All Chapters of Istri Yang Menanti Sentuhanmu : Chapter 31 - Chapter 40

58 Chapters

Kenapa Dia Begitu Lembut?

"Kamu membentak aku Mas!" Renata tak terima jika Mas Raka membentaknya. "Sudahlah." Ujar Mas Raka lalu pergi meninggalkan Renata. Melihat adegan di depanku, aku justru tersenyum sinis, sementara Renata menatapku kesal. "Senang kamu Amel!" Serunya. Aku tak menggubris ucapannya, tanpa berkata apa-apa kutinggal wanita itu. Kehamilan ini sudah cukup menyiksaku bagaimana mungkin aku memiliki pemikiran seperti yang dia tuduhkan padaku? Di kamar aku langsung merebahkan diri, tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. Keesokan paginya aku kembali muntah-muntah hal ini membuat aku semakin lemah dan tak berdaya, ingin sekali pulang ke rumah agar ada yang merawatku tapi ibu sudah sibuk dengan merawat ayah. Tak mungkin bekerja dalam keadaanku yang seperti aku pun menghubungi Mas Daffa untuk meminta ijin. Dalam sambungan telepon kudengar suaranya begitu mengkhawatirkanku bahkan dia ingin datang untuk membawaku ke rumah sakit. "Tak perlu Mas, aku gak papa-papa." Aku meyakinkannya agar tida
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Setelah Jutaan Luka kenapa Kamu Begini?

Aku terdiam, apakah aku memang harus resign? tapi bagaimana dengan nasibku nanti? sekarang saja keuangan sudah Renata yang pegang. "Aku pikir dulu." Kataku yang menggantung keinginannya. Raut wajahnya berubah, tapi dia tidak mengeluarkan kekesalannya padaku. Sesampainya di rumah, Mas Raka membantu aku keluar dari mobil bahkan dia mengantar aku sampai ke kamar. "Minum obat dulu baru istirahat." Dia mengambilkan aku obat dan menyiapkan airnya juga. Apa ini suami yang selalu dingin padaku? apa ini pria yang jahat itu? Sejenak pikiranku melayang, melamunkan dia yang perhatian padaku. Kenapa setelah jutaan luka dia torehkan kini dia justru perhatian? apa ini bentuk rasa tanggung jawabnya akan anak yang aku kandung atau ada hal lain? entahlah, buru-buru aku menggelengkan kepala membuang asumsi yang mengisi kepalaku saat ini. Setelah aku meminun obatku dia pamit keluar karena harus bekerja by online. Memang dia hari tidak masuk karena mengantar aku pergi ke rumah sakit. Entah berapa
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Daffa Menolak Resign Dariku

Ternyata tak berhenti disitu, Renata kini mengejar Mas Raka agar menceraikan aku. Wanita ini sungguh gila apa dia tidak tau jika wanita hamil tidak bisa dicerai? Aku menggelengkan kepala saat dia terus membujuk Mas Raka. "Mas dia selalu ingin bercerai darimu kan? kabulkanlah saja Mas keinginannya." Katanya. "Tidak bisa, bagaimana mungkin aku menceraikan Amel! apalagi kini dia mengandung anakku." Dengan lantang Mas Raka menolak keinginan Renata."Lagipula jika aku bercerai, bagaimana dengan orang tuaku." Ujar Mas Raka lagi. Aku berdiri di tempatku bingung harus kembali ke kamar atau mendekat? tapi aku yang harus sarapan, akhirnya berjalan ke arah mereka. Melihat aku yang datang, Mas Raka menatapku lalu bertanya, "Kamu mau sarapan apa?" Nada bicara nya lebih lembut dari sebelumnya, bahkan ini lah kali pertama dia bertanya keinginanku. "Susu." Jawabku lalu berjalan mengambil susu di kulkas. "Amel kamu harus makan makanan yang bergizi, apa perlu aku buatkan saropan?" Hah? di
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Minta Dinikah Secara Agama dan Negara

