Lahat ng Kabanata ng Istri Yang Menanti Sentuhanmu : Kabanata 21 - Kabanata 30

147 Kabanata

Di Rumah Mertua

Aku dan Mas Raka saling pandang, bagaimana bisa hamil malam pertama saja baru terjadi beberapa waktu yang lalu itu saja aku diroda paksa oleh anaknya. "Akan kami upayakan secepatnya Ma." Ujar Mas Raka. Sungguh tak paham dengan pemikiran Mas Raka yang tega mengkhianati kepercayaan kedua orang tuanya. Jika suatu saat mereka tahu borok pernikahan kami bagaimana? bukankah mereka akan sakit dan kecewa? jika sudah seperti itu apakah dia masih disebut anak berbakti? Seandainya sudah cukup denganku dan pernikahan kami, pasti Mama dan Papanya akan segera menimang cucu. Ah sudahlah, mungkin sudah begini jalannya, biarlah dia pikir sendiri jika suatu saat kebohongannya terungkap lagipula aku disini hanyalah korban dari keegoisan Mas Raka dan Renata. Lama tak berkunjung ke rumah, Mama Mas Raka meminta kami untuk menginap. Gelengan keras sontak kutunjukkan begitu pula dengan Mas Raka. "Tidak bisa Ma," ujar Mas Raka dengan menatap mamanya. "Mas Raka ada urusan Ma." Aku turut menimp
last updateHuling Na-update : 2025-01-21
Magbasa pa

Siapa Yang Mengantar Kamu?

Sore itu aku memutuskan keluar dari kamar Mas Raka, aku segera bergabung dengan mertuaku yang kini duduk di halaman belakang. "Amel, Raka mana?" tanya Mama sambil memutar netra ke belakangku. "Mas Raka ada urusan Ma," jawabku sambil tersenyum. Raut Mama Mas Raka berubah, kutemukan kekesalan disana. Mama Mas Raka meminta aku untuk sabar menghadapi sikap Mas Raka, menurut Mama Mas Raka, anaknya agak sedikit gila kerja. Aku hanya mengangguk paham walaupun hatiku menolak mentah-mentah asusmsi Mama. Dia bukan gila kerja melainkan gila wanita. Di rumah orang tua Mas Raka, aku benar-benar tenang, diperlakukan seperti anak sendiri begitu menyenangkan. Untung aku tadi tidak ikut pulang coba saja jika aku ikut pasti saat ini kekesalan menghantam ku karena perlakuan Renata. Malam itu saat kami makan, Mama Mas Raka masih mencari keberadaan anaknya, tanpa Mama tahu Mas Raka tidak mungkin kembali kesini. "Urusan apa hingga malam begini tidak kembali?" Mama terlihat kesal.
last updateHuling Na-update : 2025-01-21
Magbasa pa

Teman Apa Gebetan?

"Teman." Jawabku singkat lalu menutup pintu kembali. Renata menatapku dengan tatapan menyelidik, seolah tak percaya dengan apa yang aku katakan.Tapi....Aku masa bodoh dengan tatapan maupun apa yang dia pikirkan.Di dalam kamar aku segera menikmati empuknya kasur, kenyamanan kasur justru membuatku tertidur padahal belum membersihkan diri. Aku pikir kejadian semalam sudah selesai namun sepertinya Renata memperpanjang masalah tersebut dengan mengadukannya kepada Mas Raka. Alhasil ketika aku sedang memasak, Mas Raka kembali bertanya hal yang sama. "Semalam siapa yang mengantar kamu pulang?" Pertanyaanya cukup membuat aku terkejut, bahkan aku yang sedang memasak sontak membalikkan badan sambil membawa sutil. "Teman." Aku menjawab pertanyaannya dengan singkat. "Teman siapa?" Mas Raka bertanya lagi. Aku yang tengah menggoreng ayam meletakkan sutilku dengan kesal. Pagi-pagi kenapa membuat moodku buruk. "Meskipun aku memberitahu namanya kamu juga nggak akan tau." Jawabku dingi
last updateHuling Na-update : 2025-01-22
Magbasa pa

