Semua Bab Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati: Bab 31 - Bab 40

50 Bab

Bab 31

Panji yang lengah pun dihajar habis-habisan oleh Kama. Semua orang di sekeliling masih melongo dan tidak melerai mereka.Jangankan kakak beradik Keluarga Angkola, bahkan teman-teman Panji juga merasa ucapan Panji keterlaluan. Berani-beraninya dia berharap kedua putri dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan menikahinya! Apa Panji tidak melihat wajah Damar yang menjadi begitu suram setelah mendengar ucapannya? Jika bukan karena adalah paman dan keponakan, Damar mungkin sudah menghabisinya!Namun, meskipun Damar bisa bersabar, Kama dan yang lain tidak dapat bersabar. Abista memang tidak bertindak. Namun, ketika berpura-pura ingin menghentikan Kama dan Kahar yang menghajar Panji, dia juga diam-diam melayangkan beberapa pukulan ke arah Panji.Dalam sekejap, Panji pun dihajar sampai babak belur. Sementara itu, Abdi dan yang lain hanya meringis dan langsung berpikiran untuk kabur. Berhubung takut terlibat dalam masalah ini, mereka buru-buru berpamitan dengan Damar. Kemudian, mereka langsun
Baca selengkapnya

Bab 32

Tidak lama kemudian, Kama dan Kahar pun berhasil menyusul Syakia.“Syakia, jangan keras kepala lagi. Kalau nggak mau Ayah marah, sebaiknya kamu kembali ke kamar dengan patuh.”Kama dan Kahar mengadang Syakia dari depan dan belakang. Damar memberi perintah dengan dingin, “Kurung dia di kamar! Tanpa izinku, nggak ada yang boleh biarkan dia keluar!”Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang berat dan malas dari luar pintu. “Hari ini, Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan ramai sekali.”Semua orang langsung menoleh ke arah datangnya suara. Di sana, berdiri seorang pria berambut perak yang terlihat tampan. Dia membawa beberapa prajurit Pasukan Bendera Hitam masuk ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, lalu melirik Ayu dan orang lainnya dengan aura yang sangat mendominasi.Adika bertanya, “Lagi ngapain kalian?”Ekspresi Abista langsung berubah. Dia buru-buru menarik Syakia dan Ayu untuk berlutut dan memberi hormat.“Hormat, Pangeran Adika.”Ayu mengamati Adika dengan mata
Baca selengkapnya

Bab 33

“Adipati Damar nggak perlu khawatir.”Seorang prajurit memindahkan sebuah kursi untuk Adika. Adika pun duduk di kursi itu, lalu berujar dengan acuh tak acuh, “Semua bawahanku pernah habisi pasukan musuh yang tak terhitung jumlahnya. Mereka paling andal dalam menghunuskan pedang. Selama kamu dan putra-putramu nggak halangi kami, mereka tentu saja nggak akan lukai siapa pun.”Makna di balik ucapan Adika itu adalah, jika kelompok Damar berani menghalangi Adika, jangan salahkan Adika menyuruh bawahannya bertindak.Damar tahu Adika pada dasarnya suka melakukan segala sesuatu sesuai keinginannya. Namun, dia tidak menyangka Adika juga berani bersikap seperti itu di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan.Damar berkata dengan ekspresi dingin, “Syakia itu putriku. Tanpa persetujuanku, dia minta Yang Mulia Kaisar mengizinkannya menjadi biksuni. Sekarang, aku mau suruh dia kembali ke istana untuk minta Yang Mulia Kaisar cabut dekretnya. Jadi, kamu nggak perlu datang mengantarnya ke Kuil Bulani.”Adi
Baca selengkapnya

Bab 34

Tidak lama kemudian, Syakia kembali ke halaman depan rumah. Melihat Adika yang sudah mulai kehilangan kesabaran, Syakia buru-buru menghampirinya dan berkata, “Pangeran Adika, aku sudah siap.”“Ayo berangkat.”Adika langsung bangkit dan berjalan keluar. Syakia juga segera mengikutinya. Sementara itu, Kama dan yang lain hendak mencegah Syakia, tetapi ada prajurit Pasukan Bendera Hitam yang menghalangi mereka. Melihat Syakia benar-benar serius ingin pergi bersama Adika, Kama akhirnya berseru, “Syakia, memangnya kamu nggak merasa bersalah pada Ayah dan kami dengan pergi begitu saja? Kamu nggak takut akan nyesal suatu hari nanti?”Begitu mendengar ucapan itu, Syakia menoleh dan menjawab dengan nada yang sangat dingin, “Aku nggak pernah lakukan hal yang bersalah pada kalian. Aku juga nggak akan nyesal.”Seusai berbicara, Syakia langsung naik ke kereta kuda. Sementara itu, Adika naik ke kudanya yang berada di paling depan. Kemudian, dia memimpin Pasukan Bendera Hitam mengantar Syakia ke Gunu
Baca selengkapnya

Bab 35

Setelah meninggalkan ruang baca, ekspresi Damar dan Abista sangat sulit dideskripsikan dengan kata-kata.Abista menghela napas. “Ayah, ini semua salahku. Aku yang nggak didik Syakia dengan baik.”Abista mau tak mau merasa agak menyesal. Setelah teringat Syakia memiliki tekad yang begitu kuat untuk menjadi biksuni, dia merasa itu mungkin karena dirinya memukul Syakia dengan terlalu kuat hari itu. Setelah menerima 50 cambukan, wajar saja Syakia menyimpan kebencian yang mendalam. Hanya saja, dia juga terlalu kekanak-kanakan. Jika merasa sedih, kenapa dia tidak langsung mengutarakannya dan harus membesar-besarkan masalahnya sampai seperti ini?Meskipun Kaisar sudah memberi sedikit petunjuk, Abista sepertinya masih tidak menyadari alasan utama Syakia ingin meninggalkan Keluarga Angkola. Bahkan Damar juga sama saja.Damar melambaikan tangannya. “Ini bukan salahmu. Dulu, kita terlalu memanjakannya. Dia jadi nggak takut apa-apa, makanya baru bisa melakukan hal yang begitu nggak masuk akal.”“
Baca selengkapnya

Bab 36

Perjalanan selanjutnya memang sangat berliku. Terutama karena kereta kuda juga melaju dengan kecepatan penuh, Syakia pun hampir terlempar keluar beberapa kali. Untungnya, ini adalah permintaannya sendiri. Jadi, meskipun luka di punggungnya terasa sakit karena tidak berhenti menyenggol kereta kuda, dia juga bertahan dalam diam.Melaju dengan kecepatan penuh memang sangat cepat. Sebelumnya, Syakia dan Danu menghabiskan waktu 2 jam untuk mencapai Kuil Bulani. Kali ini, mereka hanya memerlukan waktu satu jam. Kereta kuda yang bergoyang hebat tiba-tiba berhenti. Kemudian, terdengar suara Adika dari luar yang berkata, “Sudah sampai.”Syakia sudah pusing akibat kereta kuda yang bergoyang hebat. Setelah menenangkan diri untuk sesaat, dia baru membuka tirai dan turun dari kereta dengan terhuyung-huyung.Adika masih menunggangi kuda dan hanya menatap Syakia yang turun dari kereta kuda dengan hati-hati. Sebelah tangannya masih memegang cambuk dan dia juga tidak berencana untuk memapah Syakia. Di
Baca selengkapnya

Bab 37

Pada saat ini, Syakia merasa seperti mendengar suara benang terputus dalam hatinya. Seolah-olah semua ikatan yang membelenggu tubuhnya sudah sirna, dia akhirnya terlepas dari tempat yang membuatnya menderita selama 2 kehidupan. Setetes air mata mengalir dari sudut matanya.Adika pun menatap Syakia dengan terkejut. Bahkan sampai bertahun-tahun kemudian, dia juga tidak dapat melupakan sosok Syakia saat ini.Adika sudah melihat pembunuhan dan kematian yang tidak terhitung jumlahnya di medan perang. Setiap kali, perasaannya terasa berbeda-beda. Namun, semua itu juga tidak dapat dibandingkan dengan keterkejutannya saat ini.Sepasang mata Adika yang terlihat keruh karena menyaksikan terlalu banyak pembunuhan akhirnya memantulkan cahaya emas dan seorang gadis. Cahaya emas itu seolah-olah sudah memberinya penebusan, sedangkan gadis dalam pantulan matanya terlihat seperti telah terlahir kembali....Syakia mengantar Adika ke sekitar gerbang kuil. Namun, dia tidak berjalan terlalu dekat ke gerba
Baca selengkapnya

Bab 38

Syakia diam-diam menegur dirinya sendiri. Saat ini, dia sudah menjadi biksuni. Dia tidak boleh memiliki pemikiran-pemikiran yang berlebihan. Setelah berpikir begitu, pikiran Syakia pun kembali tenang. “Kalau begitu, repotin Pangeran Adika, ya. Aku masih harus menyusun barang-barang bawaanku. Hati-hati di jalan, Pangeran Adika.”Syakia tersenyum tipis pada Adika, lalu langsung berbalik dan berjalan masuk ke kuil. Setelah sosoknya yang kurus menghilang, Adika baru berbalik dan meninggalkan Kuil Bulani.Ketika Adika keluar, Abista masih menunggu di luar. Begitu melihat Adika, Abista langsung menghampirinya dan bertanya dengan cemas, “Pangeran Adika, di mana Syakia? Syakia nggak ikut keluar bersamamu?”Pasukan Bendera Hitam menghentikan Abista beberapa langkah jauhnya dari Adika.Adika hanya meliriknya sekilas. “Dia tentu saja nggak ikut keluar. Dia sudah jadi biksuni Kuil Bulani.”Ekspresi Abista langsung berubah. “Apa? Tapi, Yang Mulia Kaisar sudah kasih kesempatan pada Syakia. Asalkan
Baca selengkapnya

Bab 39

Semua orang menyetujui pendapat Ayu.“Ayah, yang dikatakan Ayu benar. Kita semua nggak bisa masuk ke Kuil Bulani. Kalau Ayu yang pergi, biksuni-biksuni di sana nggak punya alasan untuk mencegahnya masuk.”Damar mengangguk. “Memang Ayu yang paling pengertian. Kalau begitu, aku serahkan masalah ini padamu.”Ayu langsung menyahut dengan yakin, “Ayah tenang saja. Ayu pasti akan bawa Kak Syakia pulang!”Kama tersenyum dan berkata, “Kalau Ayu yang turun tangan, masalahnya pasti bisa diselesaikan!”“Benar! Ayu begitu baik dan imut. Para biksuni di sana pasti suka banget sama Ayu! Kalau mereka juga bantuin Ayu bujuk Syakia, mungkin saja Syakia benar-benar akan pulang.”Ayu hanya mencibir dalam hati. Dia tidak ingin disukai oleh sekelompok biksuni. Dia merasa itu bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan. Namun, dia tetap mempertahankan senyuman yang polos dan tak berdosa. Sesekali, dia juga akan terlihat malu karena dipuji. Tampangnya benar-benar tidak dapat menunjukkan pemikiran aslinya.Tepat p
Baca selengkapnya

Bab 40

Tepat pada saat ini ....“Gawat! Gawat!” Ada seorang pelayan yang berlari keluar dengan terburu-buru dan berseru dengan panik, “Tuan Kama, Tuan Kahar, ni ... nisan Nyonya hilang!”Ekspresi Kama dan Kahar langsung berubah pada waktu yang sama.“Apa? Apa saja kerjaan kalian! Kalian bahkan nggak tahu ada nisan yang hilang dari aula leluhur?”“Siapa yang mungkin ambil nisan Ibu?” tanya Kahar dengan bingung.Kamar tiba-tiba teringat sesuatu. Kemudian, kakak beradik itu saling memandang dan berseru marah, “Jangan-jangan ... Syakia?”“Beraninya dia bawa pergi nisan Ibu! Dia benar-benar seorang pencuri! Atas dasar apa dia bawa pergi nisan Ibu!” seru Kama dengan murka.Ekspresi Kahar juga sangat suram. Dia makin merasa adiknya itu benar-benar tidak masuk akal! Tanpa persetujuan Damar, Syakia pergi menjadi biksuni. Tindakannya itu sangat merusak reputasi Keluarga Angkola. Sekarang, dia malah mencuri nisan ibu mereka.“Bajingan! Pantas saja aku merasa ada yang disembunyikannya kemarin! Tahu begi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status