Mas Daffa tetap bersikeras, dia tidak perduli dengan apapun. Dia bahkan bilang jika rasa cintanya padaku semenjak dulu tetap sama dan tidak pernah berubah. Mendengar itu aku semakin tak enak, aku hanya lah sisa orang tak seharusnya dia memilihku yang bahkan kini statusku masih istri orang. "Jangan pertaruhkan masa depan kamu hanya demi aku." Aku membatin sembari menatapnya. Hari-hari ku aku jalani seperti biasa, hanya saja Renata dan Mas Raka lebih sering cek cok kini, kehamilan ku benar-benar membuat wanita itu cemburu tak jelas sehingga membuat Mas Raka sedikit ilfil padanya. Hingga suatu ketika, saat kami keluar bersama dia meminta suatu hal yang dengan tegas Mas Raka tolak. "Mas aku juga ingin hamil seperti Amel." Mas Raka yang awalnya fokus menyetir, kini menatapnya dengan tajam. Melihat tatapan Mas Raka untuk Renata dari kaca spion membuat aku menghela nafas, feeling tak baik mencuat. Pasti akan ada debat kusir setelah ini. "Tidak mungkin, kita hanya menikah di ba
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Mari Kita Akhiri Pernikahan Ini

"Aku tidak apa-apa Mas," pintaku pada Mas Daffa. "Bagaimana bisa gak papa badan kamu lemes gini." Mas Daffa sangat khawatir. Setibanya di rumah sakit, Mas Daffa segera membawaku ke UGD, dia meminta dokter untuk segera memeriksa keadaanku. "Bagaimana Dok?" Baru saja Dokter selesai memeriksa Mas Daffa sudah bertanya. "Tidak ada hal serius memang ibu hamil itu seperti ini, mangkanya sebagai suami bapak harus memperhatikan istrinya lagi." Ujar Dokter. Dokter mengira Mas Daffa adalah suamiku. Dokter menuliskan resep obat padaku, lalu setelahnya kami keluar dari ruang UGD. "Kan sudah aku bilang Mas kalau aku gak papa." Aku protes pada Mas Daffa yang terlalu berlebihan padaku. "Aku tuh takut Mel kalau terjadi apa-apa sama kamu." Ujarnya. Setelah menebus obat, aku memutuskan untuk pulang dengan memesan taksi online tapi Mas Daffa bersikeras untuk mengantarku. "Aku takut jika terjadi masalah seperti waktu itu." Kataku dengan menatapnya nanar. "Jangan takut Mel,
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Pergi

Di dalam kamar aku kembali meratapi nasibku, bahkan saat hamil aku masih saja mendapatkan perlakuan buruk. Dia selalu menciptakan luka baru, padahal luka lama masih menganga belum terobati.Dituduh berselingkuh padahal rasa setia untuknya masih aku genggam. "Apa salahku Tuhan?!" Aku berteriak sekerasnya. Air mataku seakan tak mau berhenti. Semua perlakuan Mas Raka menari di kepalaku, memunculkan rasa benci yang berusaha aku tekan. Kini untuk apa lagi aku berasa disini, rumah tangga ini bukan milikku. Ini semua milik Renata. Saat bersamaan aku melihat koper yang ada di samping lemari, tiba-tiba muncul keinginan untuk pergi dari sini.Ya sudah waktunya aku meninggalkan neraka ini.Demi orang tuaku aku bertahan namun kali ini aku pasrah, berharap ayah akan baik-baik saja. Tak sanggup aku menahan sakit akan tuduhannya, dia sendiri yang memaksa aku untuk menerima benihnya dan kini dia sendiri yang meragukan benih ini. Entah apa maunya. Kuambil koper itu dan aku mulai memasukkan b
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Kerja Lagi

"Bismillah." Setelah berpamitan pada kedua orang tuaku, aku melangkahkan kaki keluar rumah. Sebenarnya ibuku tidak rela aku bekerja mengingat keadaanku yang tengah hamil tapi bagaimana lagi, aku juga perlu uang untuk biaya pengobatan ayah selain itu aku juga harus mempersiapkan persalinan nanti. Mas Raka tidak mungkin mau bertanggung jawab akan anak ini karena dia telah beranggapan jika janin yang aku kandung adalah milik Mas Daffa. Tiga puluh menit kemudian aku tiba di kantor, setelah cuti cukup lama akhirnya aku kembali, untung waktu itu aku tidak bersikeras resign jadi kini aku bisa bekerja lagi kesini. Teman-temanku menyambut kehadiranku dengan senang, mereka juga mengucapkan selamat atas kehamilanku yang pertama. Orang lain saja turut bahagia ketika tau aku hamil sementara Mas Raka.... Malah sebaliknya. Dia lebih percaya hasutan Renata daripada mempercayai ucapanku. "Amel kamu kerjakan berkas ini ya." Pinta atasanku. "Baik Bu." Segera kukerjakan setumpuk berkas itu.Meli
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Pesan Ibu

