Kematian Ernest McCall yang disebabkan oleh kecurangan dan keserakahan istrinya Vanessa, membuat arwahnya tidak bisa menerima kenyataan. Ia pun mencoba untuk melobi Raja Langit di hari penghakiman. Ernest memohon agar diberi kesempatan kembali ke dunia untuk membalas dendam dan menyelamatkan kedua anaknya dari jerat Vanessa dan selingkuhannya Ramford. “Hmm, baiklah aku akan memberimu kesempatan, dengan syarat kau harus diawasi oleh Guardian Angel, dan kembali kemari setelah menyelesaikan misimu, tidak ada perpanjangan waktu!” seru Raja langit pada Ernest yang bersimpuh memohon. Ernest pun setuju, dan arwahnya masuk ke dalam tubuh Maxim Williams, pengawal Ramford, yang beberapa detik lalu meninggal karena kecelakaan. Max yang notabene adalah pengawal paling lemah pun kembali pada Ramford dan mulai menjalankan misinya. Tak ada seorang pun yang tahu kalau kembalinya Max ternyata membawa kekuatan yang tak diduga-duga dan membuat semuanya bertekuk lutut. Follow my ig : rindu.rinjani86 Cover by : Preshy Writes
View More“Ka … ka ….”
Erenst McCall mencoba untuk membuka mulutnya dan berbicara pada seorang wanita berparas ayu dengan tubuh seperti biola yang berdiri di sampingnya, Vanessa McCall. Beberapa kali Ernest mengerutkan alisnya menahan sakit akibat kesulitan untuk bernapas apalagi untuk bicara.
Namun pria ini tak menyerah, ia masih berusaha untuk mengangkat tangannya untuk mengambil masker hidung yang terhubung dengan tabung oksigen.
“Kau ingin ini? Ha ha coba saja kalau bisa!” seru Vanessa McCall wanita yang ia nikahi hampir sepuluh tahun lamanya.
Masker hidung itu memang berada di tangan Vanessa, dan itu memang sengaja dilakukan olehnya. Vanessa sudah muak dengan Ernest yang terus menerus berbaring lemah di tempat tidur.
Wanita berambut warna tembaga itu pun menjatuhkan masker hidung yang biasa dipakai suaminya ke lantai. Kemudian ia tertawa dengan keras, sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
“Kau ingin mengatakan sesuatu Ernest ku sayang?” tanyanya dengan angkuh.
“Vanessa kumohon kembalikan maskerku. Aku tak bisa hidup tanpa benda itu,” teriak Ernest dalam hati.
Usia Ernest memang terbilang masih muda. Usia matang bagi seorang lelaki, masih empat puluh lima tahun.
Seharusnya pria ini berdiri dengan gagahnya dan merasakan indahnya berada di puncak kesuksesan bisnis yang telah ia bangun selama ini. Namun tidak dengan Ernest, ia justru terbaring lemah di tempat tidurnya sejak dua tahun yang lalu.
Semua berawal dari Ernest yang seringkali merasakan pusing pada kepalanya, hingga tubuhnya mudah sekali kelelahan. Saat itu Vanessa membawanya untuk ke dokter dan ia hanya diberikan vitamin.
Ernest tentunya berharap agar keluhan pada fisiknya segera teratasi. Namun ternyata itu hanyalah harapan. Berkali-kali ganti dokter, tapi tak satupun berhasil menyembuhkan penyakitnya. Justru keadaannya semakin buruk. Puncaknya delapan bulan lalu tubuhnya mulai lumpuh dan kesulitan dalam bernapas.
Perusahaan McCall Enterprise yang ia dirikan pun akhirnya dikelola oleh Vanessa. Istrinya memegang penuh kendali atas perusahaannya, karena tiap kali Ernest mencoba berpikir kepalanya terasa sangat pusing, dan jantungnya terasa melemah.
Kali ini Ernest menatap istrinya yang tengah berdiri di samping ranjangnya. Ini kali pertama ia melihat Vanessa bertindak tak biasa.
Wanita bermata biru yang ia nikahi ini selalu bersikap lembut dan penuh kasih padanya, terutama di saat tubuhnya mulai sekarat. Ia tak pernah mengira kalau Vanessa akan berani mencabut masker hidungnya dan membuangnya ke lantai seperti saat ini.