Marah

"Teman atau gebetan apa pedulimu Mas?" Meski aku takut dan nyali menciut kutatap tajam matanya. "Kamu ini gimana sih Amel, jelas peduli! kamu tuh seorang istri!" Renata turut menyalakan aku. Melihat mereka mengeroyokku aku tak gentar, walaupun kakiku rasanya mau ambruk. "Tapi aku tidak merasa jika aku seorang istri." Kutatap Renata tajam-tajam lalu kulempar tatapanku ke Mas Raka. "Kamu tidak pernah menganggap aku istri kan?" Ingatan akan perlakuan Mas Raka datang kembali mengoyak hatiku yang sakit. Mulai aku diabaikan, dimarahi, dibentak, dipoligami dan puncaknya dipaksa melayani nafsu bejadnya, semua hal itu ramai di otakku. "Kamu itu salah! ditegur malah bicara yang nggak-nggak!" Gigi Mas merapat, rahangnya pun mengeras. Biasanya aku sangat ketakutan melihatnya begini namun kali ini rasa takutku entah kabur kemana hanya menyisakan keberanian. Aku tertawa sambil menggelengkan kepala, "Jika menurut kamu diantar pulang teman itu sebuah kesalahan lalu apa tindakan ka
last updateHuling Na-update : 2025-01-22
Magbasa pa

Mas Raka dan Mas Daffa Beradu Mulut

Mas Raka menyeringai menatapku, "Jangan GR kamu! siapa yang menunggumu, siapa juga yang cemburu!" Aku tersenyum lalu berucap, "Syukurlah." Tak ingin mendebat lagi, aku memutuskan naik ke kamarku. Di kamar aku tertawa jika ingat ucapkanku tadi, mana mungkin dia menunggu atau cemburu padaku, dia tidak mungkin peduli padaku karena yang diperdulikan nya hanya lah Renata. Hidup seatap dengan madu serta suami yang tak peduli cukup membuat hatiku lelah, bahkan jika aku ingat kembali perlakuan mereka hatiku ingin menjerit sekerasnya, ingin ku langkahkan kaki pergi tapi masih ada orang tua yang harus kupikir. Kuhapus air mataku, aku tak boleh kalah dengan keadaan, aku harus kuat, aku yakin di akhir sana ada hal yang indah menanti. Pagi itu seperti biasa kami bertatap muka di ruang makan, lagi-lagi mereka mencari gara-gara denganku. "Amel mulai hari ini biar Renata yang memegang uang belanja." Ujar Mas Raka. "Mana bisa seperti itu, bukankah setiap bulan kamu pasti memberikan gaji kamu
last updateHuling Na-update : 2025-01-23
Magbasa pa

Bercerailah!

Raut wajah Mas Daffa berubah, dia menatap aku sayu. "Kenapa kamu nggak bilang kalau kamu sudah menikah Mel?" Suaranya begitu lemah, terdengar jika dia sangat kecewa. "Maafkan aku Mas," kutatap lekat pria itu. Kini tatapan Mas Raka mengarah padaku, cara dia menatapku sangat terlihat jika dia sangat marah. "Jadi kamu menyembunyikan statusmu padanya! ada apa?" Dia membentakku. Dimarahi di depan Mas Daffa membuatku tak berkutik, apalagi raut Mas Daffa membuat aku merasa bersalah. "Tidak ada apa-apa." Cicit ku pelan. Mas Raka menarik tubuhku dengan kasar lalu dia merangkulku di depan Mas Daffa. "Sudah jelas jika wanita yang kamu cari ini sudah menikah, jadi sekarang pergilah!" Kekesalan ku memuncak, sekuat tenaga aku berusaha melepas tangannya. "Lepas!" Tau aku berusaha melepas tangannya, Mas Raka semakin erat memegang bahuku sehingga aku kesakitan sendiri. Sementara Mas Daffa berusaha bicara, "Jangan berlaku kasar pada wanita lihatlah Amel kesakitan." "Kamu tidak ada
last updateHuling Na-update : 2025-01-23
Magbasa pa

Berkelahi

Tatapanku terlempar begitu saja, setelah kalimat dari Mas Daffa mencuat. Apa maksudnya? apakah dia akan menanggung semua biaya pengobatan ayah? tidak, itu bukan tanggung jawabnya. "Aku pasti pergi dari hidup suamiku itu tapi untuk biaya ayah aku tidak mungkin membebankannya padamu Mas." Ujarku dengan tegas. Seraut wajah kecewa kembali kudapati, dan sesaat kemudian senyumannya kulihat. "Baiklah Amel tapi janji kalau ada apa-apa atau bahkan kamu perlu sesuatu jangan sungkan." Ucapnya. Anggukan kutunjukkan meski aku tidak mungkin membagi permasalahanku dengannya. Jam istirahat telah usai, kami berdua memutuskan untuk segera kembali. Sore itu setelah pulang kantor, aku janjian dengan Ira di suatu kafe, niat awalnya aku ingin naik taksi online namun lagi-lagi mobil Mas Daffa yang berhenti di depanku. "Amel masuk." Titahnya. Aku mengerutkan alis, "Mas aku sudah memesan taksi online. " Tinggal batalkan lalu bayar ganti rugi." Ujar pria itu. Kakiku melangkah masuk
last updateHuling Na-update : 2025-01-24
Magbasa pa

