Tidak lama kemudian, Kama dan Kahar pun berhasil menyusul Syakia.“Syakia, jangan keras kepala lagi. Kalau nggak mau Ayah marah, sebaiknya kamu kembali ke kamar dengan patuh.”Kama dan Kahar mengadang Syakia dari depan dan belakang. Damar memberi perintah dengan dingin, “Kurung dia di kamar! Tanpa izinku, nggak ada yang boleh biarkan dia keluar!”Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang berat dan malas dari luar pintu. “Hari ini, Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan ramai sekali.”Semua orang langsung menoleh ke arah datangnya suara. Di sana, berdiri seorang pria berambut perak yang terlihat tampan. Dia membawa beberapa prajurit Pasukan Bendera Hitam masuk ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, lalu melirik Ayu dan orang lainnya dengan aura yang sangat mendominasi.Adika bertanya, “Lagi ngapain kalian?”Ekspresi Abista langsung berubah. Dia buru-buru menarik Syakia dan Ayu untuk berlutut dan memberi hormat.“Hormat, Pangeran Adika.”Ayu mengamati Adika dengan mata
“Adipati Damar nggak perlu khawatir.”Seorang prajurit memindahkan sebuah kursi untuk Adika. Adika pun duduk di kursi itu, lalu berujar dengan acuh tak acuh, “Semua bawahanku pernah habisi pasukan musuh yang tak terhitung jumlahnya. Mereka paling andal dalam menghunuskan pedang. Selama kamu dan putra-putramu nggak halangi kami, mereka tentu saja nggak akan lukai siapa pun.”Makna di balik ucapan Adika itu adalah, jika kelompok Damar berani menghalangi Adika, jangan salahkan Adika menyuruh bawahannya bertindak.Damar tahu Adika pada dasarnya suka melakukan segala sesuatu sesuai keinginannya. Namun, dia tidak menyangka Adika juga berani bersikap seperti itu di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan.Damar berkata dengan ekspresi dingin, “Syakia itu putriku. Tanpa persetujuanku, dia minta Yang Mulia Kaisar mengizinkannya menjadi biksuni. Sekarang, aku mau suruh dia kembali ke istana untuk minta Yang Mulia Kaisar cabut dekretnya. Jadi, kamu nggak perlu datang mengantarnya ke Kuil Bulani.”Adi
Tidak lama kemudian, Syakia kembali ke halaman depan rumah. Melihat Adika yang sudah mulai kehilangan kesabaran, Syakia buru-buru menghampirinya dan berkata, “Pangeran Adika, aku sudah siap.”“Ayo berangkat.”Adika langsung bangkit dan berjalan keluar. Syakia juga segera mengikutinya. Sementara itu, Kama dan yang lain hendak mencegah Syakia, tetapi ada prajurit Pasukan Bendera Hitam yang menghalangi mereka. Melihat Syakia benar-benar serius ingin pergi bersama Adika, Kama akhirnya berseru, “Syakia, memangnya kamu nggak merasa bersalah pada Ayah dan kami dengan pergi begitu saja? Kamu nggak takut akan nyesal suatu hari nanti?”Begitu mendengar ucapan itu, Syakia menoleh dan menjawab dengan nada yang sangat dingin, “Aku nggak pernah lakukan hal yang bersalah pada kalian. Aku juga nggak akan nyesal.”Seusai berbicara, Syakia langsung naik ke kereta kuda. Sementara itu, Adika naik ke kudanya yang berada di paling depan. Kemudian, dia memimpin Pasukan Bendera Hitam mengantar Syakia ke Gunu
