kematian Kazam yang Agung..."Jangan bunuh aku, jangan akhiri hidupku..." Tiba-tiba, Imp bernama Burs, makhluk kecil yang ketakutan, langsung bersujud di kaki Kiran, memohon belas kasihan."Aku mendukungmu, Tuan muda, aku akan menjadi pelayanmu," Ucap Burs si Imp, suaranya gemetar, yang langsung mencium kaki Kiran, menunjukkan kesetiaan.Melihat hal ini, ekspresi Imp yang satunya, Kon, berubah jelek, menunjukkan rasa iri. Wajahnya menjadi ungu, pertanda marah, ekspresi yang tak menyenangkan."Burs! Kamu sungguh tak punya malu, kamu menjijikkan. Seharusnya aku yang bersujud di kaki Tuan muda ini, aku yang pertama. Kamu yang pada awalnya sangat keras, mencaci kelompok Tuan muda Kiran, kini sudah lebih dahulu mencari muka, kamu munafik!"Tak mau kalah dengan Burs, Kon si Imp yang satunya ikut-ikutan bersujud di kaki Kiran, menunjukkan kesetiaan. Anehnya, mereka berdua kini sikut menyikut, saling dorong, bersikap seolah-olah takut tak diangkat sebagai master o

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Bab 60: Pertarungan Sihir Api Di Hutan White Parrot.

    Kazam berdiri, wajahnya memerah padam, dilanda amarah yang membara. Matanya menyipit, menatap tajam ke arah Emma yang baru saja menghajar dua Imp budaknya, sebuah tindakan yang tak terduga. Kedua makhluk kecil berwarna merah itu kini tergeletak di tanah, merintih kesakitan dengan suara melengking yang memekakkan telinga, sebuah pemandangan yang memuakkan."Beraninya kau menyentuh Burs dan Kon, beraninya kau melakukan itu!" desis Kazam, suaranya sarat akan kebencian, tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih, menunjukkan kemarahan yang memuncak."Tidak ada yang boleh menyentuh budak-budakku, tidak ada yang berani!"Burs, Imp yang lebih kecil dengan tanduk melengkung, perlahan bangkit, mencoba berdiri. Air mata buaya mengalir di pipinya yang merah, menunjukkan kepura-puraan. "Tuan Kazam... mereka menyerang kami tanpa alasan, mereka sangat kejam," rengeknya dengan suara yang dibuat-buat, mencoba mencari simpati. "Kami hanya bertanya arah, kami tidak melakukan apa-apa, ta

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Hutan White Parrot, Hutan yang Penuh Misteri

    Dua hari telah berlalu sejak mereka meninggalkan Lembah Mystral, tempat yang menyimpan kenangan pahit. Perjalanan mereka kini membawa Kiran dan kelompoknya memasuki kedalaman Hutan White Parrot, sebuah hutan pinus abadi yang menjulang tinggi ke langit, sebuah tempat yang penuh misteri.Pohon-pohon pinus raksasa dengan batang keperakan, seperti pilar-pilar yang menjulang, berdiri kokoh, menciptakan kanopi tebal yang hampir tidak meneruskan cahaya matahari ke tanah hutan, memberikan kesan yang mencekam.Udara di Hutan White Parrot terasa berbeda, sebuah perbedaan yang jelas. Lebih dingin, lebih pekat, seolah diselimuti kabut tipis yang tak kasat mata, memberikan kesan yang aneh. Aroma getah pinus yang kuat, seperti wewangian yang khas, bercampur dengan bau tanah lembab dan jamur hutan, menciptakan wewangian khas yang memenuhi setiap tarikan napas, memberikan kesan yang unik."Hutan ini terasa aneh, ada sesuatu yang berbeda," gumam Emma, matanya waspada mengamati sekeliling, mencoba mema

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Lembah Mystral - Kenangan dan Ancaman

    Matahari perlahan tenggelam di ufuk barat, seperti bola api yang memudar, menyisakan semburat jingga kemerahan yang memudar dengan cepat di langit, memberikan kesan waktu yang berlalu.Perjalanan dari Puncak Rotos menuju Lembah Mystral memakan waktu enam jam yang melelahkan.Bayangan panjang kelompok itu terbentuk di tanah saat cahaya terakhir matahari menerangi punggung mereka, menciptakan siluet empat penunggang yang bergerak menuju Tenggara, menuju bahaya yang tersembunyi.Ketika akhirnya kegelapan malam menyelimuti langit, seperti selubung yang tak kasat mata, mereka telah mencapai pinggiran Lembah Mystral, tempat yang tak terlupakan. Bulan sabit menggantung di langit, memberikan penerangan samar, seperti mata yang mengawasi, yang memperlihatkan hamparan luas ladang gandum dan sorgum yang bergoyang pelan ditiup angin malam, memberikan kesan keindahan yang menenangkan."Kita sudah sampai, kita telah kembali," kata Kiran pelan, suaranya penuh makna, menarik tali kekang Gallileonnya

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Perpisahan di Puncak Rotos

    Angin dingin berhembus kencang di Puncak Gunung Rotos, membelai wajah mereka dengan sentuhan es. Awan-awan kelabu bergerak cepat di langit, seperti kawanan serigala yang berlari, seolah terburu-buru menghindari badai yang akan datang, memberikan kesan yang mencekam.Di gerbang Pintu menuju Kota Ironhold, di tepi tebing yang menjulang, Kiran, Emma, Pigenor, dan Chen berdiri menghadap tiga kurcaci yang telah menemani mereka selama beberapa hari terakhir, menjadi saksi perpisahan.Skarfum, Roric, dan Gladgrik—tiga kurcaci dengan perawakan dan karakter berbeda, namun dipersatukan oleh satu harapan: kesuksesan misi pencarian Orchid Altaalaite, permata yang akan mengubah segalanya."Perjalanan ke Tambang Tartaf tidak akan mudah, kalian harus bersiap," kata Gladgrik, suaranya berat dan serius, seperti gema di pegunungan. Janggut panjangnya bergerak tertiup angin, memberikan kesan kebijaksanaan."Kalian harus melewati Lembah Mystral lagi, tempat di mana Onimur dan Mandrazath menyerang kawan

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Orchid Altaalaite

    Ketegangan perlahan mereda, seperti badai yang berlalu, meninggalkan langit yang lebih cerah. Emma menurunkan Pedang Air, senjata itu berubah menjadi butiran air yang jatuh ke lantai batu sebelum menghilang sepenuhnya, kembali ke wujud aslinya.Matanya masih menyiratkan kemarahan, namun kata-kata Kiran, yang penuh kebijaksanaan, telah menyadarkannya, menghentikan amarahnya."Bicaralah," kata Kiran kepada Roric, suaranya masih tegang, namun lebih terkendali, mencoba menenangkan diri. "Apa tujuanmu datang kemari, apa yang kau inginkan?"Roric menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri setelah nyaris kehilangan nyawa, sebuah pengalaman yang mengerikan. Ia melangkah masuk ke dalam ruangan dengan hati-hati, masih waspada terhadap Emma yang menatapnya tajam, penuh curiga."Aku datang dengan berita," ujar Roric, suaranya serius, "dan sebuah tawaran, sebuah kesempatan."Pigenor mengangkat alis, menunjukkan rasa ingin tahunya, tertarik dengan apa yang akan dikatakan Roric. "Berita ap

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Duka yang Membekas di Ironhold

    Malam semakin larut di Kota Ironhold, kegelapan merangkul lorong-lorong batu yang kokoh. Obor-obor di sepanjang jalan, yang biasanya menyala terang, kini mulai meredup, seolah ikut merasakan kesedihan yang mendalam. Kiran, Emma, Chen, dan Pigenor berjalan dalam diam, langkah mereka berat dan penuh kesedihan, melewati jalan-jalan yang kini sepi setelah upacara pemakaman yang menyayat hati di kedalaman Sungai Gibna, tersembunyi di perut bumi, tempat peristirahatan terakhir.Mereka tiba di penginapan, tempat mereka biasa berbagi tawa dan cerita. Ruangan itu terasa lebih luas sekarang, lebih kosong, tanpa kehadiran Nethon dan Malven, dua sahabat yang telah pergi. Dua tempat tidur di sudut ruangan masih rapi, selimutnya terlipat sempurna, seolah menunggu pemiliknya kembali, sebuah pengingat yang menyakitkan.Emma duduk di tepi tempat tidurnya, menatap kosong ke arah lantai batu yang dingin, pikirannya melayang jauh. Chen berdiri di dekat dinding, tubuhnya tegak namun pikirannya masih m

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status