“Ha ha, kenapa Ernest? Kau kaget melihatku bisa melakukan ini? Dasar kau pria bodoh yang tak berguna!”
Seorang pria seumuran Ernest pun masuk dari pintu kamar yang memang terbuka. Pria itu terlihat gagah dan tegap, kulitnya kecokelatan dengan jambang tipis di pipinya.
Ini pertama kali Ernest melihatnya secara langsung, tapi di surat kabar ataupun televisi ia sudah sering melihat pria itu. Dialah Leon Ramford, yang biasa disebut Tuan atau Don Ramford seorang pebisnis sekaligus pimpinan dunia bawah tanah.
Leon Ramford sama sekali tak memiliki sopan santun di hadapan Ernest. Bahkan ia tak ragu untuk memeluk pinggang ramping istrinya dan mengecup wajah Vanessa yang halus seperti pualam.
Pemandangan ini tentu membuat batin Ernest terkoyak, ingin sekali ia marah dan memukul Ramford yang berani-beraninya bermesraan dengan istrinya yang cantik. Terlebih lagi Vanessa sama sekali tidak menolak apa yang dilakukan Ramford, ia justru membalas belaian dan ciuman mesra itu.
“Sial! Vanessa kenapa kau diam saja. Kau harus marah, pukul dia Vanessa!” omel Ernest dalam hati.
Apa daya tubuhnya begitu lemah, sangat sulit untuk digerakkan. Semakin ia mencoba mengangkat tangannya, semakin sesak dadanya untuk bernapas.
“Vanessa … apa yang kau lakukan? Jangan Vanessa!” sekali lagi batin Ernest berteriak.
“Kau cemburu ya Ernest? Ayo akui saja kalau kau cemburu melihat kedekatanku dengan Ramford. Baiklah agar kau tak mati penasaran aku akan jelaskan semua kepadamu. Aku dan Ramford sudah lama menjalin hubungan, hmm kurang lebih tiga tahun lamanya,” kata Vanessa dengan bangga dan semakin membuat dada Ernest terasa sakit.
Pasangan selingkuh itu kembali berciuman di hadapan Ernest yang sekarat, kemudian Vanessa berkata kembali,
“Kau tahu Ernest, selama ini obat-obat yang kau minum adalah obat palsu yang mengandung arsenik, itulah sebabnya tubuhmu semakin lemah. Kau ingin tahu bagaimana kau mendapat obat itu. Tentu saja atas bantuan kekasihku, Leon Ramford yang begitu hebat dan berpengaruh, hingga semua dokter meracik obat yang mengandung arsenik,” jawab Vanessa culas.
“Sial! Jadi ini semua ulahmu Vanessa!” amuk Ernest dalam hati.
Tatapan matanya yang tadi penuh harap pun berubah tajam ke arah Vanessa dan kekasihnya. Pengkhianatan yang diterimanya ini benar-benar menyakitkan.
Leon Ramford mendekatkan tubuhnya pada pria yang kini terbaring tak berdaya di hadapannya. Mulutnya hanya berjarak dua inchi dari telinga Ernest, lalu membisikkan sesuatu di sana.
“Kau tenang saja, aku akan menjaga istrimu yang cantik setelah kau mampus. Akan kunikmati tiap saat menyentuh kulit halus dan aroma tubuhnya yang begitu menggoda, tentu saja dengan semua uang yang telah kau kumpulkan. Mengenai kedua anakmu, nanti akan kupikirkan lagi, karena aku tak menginginkan kehadiran mereka.”
“Ti … ti,” Ernest tak bisa melanjutkan kalimatnya, dadanya terasa sakit dan tubuhnya mengejang. Sementara Vanessa dan Leon keluar dari kamar itu sambil tertawa.
***
Leon menuangkan champagne pada gelas berkaki dan memberikannya pada Vanessa yang tengah duduk di sofa ruang tengah mansion Ernest yang megah.
“Silakan cantik,” katanya sambil membungkuk pada wanita yang duduk menyilangkan kaki.
“Terima kasih sayangku,”
Mereka berdua pun bersulang dengan penuh kemenangan dan tertawa dengan begitu bahagia.
“Untuk akhir hidup Ernest yang tragis!” seru Vanessa.
“Untuk kekayaan kita yang melimpah!” seru Leon.