"Assalamu'alaikum."Aku mengucap salam kepada ibuku yang tengah duduk di teras, aku segera mencium punggung tangan wanita yang telah melahirkan aku itu. "Siapa yang mengantar kamu Mel?" tanya ibu. "Atasan Amel Bu." Ujarku. Segera aku meletakkan makanan yang tadi Mas Daffa belikan di atas meja. "Kamu beli makanan?" Ibu kembali bertanya. "Dibelikan atasan Amel Bu." Kutatap ibuku dengan tersenyum. Meski aku sudah menjawab pertanyaan ibu tapi beliau masih menunjukkan raut kebingungan. Seolah tak percaya jika aku habis ditraktir atasanku. "Atasan kamu baik sekali." Kalimat itu yang ibu ucapkan. "Jelas baik Bu." Kataku sambil menunjukkan sederet gigi putihku. "Ibu masih ingat Mas Daffa?" Ibuku kembali mengerutkan alisnya, "Siapa Daffa?" tanyanya bingung. "Itu loh Bu, dulu waktu Amel kuliah kan ada cowok yang mengantar Amel pulang dan sama ayah dimarahi habis-habisan." Aku berusaha mengingatkan ibu akan Mas Daffa. "Oh iya." Akhirnya ibu ingat. Kami membincangkan Mas Daffa,
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Mulai Saat ini Dia adalah Anakku!

Mas Daffa juga terkejut melihat siapa yang datang. Tangannya terlihat mengepal begitu pula dengan rahangnya yang sekarang mulai mengeras. "Ada urusan apa kamu kemari!" Tanya Mas Daffa sinis. Mas Raka menyeringai, "Yang jelas bukan untuk mengencani istri orang!" Terdengar jelas jika Mas Raka tengah menyindir Mas Daffa, aku juga ikut sakit hati atas ucapannya. Sekali lagi dia merendahkan aku dan menuduhku berkencan dengan Mas Daffa. "Jangan buat masalah, kami disini menunggu klien bukan berkencan!" Kataku lantang. Usai berkata demikian aku justru mematung, menunggu klien? apa jangan-jangn Mas Raka adalah klien kami? Kulempar tatapan ke arah Mas Daffa, jika dilihat dari raut wajahnya dia sepertinya sama sepertiku menyadari jika klien kami adalah Mas Raka. Tak selang lama, seorang datang dia langsung tersenyum. "Pak Daffa." Dia memanggil Mas Daffa. Mas Daffa yang kenal langsung merubah mimik wajahnya, dia tersenyum lalu menjabat orang tersebut. "Pak Roni." Kata Mas Daffa. M
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Menjemput

Aku melongo menatap Mas Daffa, bagaimana mungkin dia mengklaim benih ini miliknya hanya karena ucapan Mas Raka tadi.Sungguh tidak baik membebankan sebuah tanggung jawab pada orang luar. "Tidak perlu seperti itu Mas." Kataku kemudian."Perlu Amel." Sahutnya.Entahlah aku bingung sendiri memikirkan Mas Raka dan Mas Daffa, tak tau harus berkata apa aku melemparkan tatapan keluar jendela.Daripada bingung, lebih baik aku ikuti alur dari sang Pencipta. Pasti ada hikmah atas semua yang telah terjadi.Mobil Mas Daffa melaju jauh menuju jalan tol arah luar kota, entah kemana lagi dia akan pergi?"Mas kita mau kemana?" tanyaku."Pantai, aku akan menunjukkan kamu sunset terindah." Jawabnya.Satu jam kemudian mobil Mas Daffa memasuki kawasan pantai, memang apa yang dia ucapkan benar adanya.Pantai ini masih asri, jalan menuju ke pantai ini juga masih jalan setapak sehingga mobil di parkir jauh dari bibir pantai."Pantainya bagus ya Mas," kataku dengan mata yang berbinar melihat hamparan laut d
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status