Hamil

"Aku sangat pusing Mas." Ucapku lirih. Setelah berucap demikian, aku memejamkan mata. Tak tahu apa yang terjadi selanjutnya, tau-tau saat membuka mata kulihat seorang dokter memeriksaku. "Aku kenapa?" Cicitku. Dokter itu tersenyum lalu melepas stetoskopnya. "Anda tadi pingsan." Tak jauh dari Dokter aku melihat Mas Daffa, pria itu menunjukkan ekspresi sedihnya, sedangkan Mas Raka duduk di sofa bersama Renata. "Dia kenapa Dok?" tanya Mas Daffa panik. "Tidak ada hal yang serius Pak Daffa, pasien hanya syok saja." Dokter itu lalu menulis sebuah resep. Kini Mas Daffa duduk di sisiku, "Apa masih pusing?" tanya atasanku itu. Aku mengangguk, "Terima kasih Mas." Dia tersenyum menatapku, "Sama-sama Amel, kamu cepat sembuh ya." Ujar pria manis itu. Mas Raka bangkit kemudian dia mendekat, "Apa yang kamu rasakan?" Suara dingin Mas Raka mencuat "Pusing." Jawabku singkat. Kini tatapan Mas Raka beralih ke Mas Daffa, "Sesuai janjimu, sekarang pergilah!" Ujar Mas Raka. "Iya!
last updateHuling Na-update : 2025-01-24
Magbasa pa

Muntah

Wajah Renata menunjukkan kekesalan, lalu dia pergi begitu saja. "Dasar aneh." Kunaikkan kedua pundakku merasa bodoh dengan Renata. Setelah siap aku turun ke bawah, ketika menunggu taksi Mas Raka keluar memanasi mobilnya karena dia juga bersiap ke kantor. "Lebih baik kamu istirahat dulu." Katanya. "Semalam sudah cukup istirahatnya." Sahutku. Taksi yang aku pesan sudah datang tanpa berkata apa-apa aku meninggalkan Mas Raka. Sesampainya di kantor, aku membuka komputer. Sumpek nya pikiranku sengaja aku alihkan dengan pekerjaan. Tak terasa jam makan siang telah datang, aku inisiatif pergi ke ruangan Mas Daffa untuk meminta maaf. Di depan ruangan Direktur Utama aku berdiri, menyiapkan kata yang akan kulontarkan pada atasanku itu. Tok, tok Aku mengetuk pintu, cukup lama tapi pintu itu tak terbuka. Helaan nafas ku hembuskan, mungkin Mas Daffa ada dinas luar atau mungkin tak masuk. "Sudahlah." ucapku lalu membalikkan badan. Baru saja hendak berjalan pergi kudengar pi
last updateHuling Na-update : 2025-01-25
Magbasa pa

Masih Saja

Kucoba menahan rasa mualku namun kelihatannya bau masakan Renata benar-benar membuat aku tak tahan. Aku berlari menuju toilet lalu setelahnya cairan yang ada di dalam perutku keluar. "Amel kamu kenapa?" Suaranya mengagetkan aku. "Dah tau jika aku muntah kenapa bertanya," Kujawab pertanyaannya kesal. Huek... Aku kembali muntah. Aku yang terus muntah tidak bisa mengusirnya meskipun keberadaannya tidak aku inginkan. Di rasa muntahnya sudah berhenti, aku membasuh muka, dan berdiri bersandar di dinding. Sementara Mas Raka terus menatapku. "Kamu ngapain terus disitu Mas!" Ujarku lirih tapi terdengar ketus. "Keluarlah Mas dan tolong singkirkan makanan Renata!" Pintaku kemudian. Mau nggak mau aku harus meminta bantuan nya untuk menyingkirkan penyebab aku mual dan muntah. "Kenapa memangnya?" tanya Mas Raka heran. Entah kenapa pria ini jadi bodoh, sudah tahu aku mual masih saja bertanya. "Aku mual." Jawabku. Untung dia kali ini menurut dan segera menyingkirkan makana
last updateHuling Na-update : 2025-01-25
Magbasa pa
PREV
123456
...
15
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status