Kedua sejoli itu pun tampak asyik menikmati minuman mahal dalam genggaman mereka, tak mempedulikan Olive dan Daniel, kedua anak Vanessa dengan Ernest yang berteriak di kamar sang ayah. Saat sedang bercengkrama, ponsel di saku jas Leon Ramford pun bergetar mengganggu kemesraan pasangan laknat itu.
“Tunggu sebentar Sayang, ini dari anak buahku dan aku harus menjawabnya,” katanya meminta ijin.
Leon Ramford pun segera berbicara pada anak buahnya yang menelepon, tanpa perlu menyembunyikan dari Vanessa. Wanita yang ia kencani sudah tahu segala hal tentangnya termasuk semua bisnis gelap yang dimiliki.
“Hmm, jadi seperti itu ceritanya. Kau urus saja semuanya, aku mau terima beres!” perintah Don Ramford pada anak buahnya.
Vanessa menoleh pada kekasihnya yang sekarang wajahnya tampak sedikit menegang. Jelas wanita itu terlihat khawatir.
“Kenapa Sayang?”
“Huh hanya masalah kecil, Cantik. Salah satu anggota tim pengawalku mengalami kecelakaan beruntun di batas kota. Sebenarnya berita tentang kecelakaannya tidak begitu penting bagiku karena ia hanya bawahan.”
Vanessa masih menatap kekasihnya dengan matanya yang biru. Ia menunggu keterangan lebih lanjut dari Ramford.
“Hanya saja si bodoh itu membawa salah satu mobil terbaikku dan sekarang mengalami kecelakaan. Untunglah mobil itu dilengkapi dengan asuransi, dan kuminta anak buahku yang lain mengurusnya.”
“Hmm lalu apa pengawalmu masih hidup?”
Ramford menganggkat bahu, “Entahlah, siapa juga yang peduli denngan Maxim si pengawal tak berguna itu?” balas Ramford sambil meminum champagnenya lagi.
Sementara itu di pegunungan Aiken Mountain, tempat yang sangat dingin dan selalu dipenuhi kabut sepanjang tahun. Di sebuah area tanah yang lapang penuh tampak sebuah bangunan yang berdiri dengan kokoh. Di situ tempat berdirinya kelompok persaudaraan legenda bintang enam. Tak jauh dari bangunan itu tampak ratusan orang dengan pakaian serba hitam berdiri berjajar. Mereka semua menggenggam pedang dengan erat yang terbuat dari baja.Kesemuanya menunjukkan aura kematian yang sangat kuat, sekuat pedang mereka. Saat mereka memotong besi, sudah seperti memotong ranting, sangat mudah. Hanya dalam hitungan detik saja akan mampu terbelah menjadi dua bagian.Kedua mata mereka memandang begitu tajam seperti iblis dari neraka yang siap untuk menghancurkan.Mereka adalah pasukan kedua yang memang dibentuk oleh Max. Mereka semua gabungan dari pengawal terlatih yang bekerja pada Tuan Ramford.Karir Max sebagai pengawal memang melaju pesat. Dia yang awalnya tidak memiliki kemampuan dan hanya diremehka
Seketika pria berpakaian kelabu itu pun ketakutan. Wajahnya semakin lama semakin pucat pasi, “Lepaskan aku! Lepaskan!” Pria itu terus saja berteriak.Sekarang ini dia sedang merasakan aura yang mengerikan dan siap membunuh dari orang-orang yang bersamanya ini. Pria ini sangat yakin kalau orang-orang yang membawanya sekarang sudah sering membunuh orang.Dia pun yakin kalau bukan satu dua atau tiga orang yang pernah dibunuh. Mungkin saja jumlahnya ratusan. Jika tidak, tak mungkin ia bisa merasakan keganasan orang-orang itu.Sikap mereka memang terlihat biasa saja, tapi saat mengeluarkan senjata dan menyeret tubuhnya, semua tampak begitu ringan dan tidak ada kendala sama sekali. Seolah tidak ada beban apa-apa yang dialaminya.Pria bergaya kuno ini sampai tidak berani untu membayangkan apa yang akan ia terima kalau sampai jatuh ke dalam genggaman mereka.Selang beberapa menit kemudian …Bill pun tiba di hadapan Mx, dan ia langsung berkata dengan sedikit tergesa, tapi tidak meninggalkan ke
