Pikiranku benar-benar kacau, aku butuh seseorang menemaniku. Aku berusaha menghubungi Ira tapi sahabatku itu justru tak bisa ketika aku benar-benar memerlukan kehadirannya. Ingin sekali pulang ke rumah dan memeluk ibuku tapi... Kesedihanku akan menambah pikirkan ayah sementara dokter melarang ayah banyak pikiran. Alhasil aku meringkuk di kamar sendiri, menangis dalam diam. "Kuat Amel, kuat." Aku mencoba menyemangati diriku sendiri namun semangat itu tak berpengaruh apapun, aku tetap saja terpuruk dalam sakit. Membuka mata sakit, memejamkan mata tak bisa sungguh sesak sekali dadaku. Saat dalam kefristasian, Mas Daffa mengirim pesan padaku. Basa-basinya ku tanggapi serius, hingga kami mengobrol lewat pesan singkat. Tak peduli malam sudah larut, aku terus saja membalas pesannya tanpa mau berniat menghentikannya. Keesokan harinya, aku pergi ke rumah orang tuaku, namun sebelum kesana aku membuatkan ayah dan ibuku kue terlebih dahulu. Kuletakkan kue ibu di kardus kecil, bia
Last Updated : 2025-01-16 Read more