Setelah meninggalkan ruang baca, ekspresi Damar dan Abista sangat sulit dideskripsikan dengan kata-kata.Abista menghela napas. “Ayah, ini semua salahku. Aku yang nggak didik Syakia dengan baik.”Abista mau tak mau merasa agak menyesal. Setelah teringat Syakia memiliki tekad yang begitu kuat untuk menjadi biksuni, dia merasa itu mungkin karena dirinya memukul Syakia dengan terlalu kuat hari itu. Setelah menerima 50 cambukan, wajar saja Syakia menyimpan kebencian yang mendalam. Hanya saja, dia juga terlalu kekanak-kanakan. Jika merasa sedih, kenapa dia tidak langsung mengutarakannya dan harus membesar-besarkan masalahnya sampai seperti ini?Meskipun Kaisar sudah memberi sedikit petunjuk, Abista sepertinya masih tidak menyadari alasan utama Syakia ingin meninggalkan Keluarga Angkola. Bahkan Damar juga sama saja.Damar melambaikan tangannya. “Ini bukan salahmu. Dulu, kita terlalu memanjakannya. Dia jadi nggak takut apa-apa, makanya baru bisa melakukan hal yang begitu nggak masuk akal.”“
Perjalanan selanjutnya memang sangat berliku. Terutama karena kereta kuda juga melaju dengan kecepatan penuh, Syakia pun hampir terlempar keluar beberapa kali. Untungnya, ini adalah permintaannya sendiri. Jadi, meskipun luka di punggungnya terasa sakit karena tidak berhenti menyenggol kereta kuda, dia juga bertahan dalam diam.Melaju dengan kecepatan penuh memang sangat cepat. Sebelumnya, Syakia dan Danu menghabiskan waktu 2 jam untuk mencapai Kuil Bulani. Kali ini, mereka hanya memerlukan waktu satu jam. Kereta kuda yang bergoyang hebat tiba-tiba berhenti. Kemudian, terdengar suara Adika dari luar yang berkata, “Sudah sampai.”Syakia sudah pusing akibat kereta kuda yang bergoyang hebat. Setelah menenangkan diri untuk sesaat, dia baru membuka tirai dan turun dari kereta dengan terhuyung-huyung.Adika masih menunggangi kuda dan hanya menatap Syakia yang turun dari kereta kuda dengan hati-hati. Sebelah tangannya masih memegang cambuk dan dia juga tidak berencana untuk memapah Syakia. Di
Pada saat ini, Syakia merasa seperti mendengar suara benang terputus dalam hatinya. Seolah-olah semua ikatan yang membelenggu tubuhnya sudah sirna, dia akhirnya terlepas dari tempat yang membuatnya menderita selama 2 kehidupan. Setetes air mata mengalir dari sudut matanya.Adika pun menatap Syakia dengan terkejut. Bahkan sampai bertahun-tahun kemudian, dia juga tidak dapat melupakan sosok Syakia saat ini.Adika sudah melihat pembunuhan dan kematian yang tidak terhitung jumlahnya di medan perang. Setiap kali, perasaannya terasa berbeda-beda. Namun, semua itu juga tidak dapat dibandingkan dengan keterkejutannya saat ini.Sepasang mata Adika yang terlihat keruh karena menyaksikan terlalu banyak pembunuhan akhirnya memantulkan cahaya emas dan seorang gadis. Cahaya emas itu seolah-olah sudah memberinya penebusan, sedangkan gadis dalam pantulan matanya terlihat seperti telah terlahir kembali....Syakia mengantar Adika ke sekitar gerbang kuil. Namun, dia tidak berjalan terlalu dekat ke gerba
Syakia diam-diam menegur dirinya sendiri. Saat ini, dia sudah menjadi biksuni. Dia tidak boleh memiliki pemikiran-pemikiran yang berlebihan. Setelah berpikir begitu, pikiran Syakia pun kembali tenang. “Kalau begitu, repotin Pangeran Adika, ya. Aku masih harus menyusun barang-barang bawaanku. Hati-hati di jalan, Pangeran Adika.”Syakia tersenyum tipis pada Adika, lalu langsung berbalik dan berjalan masuk ke kuil. Setelah sosoknya yang kurus menghilang, Adika baru berbalik dan meninggalkan Kuil Bulani.Ketika Adika keluar, Abista masih menunggu di luar. Begitu melihat Adika, Abista langsung menghampirinya dan bertanya dengan cemas, “Pangeran Adika, di mana Syakia? Syakia nggak ikut keluar bersamamu?”Pasukan Bendera Hitam menghentikan Abista beberapa langkah jauhnya dari Adika.Adika hanya meliriknya sekilas. “Dia tentu saja nggak ikut keluar. Dia sudah jadi biksuni Kuil Bulani.”Ekspresi Abista langsung berubah. “Apa? Tapi, Yang Mulia Kaisar sudah kasih kesempatan pada Syakia. Asalkan
Semua orang menyetujui pendapat Ayu.“Ayah, yang dikatakan Ayu benar. Kita semua nggak bisa masuk ke Kuil Bulani. Kalau Ayu yang pergi, biksuni-biksuni di sana nggak punya alasan untuk mencegahnya masuk.”Damar mengangguk. “Memang Ayu yang paling pengertian. Kalau begitu, aku serahkan masalah ini padamu.”Ayu langsung menyahut dengan yakin, “Ayah tenang saja. Ayu pasti akan bawa Kak Syakia pulang!”Kama tersenyum dan berkata, “Kalau Ayu yang turun tangan, masalahnya pasti bisa diselesaikan!”“Benar! Ayu begitu baik dan imut. Para biksuni di sana pasti suka banget sama Ayu! Kalau mereka juga bantuin Ayu bujuk Syakia, mungkin saja Syakia benar-benar akan pulang.”Ayu hanya mencibir dalam hati. Dia tidak ingin disukai oleh sekelompok biksuni. Dia merasa itu bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan. Namun, dia tetap mempertahankan senyuman yang polos dan tak berdosa. Sesekali, dia juga akan terlihat malu karena dipuji. Tampangnya benar-benar tidak dapat menunjukkan pemikiran aslinya.Tepat p
“Kalian sudah dengar soal kejadian itu?”“Tentu saja! Siapa yang masih belum tahu kejadian itu!”“Jadi, Putri Suci benar-benar ditampar atau itu cuma rumor belaka?”“Putri Suci benar-benar ditampar. Kakek dari ipar dari menantu dari ibu mertua dari keponakan paman ketigaku yang menyaksikannya secara langsung. Waktu itu, dia segera berlari keluar dengan bertumpu pada tongkatnya untuk melindungi Putri Suci!”“Tapi, Adipati Pelindung Kerajaan malah langsung mendorongnya sampai dia jatuh dan tongkatnya hilang. Habis itu, Adipati langsung menampar Putri Suci. Dia sendiri yang kasih tahu kami apa yang dilihatnya. Ini hal yang dialaminya sendiri, mana mungkin itu palsu! Selain itu, katanya, Adipati melakukannya demi membela putri haramnya!”“Ya Tuhan! Adipati ternyata begitu pilih kasih? Keterlaluan sekali!”“Bukan cuma begitu! Adipati juga sengaja pilih waktu ketika Pangeran Pemangku Kaisar nggak ada untuk pergi cari Putri Suci. Katanya, dia juga mau bawa Putri Suci pergi. Untungnya, Putri S
Kalimat penuh tuduhan dan luka ini telah disimpan Syakia selama dua kehidupan. Sekarang, dia akhirnya dapat mengucapkannya. Dulu, dia selalu menatap orang yang pernah dianggapnya agung itu dengan penuh kekaguman. Sekarang, seluruh kekaguman itu telah berubah menjadi benci.“Semuanya, lihat! Adipati Pelindung Kerajaan memukul orang ....”“Adipati Pelindung Kerajaan benar-benar memukul Putri Suci?”“Ya Tuhan! Putri Suci! Putri Suci baik-baik saja, ‘kan?”“Putri Suci, cepat bersembunyi di belakang kami!”Orang-orang di dalam toko obat tersadar kembali, lalu buru-buru melangkah maju dan melindungi Syakia di belakang mereka.Di sisi lain, pengelola toko obat menatap Damar dengan penuh waspada, “Adipati, toko kami nggak terima tamu hari ini. Silakan pergi! Kalau Adipati merasa nggak puas pada kami, silakan cari majikan kami. Majikan kami itu Bupati Nugraha dari Lukati.”Setelah mendengar ucapan tersebut, Damar akhirnya melirik pengelola toko obat itu.Nugraha merupakan seorang bupati di Luka
“Dia itu Adipati Pelindung Kerajaan?”“Benar! Waktu Putri Suci adakan upacara doa di ibu kota sebelumnya, aku pernah melihatnya. Dia itu Adipati Pelindung Kerajaan yang mengusir Putri Suci dari rumah, lalu menghapus nama Putri Suci dari daftar silsilah keluarga demi melindungi putri haramnya.”“Hah? Kenapa yang kudengar itu, Putri Suci meninggalkan keluarganya karena diperlakukan dengan nggak adil oleh Adipati?”“Duh, sama saja kok! Intinya, orang dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan sudah menindas Putri Suci kita! Kalian belum dengar apa yang terjadi sebelumnya? Salah satu putra Adipati pernah menerjang masuk ke Kuil Bulani, lalu menghajar Putri Suci di depan umum demi membela putri haram itu!”“Ya Tuhan! Orang macam apa itu? Demi seorang adik haram, dia malah menghajar adik kandungnya sendiri? Memang benar, buah nggak jatuh jauh dari pohonnya.”“Sekarang, dia mau tindas Putri Suci kita waktu Pangeran Adika nggak ada. Apa dia sudah dapat persetujuan kita!”Orang-orang yang mendeng
Setelah mendengar ucapan itu, Damar pun menghentikan langkahnya. Dia menoleh dan menatap Syakia dengan tajam.“Penyakit Adika kambuh, ‘kan?” Damar berkata dengan nada tenang, “Makanya dia baru nggak ada di sini sekarang.”Syakia diam-diam bergumam dalam hati, ‘Ternyata Damar juga tahu soal penyakit Pangeran Adika. Makanya, dia baru begitu nggak sabar untuk datang mencariku.’Kemarin, Syakia meminta Adika bersandiwara dengannya untuk membuat Damar mengira telah terjadi sesuatu pada Ayu di Istana Damai. Sebenarnya, tujuannya memang karena ingin Damar berinisiatif datang mencarinya.Namun, begitu Syakia menyampaikan niatnya, Adika langsung mengusulkan cara “berlagak gila”.“Adipati Damar tahu soal penyakitku. Jadi, selama bisa buat dia mengira aku benar-benar menggila di Istana Damai, dia pasti merasa gelisah.”Syakia awalnya masih kurang setuju. Bagaimanapun juga, apabila masalah ini menjadi besar, kelak semua orang akan tahu tentang penyakit Adika.Namun, Adika malah berkata, “Kamu kira
Bagaimanapun juga, ada banyak menteri kerajaan yang tahu bahwa Adika mengidap semacam penyakit. Setiap kali penyakitnya kambuh, dia akan menyerang orang-orang di sekitarnya seperti orang gila. Tabib istana mengatakan bahwa penyakit ini merupakan efek samping yang tertinggal akibat Adika membunuh terlalu banyak orang di medan perang. Kaisar juga sudah menurunkan perintah untuk melarang siapa pun mengungkit tentang hal ini. Siapa pun yang berani melanggar perintah ini akan langsung dibunuh. Oleh karena itu, selain para menteri, sangat sedikit orang luar yang tahu bahwa Pangeran Pemangku Kaisar itu sebenarnya merupakan orang gila.Damar merasa khawatir. Apabila penyakit Adika tiba-tiba kambuh di Istana Damai .... Tidak, meskipun penyakit Adika tidak kambuh, mungkin saja “putrinya yang baik” berkomplot dengan Adika dan menggunakan alasan ini untuk menyingkirkan Ayu.Makin memikirkannya, Damar merasa kemungkinan seperti ini makin besar. Bagaimanapun juga, dia tahu bahwa Syakia sangat membe
“Nggak mungkin! Mana mungkin Syakia dan Adika berani berbuat begitu!”Damar terlihat ragu, lalu menatap Ike dan bertanya, “Kamu yakin kamu melihatnya secara langsung?”Ike tidak berhenti menangis dalam kereta kuda. Setelah mendengar pertanyaan Damar, dia tidak berani mengatakan bahwa dirinya terlalu takut dan langsung melarikan diri.Ike akhirnya hanya berkata dengan tidak jelas, “Tentu saja! Darahnya ... darahnya sangat banyak. Aku nggak berani pergi memeriksanya. Jadi, aku juga nggak tahu apa ... apa orangnya benar-benar sudah mati atau nggak.”“Kamu!” Damar sangat murka dan menunjuk Ike sambil berseru, “Itu keponakan kandungmu! Tapi, kamu malah langsung kabur dan meninggalkannya di sana?”“Aku kan juga takut Pangeran Adika membunuhku!” Ike menjawab dengan ragu, “Kalau dia juga membunuhku, bukannya kamu akan kehilangan seorang adik kandung lagi!”“Bunuh apa! Adika nggak akan berani membunuhmu! Kamu itu istrinya Joko, juga adik kandungku. Selama kamu nggak melakukan kesalahan besar, A
Syakia tiba-tiba tertawa. Suara tawanya terdengar sangat dingin hingga Ike tidak tahu harus berbuat apa. Dalam sekejap, muncul kepanikan dalam hatinya. Dia terlalu ketakutan hingga tidak berani lanjut berbicara.“Sudahlah. Aku mau pergi jenguk Ayu dulu. Kalau kamu nggak mau pergi, aku bisa pergi sendiri. Kamu pergi saja.”Saat ini, Ike tidak lagi berani membawa Syakia pergi menjenguk Ayu. Jika bukan karena ucapan kakaknya, dia bahkan ingin langsung pergi sekarang juga.Syakia hanya menatap Ike dengan dingin tanpa mengatakan apa-apa.Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar langkah kaki seseorang yang bertenaga dan stabil. Ike pun secara refleks mendongak dan hampir pingsan saking terkejutnya.“Ah! Darah! Darahnya banyak sekali!”Orang yang berjalan mendekat tidak lain adalah Adika yang menemani Syakia datang ke istana. Dari tadi, sosoknya tidak terlihat. Begitu muncul sekarang, wajah, tangan, dan pakaiannya malah berlumuran darah. Dia benar-benar terlihat bagaikan orang yang sedang ter
“Plak!”Tepat ketika Ike menggeleng kuat untuk menyangkal dengan panik, Syakia langsung menamparnya tanpa ragu. Penampilan Ike langsung menjadi berantakan dan wajahnya juga memerah.Ike menutupi wajahnya, lalu menatap Syakia sambil berseru, “Syakia, sudah gila kamu! Ini istana! Kamu berani menamparku lagi?”“Jangankan di sini, meski di hadapan Ibu Suri dan Yang Mulia Kaisar, aku juga akan menamparmu hari ini.” Syakia menatap Ike dengan penuh kebencian, “Ike, kamu sudah jadi istri Joko sesuai harapanmu, juga melewati hari yang begitu nyaman dan bahagia selama belasan tahun. Apa kamu pernah hargai kebaikan dan jasa ibuku terhadapmu?”Ucapan itu sontak membuat Ike tertegun. Dia hendak membantah, tetapi tidak dapat mengucapkan apa-apa.Melihat tampang Ike yang seperti itu, Syakia makin mengasihani ibunya. “Sepertinya, waktu itu ibuku memang sudah buta dan salah menilai orang.”Syakia menatap Ike dengan tatapan seolah-olah sedang memaki Ike adalah orang yang tidak tahu berterima kasih.Ike
Hanya saja, Adika mau membalaskan dendam Syakia dan baru sengaja bersandiwara bersama Kaisar. Berhubung Kaisar masih muda, dia juga baru menemani Adika bermain. Namun, berhubung anggota Keluarga Angkola malah mencari Syakia karena hal ini, Syakia juga harus menerima sedikit bunga, ‘kan?“Kamu nggak malu? Pasti kamu yang ngadu ke Yang Mulia Kaisar, makanya Ayu baru ditahan di istana sampai sekarang. Kamu ....”Ike sebenarnya sangat setuju Ayu masuk istana. Hanya saja, dia selalu memihak pada kakaknya. Berhubung kakaknya mengatakan Ayu tidak boleh masuk istana dan harus dibawa keluar secepat mungkin, dia mau tak mau hanya bisa mematuhi keinginan kakaknya.Masalahnya, hasil kerja Ike tidak bisa dibilang memuaskan. Dia malah menimbulkan lebih banyak kekacauan daripada berkontribusi. Contohnya, mulutnya yang selalu berbicara tanpa berpikir.“Sst.”Sebelum Ike menyelesaikan ucapannya, Syakia sudah menaruh sebuah jari di depan mulut dan mengisyaratkannya untuk diam.“Nyonya Ike, ada beberapa