Setelah mendapatkan pukulan maut dari Max, pria berpakaian kelabu itu pun tampak begitu ketakutan. Dia sendiri adalah seorang salah satu master beladiri yang dulu pernah menolong dan mengobati Rex.Kemampuannya tidak bisa disebut sebagai sang ahli amatir atau pemula. Namun juga tidak bisa dikatakan sebagai tingkat utama, karena masih banyak ilmu yang harus dikuasai olehnya.Meskipun begitu, di hadapan Max ia bahkan tidak sanggup untuk menahan pukulan dan langsung terhempas begitu saja hanya oleh sebuah pukulan saja.Sekarang ini, pria berpakaian abu-abu itu sudah terluka sangat parah. Dia sama sekali tidak memiliki tenaga untuk bertarung lagi.Saat ia melihat Max berjalan menghampiri selangkah demi selangkah, wajah pria itu pun semakin terlihat pucat seperti sudah tidak ada aliran darah di sana.Max dengan angkuh datang menghampirinya, dan Ia pun bertanya dengan nada yang dingin, “Siapa yang telah menyuruhmu ke sini dan membunuh putri Nyonya Vanessa?”Begitu mendengar pertanyaan Max,
Cahaya yang terpancar itu mengarah pada leher Olive. Dia pasti mati kalau sampai belati itu memotong urat leher Olive. Gerakannya begitu cepat, sampai tidak ada orang yang sempat melakukan sesuatu.“Aaa tidaak!” Saat itu Daniel berteriak lantang, ia takut jika sesuatu terjadi pada kakaknya. Berbeda sekali dengan Vanessa yang entah dimana keberadaannya sekarang. Mungkinkah wanita itu melarikan diri.Max hanya memaki dalam hati, “Dasar perempuan tidak berguna. Ibu macam apa dia membiarkan darah dagingnya berada dalam bahaya.”Max pun dengan cepat menggeser tubuh kedua anaknya pada Jade yang sekarang berdiri di belakangnya. Jade langsung mendekap anak itu dengan erat. Sekelebat bayangan pun melintas dan berdiri di samping Max.Itu adalah Zack yang bersiap untuk mendampingi Max. Bersama dengan Max ia melayangkan tinju dan Bruk! Sebuah dentuman terdengar sanagt nyaring, seolah-olah seluruh ruangan meledak terkena pukulan Max dan Zack.Max tidak akan pernah memberi ampun pada siapapun yang
Hari ini adalah hari ulang tahun Olive. Vanessa telah menyiapkan sebuah pesta besar. Ia menyewa taman hotel Prime Bayview hanya untuk menyenangkan anak perempuannya.Tak heran jika Olive sempat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Ibunya. Sejah ayahnya sakit, ia sama sekali tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibunya, hanya tekanan dan bahkan hukuman untuknya. Namun bagaimanapun juga Olive adalah seorang anak yang juga membutuhkan kasih sayang orang tua.Meski hari ini Olive merasakan kebahagiaan, tapi sesungguhnya kebahagiaan itu tidak untuknya. Pesta ini dibuat oleh Vanessa demi memperlancar bisnisnya.“Olive, selamat ulang tahun. Jadilah anak yang pintar dan panutan untuk adikmu. Bahagialah selalu Olive,” batin Max yang sedari tadi memperhatikan putri sulungnya dari kejauhan.Saat ini ia sama sekali tidak berani untuk menunjukkan wajahnya di dekat anak itu. Meski sesungguhnya ia ingin memeluk Olive seperti yang biasa dilakukan setiap anak sulungnya berulang tahun. Namun se
Cepat-cepat Max merubah ekspresinya. Ia kembali memasang wajah dingin, jangan sampai Vanessa melihat perubahan pada wajahnya.“Oh, benarkah Nyonya? Saya tidak tahu mengenai kapan ulang tahun mereka, istriku juga tidak bercerita apa-apa,” jawab Max.Vanessa tertawa dingin, “Ha ha sudahlah kau tidak mengetahui ulang tahun mereka itu tidak masalah. Bukankah itu bukan kewajibanmu, lagipula belakangan ini kau lebih sering mengawalku dibanding mengurus kedua anak itu. Sekarang mereka berdua sudah menjadi tanggung jawab istrimu.”“Saya mengerti Nyonya. Hanya saja saya sedikit kaget saat anda menanyakan tentang mereka berdua.”Vanessa mendesah napas panjang, “Yah aku tahu. Meski aku jauh dari mereka dan sudah lama tidak saling menyapa, bahkan aku sempat berpikir untuk membawa mereka ke sekolah asrama saja. Kau tahu kan anak-anak itu sangat berisik!”Max tidak berkata apa-apa. Kalau boleh dikata, dia yang lebih peduli dengan anak-anak dibanding Vanessa. Jade sendiri sudah lama menginginkan keh
Sementara itu di luar hotel …Bill menoleh ke arah Max. Ia penasaran dengan satu keputusan yang dibuat oleh rekannya itu.“Max, kenapa kau membiarkan Selena pergi begitu saja? Apa kau tidak ingin menghabisinya juga?”Saat ini Bill tampak begitu mengkhawatirkan keadaan. Ia teringat akan anggapan kalau kita ingin membasmi sesuatu harus dimilai dari akarnya, jika tidak maka akan tumbuh lagi.Bill menganggap otak dari semua kekacauan ini adalah Selena. Apalagi terlihat jelas bagaimana Tuan Randall begitu menghormati Selena.Saat ini tatapan Selena dipenuhi dengan kebencian terhadap Max dan Bill. Menandakan kalau ia tidak terima dengan perlakuan seperti ini dan dia tidak akan tinggal diam.Max tertawa lirih, kemudian ia pun berkata, “Dia hanya seorang Selena Harris yang tidak penting. Tidak ada gunanya untukku membunuh dia, tujuanku sekarang ini adalah untuk menyuruhnya kembali ke kota Zylan karena aku tahu kalau ia akan membalas dendam kepada Tuan Ramford dan aku, dengan begitu maka aku a
Pengawal pribadi Selena Harris menghela napas perlahan dan berkata, “Nona, tidak ada gunanya untuk membicarakan hal ini sekarang. Kita harus segera pergi dari tempat ini!”Selena Harris pun mengangguk, “Hmm, ayo kita pergi!”Selena sadar kalau saat ini Tuan Randall sudah mati dan tidak ada gunanya lagi untuk terus berlama-lama di kota Northbay. Dia harus segera kembali ke kota Zylan dan menceritakan semua masalah yang telah terjadi di sini pada keluarga besarnya.Jika keluarga besarnya tahu tentang hal ini, maka ia bisa segera membuat keputusan langkah apa yang harus mereka ambil selanjutanya. Bagaimanapun juga grup Mulder masih mereka inginkan untuk saat ini.Kematian Tuan Randall menjadi sebuah kerugian yang besar bagi keluarga Harris.Brak!Saat itu tiba-tiba pintu pun terbuka dengan cara ditendang oleh seseorang.“Ha ha ha, sepertinya sudah terlambat untuk kalian pergi sekarang,” sindir seseorang yang datang dengan tertawa sinis.“Max, kau!” seru Selena tak percaya dengan apa yang
Siapa dia sebenarnya? Sejak kapan ada seorang master yang menguasai ilmu mengerikan dari kota kecil seperti Northbay.“Jangan membuang waktuku. Kalau kau tidak punya kemampuan untuk menyelesaikan dalam waktu sepuluh menit saja, maka kembalilah!” seru Max dengan tidak sabar setelah ia menghabiskan satu kaleng beernya, yang entah kaleng ke berapa saat itu.Begitu mendengar kata-kata Max, wajah Bill pun memerah dan makin lama semakin garag. Di dalam hatinya muncul kemarahan yang berapi-api.Bill tampak tersenyum muram kemudian berkata, “Awalnya aku hanya ingin bersenang-senang, sedikit bermain denganmu bukannya tidak masalah. Sayang sekali aku hanya punya sedikit waktu.”Sebenarnya Bill masih belum ingin meninggalkan Northbay, tapi akan menjadi sangat membosankan. Lagipula ia adalah anak buah Max yang tentunya harus menuruti pria itu. Ketika dia mengikuti Max kembali ke kota Southbay ada sesuatu yang menunggu dirinya di sana, tentunya bukan sesuatu hal yang menyenangkan.Semenjak hubunga
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments