Share

Menenangkan Diri

Penulis: CitraAurora
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-14 19:58:39
Sambil menangis ku punguti bajuku satu persatu, Rasanya benar-benar sakit. Dengan menahan sakit di bagian sensitifku aku pergi ke kamar mandi.

Kuguyur tubuhku dengan air, kugosok bagian tubuh yang terjamah olehnya dengan sabun. Berharap aroma percintaan tadi menghilang namun sayang ingatan di kepala sampai kapanpun tak akan pernah menghilang.

"Raka!!! kamu sungguh biadab."

Di bawah guyuran air yang mengalir, aku menangis histeris, kenapa dia sangat kejam padaku. Aku ini adalah pasangannya bukan musuh yang tak sepatutnya dibenci.

Serangkaian penyesalan kini berdatangan menghampiriku, aku menyesal telah menerima perjodohan setahun lalu, aku menyesal membuat hidupku dan hidupnya terikat. Aku menyesal, sungguh aku menyesal telah mencintainya.

Cinta yang kurawat selama setahun kini musnah sudah, hanya menyisakan luka dan rasa benci yang teramat sangat.

Puas menangis, aku segera membersihkan diri lalu keluar.

Kutatap ranjang dinginku yang kini sudah ternoda dengan perbuata
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Ade Virlita
malaikat tak bersayap datang tuh,hehe
goodnovel comment avatar
Mega
sama Daffa saja
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
sedih ......... betah banget Mel d perlakukan seperti itu...pergi donk. siapa dia???semoga malaikat penolong nya amel
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Pikiranku Sedikit Ringan

    Buru-buru kuusap air mataku dengan tangan, lalu tersenyum padanya. Rasanya sungguh malu lama tak bertemu dan sekalinya bertemu aku malah dalam keadaan seperti ini. Pria itu juga menatapku sambil berekspresi heran. "Kamu menangis?" Aku menggeleng pelan, "Tidak, mataku kelilipan." Jawabku berbohong sambil pura-pura mengucek mata. Dia hanya tersenyum tipis, entah Mas Daffa percaya atau tidak namun yang jelas aku tidak bisa mengaku akan apa yang terjadi padanya. Mas Daffa adalah seniorku dulu di kampus, dia selalu perhatian padaku bahkan beberapa kali mengungkap perasaannya tapi karena dulu aku dilarang pacaran oleh ayah akhirnya aku selalu menolak cintanya. Meskipun aku selalu menolak cintanya tapi tak membuatnya menyerah, aku sampai heran melihat sikapnya, bagaimana bisa dia begitu gigih. Kami tak lagi bertemu setelah dia lulus kuliah, karena dia harus melanjutkan kuliah S2 diluar negeri. Namun siapa sangka malam ini kami dipertemukan kembali. "Kamu ngapain disini Ma

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Aku Benci Diabaikan

    "Memangnya apa yang aku lakukan?" Dengan ekspresi heran aku menatap Mas Raka. "Kamu mendorong Renata sampai jatuh! masih bilang apa yang kamu lakukan?!" Teriakan Mas Arga menggema membuat aku sedikit menjauh. Kutatap mereka bergantian, sambil menggelengkan kepala, sementara Mas Raka membantu Renata bangun. "Mana yang sakit?" Tanyanya dengan begitu lembut. "Tidak ada Mas." Jawab Renata dengan senyuman manisnya. Melihat drama mereka aku hanya bisa berdecak kesal. "Lebay" cicit ku kesal. Kini tatapan mereka terlempar padaku, ucapanku agaknya mengundang emosi mereka. "Kenapa sih kamu selalu mengganggu Renata?" Suara Mas Raka kembali mencuat. Masih bergeming kutatap dia dengan sinis, "Tanyakan padanya apa yang terjadi!" Renata yang tadi diam kini kembali bersuara, "Sudah Mas, nggak usah diperpanjang, bukankah aku tidak apa-apa." Suara Renata begitu lembut sehingga mampu menarik iba Mas Raka. "Dia sudah keterlaluan Sayang." Ujar Mas Raka. Tatapan Mas Raka kini kem

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kenapa Aku yang Menjadi Peran Antagonisnya

    Aku melepas tanganku dengan kasar lalu bergegas naik ke atas. Hidupku benar-benar seperti di dalam neraka, setiap hari bertemu dengan madu yang suka drama dan suami tak mau salah. Bolehkan aku menulis sedikit kebahagian di kisah ini Tuhan? Aku mengusap rambutku frustasi hanya berharap semua berakhir indah. Lelah memikirkan semuanya aku memutuskan untuk tidur kembali. Pagi itu aku yang malas berdrama dengan Mas Raka maupun Renata memutuskan untuk tidak keluar kamar. Lagipula Renata bersikeras menjadi Nyonya di rumah ini. Setelah Mas Raka berangkat baru aku keluar untuk sarapan. Mungkin lebih baik seperti ini, mengatur jam keluar kamar sehingga bisa memininalis bertatap muka dengan mereka. Baru saja senang karena rumah sepi, tiba-tiba suara Renata terdengar. "Enak sekali kamu Amel, bangun siang turun-turun langsung sarapan." Sindir Renata dari arah belakang. Aku memutar wajah malas, kukira wanita ini berada di kamar tak taunya masih di lantai bawah. "Hmmmm." Mala

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Interview

    Pikiranku benar-benar kacau, aku butuh seseorang menemaniku. Aku berusaha menghubungi Ira tapi sahabatku itu justru tak bisa ketika aku benar-benar memerlukan kehadirannya. Ingin sekali pulang ke rumah dan memeluk ibuku tapi... Kesedihanku akan menambah pikirkan ayah sementara dokter melarang ayah banyak pikiran. Alhasil aku meringkuk di kamar sendiri, menangis dalam diam. "Kuat Amel, kuat." Aku mencoba menyemangati diriku sendiri namun semangat itu tak berpengaruh apapun, aku tetap saja terpuruk dalam sakit. Membuka mata sakit, memejamkan mata tak bisa sungguh sesak sekali dadaku. Saat dalam kefristasian, Mas Daffa mengirim pesan padaku. Basa-basinya ku tanggapi serius, hingga kami mengobrol lewat pesan singkat. Tak peduli malam sudah larut, aku terus saja membalas pesannya tanpa mau berniat menghentikannya. Keesokan harinya, aku pergi ke rumah orang tuaku, namun sebelum kesana aku membuatkan ayah dan ibuku kue terlebih dahulu. Kuletakkan kue ibu di kardus kecil, bia

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Amel Yang Dulu telah Mati

    "Tidak! aku akan tetap bekerja!" Dengan suara lantang ku bantah perintahnya. "Kamu pintar membantah sekarang." Tatapan dinginnya mencuat. Jujur melihatnya menatapku seperti itu aku sedikit kikuk, tapi aku harus tetap bekerja karena aku tidak tahu kedepannya bagaimana. Setidaknya jika aku bekerja aku akan baik-baik saja apalagi setelah pernikahan ini boroknya tak lagi bisa kututupi. "Aku belajar darimu." Ujarku dingin. Sudahlah sebelum pembahasan kemana-mana yang bisa merusak mood, aku memutuskan bangkit dan berangkat. Mas Raka terus menahanku tapi aku tak akan berpengaruh. Selama ini aku hanya diam menerima perlakukan buruknya dan kali ini aku akan melawan. Aku terus berjalan ke depan meski ancaman terus Mas Raka kumandangkan. Tapi....Baru saja keluar rumah, aku baru ingat jika bekalku ketinggalan. Alhasil aku harus kembali lagi. Melihatku kembali membuat Mas Raka sedikit tersenyum sinis, "Kembali juga." Ucapannya cukup bisa kuartikan, dia mungkin mengira jika aku m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Apa Sih Mau Kamu

    Tak terasa taksi yang membawa aku sudah berhenti di depan lobi, aku buru-buru keluar dan bergegas masuk. Netraku terus menatap alat penunjuk waktu di pergelangan tangan, mengabaikan peringatan lantai licin. "Aaaa." Alhasil kakiku tergelincir. Teriakan keluar dari mulutku begitu saja, mengabaikan jika kini aku ada di kantor. Aku pasrah jika harus jatuh namun ternyata sebuah tangan menangkapku. "Mas Daffa." Sungguh pria ini selalu ada, bahkan saat aku terjatuh dia datang untukku. Sejenak aku terpaku menatapnya melupakan keberadaanku yang mungkin saat ini aku menjadi pusat perhatian banyak staff. Semakin aku menatapnya aku semakin terbuai dalam lamunan hingga suaranya membuyarkan semua. "Hati-hati Mel." Aku tersentak kaget, lalu buru-buru melepaskan tangannya. "Maaf Mas aku tadi tergesa-gesa sehingga mengabaikan adanya peringatan lantai licin. Dia tersenyum lalu kulihat netranya memutar melihat beberapa staff yang asik menyaksikan adegan kami. "Apa yang kalian lihat,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Andaikan Mereka Tahu

    Waktu berjalan dengan cepat tak terasa sudah seminggu berlalu. Sore itu aku kembali diantar oleh Mas Daffa, meskipun aku berkali-kali menolaknya tapi dia tetap bersikeras akan niatnya. Seperti biasa di dalam mobil kami menceritakan pekerjaan kami masing-masing di sela-sela obrolan kami Mas Daffa selalu berhasil membuat aku tertawa karena candaannya. Kehadiran Mas Daffa benar-benar membuat aku lupa jika aku adalah seorang istri. Dia mengembalikan kecerian di wajahku. Menghapus segala kesedihan yang kurasakan. Tak terasa mobil Mas Daffa telah sampai di depan rumah, aku pun segera turun. Ku lambaikan tanganku, ketika dia membuka kaca mobilnya, "Hati-hati Mas." Dia tersenyum dan berlalu. Tak kusangka dari arah berlawanan munculah mobil Mas Raka. Hatiku mencelos, apa dia melihat aku diantar Mas Daffa? Rasa gugup sedikit menguasaiku namun aku segera menghalaunya, lagipula bukankah dia tak peduli padaku? Kini mobil Suami ku telah memasuki Carport, seolah bukan siapa-siapa ak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Di Rumah Mertua

    Aku sungguh tak paham dengan pemikiran Mas Raka yang tega mengkhianati kepercayaan kedua orang tuanya. Jika suatu saat mereka tahu borok pernikahan kami bagaimana? bukankah mereka akan sakit dan kecewa? jika sudah seperti itu apakah dia masih disebut anak berbakti? Seandainya sudah cukup denganku dan pernikahan kami, pasti Mama dan Papanya akan segera menimang cucu. Ah sudahlah, mungkin sudah begini jalannya, biarlah dia pikir sendiri jika suatu saat kebohongannya terungkap lagipula aku disini hanyalah korban keegoisan Mas Raka dan Renata. Lama tak berkunjung ke rumah, Mama Mas Raka meminta kami untuk menginap. Gelengan keras sontak kutunjukkan begitu pula dengan Mas Raka. "Tidak bisa Ma," ujar Mas Raka dengan menatap mamanya. "Mas Raka ada urusan Ma." Aku turut menimpali.Mama dan Papanya ternyata tidak peduli akan alasan yang aku kemukakan, mereka tetap bersikeras meminta kami menginap. Raut wajah kebingungan tergembar jelas di wajah Mas Raka, pasti dia memikirkan Renata.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21

Bab terbaru

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Apa ini Karma Renata?

    Renata mengamuk? apa ini karena talak dari Mas Raka waktu itu? Aku mengangguk tanpa protes seperti biasanya. Sesampainya di rumah Renata, terlihat beberapa security di depan. "Ada apa Pak?" tanya Mas Raka. "Mohon maaf, istri Pak Raka terus berteriak dan mengamuk." Jawab security. Menurut kesaksian, Renata terus berteriak sudah semingguan yang lalu, para tetangga mengira mungkin karena pertengkaran dalam rumah tangga namun tadi setelah ada yang mencoba mengecek Renata justru mengamuk. Aku merinding mendengar ucapan mereka, ada rasa takut di hatiku. Lalu aku dan Mas Raka masuk ke dalam. Sungguh aku tak sampai hati melihatnya yang diikat dengan mulut yang dilakban. Ada apa dengannya? Aku dan Mas Raka mendekati Renata, wanita itu berontak seolah ingin mengucapkan sesuatu pada kami. "Renata tenanglah!" Pinta Mas Raka dengan tatapan sendunya. Renata menangis saat Mas Raka mengelus rambutnya. Aku pun ikut menangis, Mas Raka..... Lihatlah kelakuanmu yang telah membuatnya

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Renata Mengamuk

    Lupakan yang sudah-sudah? tentu tidak. Luka ini tidak bisa hilang begitu saja. Aku sungguh ingin pergi dari Mas Raka, tapi entah mengapa ada saja yang menarikku untuk dekat dengannya kembali. Orang tuaku, anak ini dan kini orang tuanya, kenapa mereka seolah ingin aku terus berada di sisi Mas Raka? Tuhan, apa kesakitanku ini adalah hal yang lumrah dirasakan seorang wanita sehingga untuk lepas dari sakit rasanya begitu sulit?Apakah benar tali takdir yang sudah terikat akan sulit dilepas? Pada akhirnya aku mengalah, mengikuti kemauan mama mertua untuk pulang bersama mereka. Di dalam mobil, aku terus diam. Pikiranku kacau tak menentu, dadaku rasanya sesak tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Sementara itu Mas Raka dia mencoba berbicara padaku. "Amel aku mohon jangan seperti ini." Dia mengiba sambil fokus menyetir. "Lalu bagaimana maumu?" tanyaku tanpa menatapnya."Bicaralah jangan diam saja." Dia meminta aku untuk bicara tapi apa yang akan aku bicarakan dengannya? Anggukan aku tu

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Jatuh Talak

    Mas Raka melemparkan tatapan sendu ke mamanya, dia seperti kebingungan. Lalu dia menatap Renata yang juga menangis menatapnya. "Jangan Mas, kita sudah menikah. Aku lah yang kamu cintai bukan Amel!" pinta Renata. "Kamu sudah janji sama mendiang orang tuaku untuk selalu menjagaku." Dia menambahkan lagi. Melihatnya seperti ini aku tak tega meski dia sering menyakiti aku tapi tetap saja hati ini tak tega. Mungkin inilah harga yang harus Renata terima. Dulu sudah jelas kedua orang tua Mas Raka menolaknya namun dia tetap saja mau mendampingi Mas Raka walaupun dia hanya dijadikan istri simpanan. "Raka kalau kamu nekat bersamanya maka jangan anggap kami orang tua kamu lagi!" Ancam sang Papa. Beginilah kalau orang menyembunyikan bangkai, dan ketika kebusukannya terungkap bukan hanya dia yang tersakiti, orang di sekitarnya pun turut ikut merasakan imbasnya. "Pa, Ma jangan begitu. Biarlah mereka bahagia, Amel sudah ikhlas akan takdir Amel. Semua akan sama meski Amel nantinya buka

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Terbongkar

    Mataku membola, ada apa? Sungguh hatiku menjadi tak karuan. "Baik Ma, Amel akan kesana." Aku pun memutuskan untuk kesana. "Ada apa Mel?" tanya Mas Daffa yang menunjukkan ekspresi khawatir. "Entah Mas Mertuaku menangis beliau meminta aku untuk pulang." Jawabku dengan menatapnya Mas Daffa terlihat menghela nafas, "Ada saja mereka," ujarnya kesal. Aku mengangguk, "Iya Mas." Aku meminta Mas Daffa untuk menepikan mobilnya, karena aku harus segera pergi ke rumah Mas Raka. "Aku akan mengantarmu Mel." Mas Daffa ternyata yang akan mengantarku ke rumah Mas Raka. Sungguh aku tak enak diantar olehnya tapi dia sendiri yang memaksaku agar mau diantar. "Kamu hati-hati ya Mel, hubungi aku jika ada apa-apa." Pesan Mas Daffa. Tak selang lama kami telah tiba di rumah Mas Raka, terlihat mobil Mertuaku dan mobil Mas Raka berjejer di carport. "Aku turun ya Mas, Terima kasih udah mau ngantar aku." Kutatap wajah Mas Daffa dengan senyuman. Setelah mengucapkan terima kasih

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mas Daffa suami halu para staff

    Mata Mas Raka membola, dia terlihat sangat syok mendengar penuturan ibu. "Maafkan Raka Bu." Ucapnya sambil menatap ibu nanar. "Sudah lama ibu menahan ini, hati ibu sakit melihat anak ibu diperlakukan buruk oleh kamu!" Maki ibu. Air mata ibuku mengalir, ibu mana yang rela melihat anaknya disakiti. "Tau begini dulu ibu tidak akan menerima lamaran kedua orang tua kamu!" Ibu meluapkan unek-uneknya, aku tak menyangka ibu akan emosi begini padahal selama ini ibu sangat tenang. Melihat ibu yang terisak aku pun turut menangis. "Sudah Bu, Amel mohon ibu jangan menangis. Ayah nanti bangun." Aku memohon pada ibuku untuk mengakhiri tangisannya, aku tidak mau masalahku menjadi beban untuk orang tuaku. Kini tatapanku tertuju pada Mas Raka, kuminta dia untuk pulang daripada kehadirannya disini membuat masalah. "Pulanglah!" kataku dengan menatapnya tajam. "Baik, maafkan aku Amel, ibu." Mas Raka lalu melangkahkan kaki pergi. Hari sudah malam, kuminta ibuku untuk istirahat, aku juga me

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Bukankah Kamu Juga Sama

    Senyuman ketir kutunjukkan, lalu aku bertanya seolah tak tahu apa maksud dari kata takut. "Takut kenapa Mas?" "Takut tak bisa memilikimu," jawabnya. Ku lempar tatapan nanar ke depan. Mas Daffa kamu sangat tampan, baik, jabatan tinggi pasti banyak wanita diluar sana yang mengejarmu, please jangan pertaruhkan masa depanmu hanya untuk aku yang bahkan statusku adalah istri orang. Saat aku perang dengan pikiranku, tangan Mas Daffa menyusup masuk dan memelukku dari belakang. Aku yang begitu syok mematung tanpa bisa menolak maupun menerima pelukannya. "Ijinkan aku menjadi penjagamu Amel." Bisiknya. Pelukannya semakin erat, Direktur utama itu bak ular piton yang hendak meremukkan mangsa. 'Mas jangan lakukan ini' Hatiku menjerit, memohon padanya agar melepaskan pelukannya namun tubuhku masih terkunci. Akhirnya dia melepaskan pelukannya juga, dan saat itu pula tubuhku kembali normal. Jam istirahat telah habis, aku dan Mas Daffa berjalan turun. Kami berpisah di lift lebih tepat

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Aku Takut Kamu Kembali Padanya Mel

    Aku membisu, seandainya kata-kata itu terucap beberapa bulan yang lalu mungkin akan aku pikirkan lagi niatan untuk berpisah namun sayang kata indah ini dia ucapkan ketika niatku sudah bulat. Meskipun aku adalah rumah baginya tapi dia bukanlah nahkoda di kapalku, aku bisa mendayung perahuku sendiri tanpa harus melibatkannya. "Terkadang tempat singgah juga lebih nyaman daripada rumah Mas." Ucapku lirih. "Tidak Amel." Sanggahnya. "Buktinya kamu dulu begitu mengagungkan tempat singgahmu itu!" Seusia kalimat itu kuucap, kami berdua saling diam. Tatapanku ke depan menatap sederet mobil yang sedari tadi tetap di tempatnya. Entah sampai kapan macet ini akan terurai sehingga aku lebih cepat lepas dari pria ini. Hingga satu jam berlalu namun mobil di depan tidak bergerak sedikit pun. Apa sebenarnya yang menyebabkan macet panjang ini? Aku mulai bertanya-tanya. Diriku yang lelah memutuskan untuk memejamkan mata, lebih baik aku tidur daripada diajak Mas Raka ngobrol yang tidak-t

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Rumahku Adalah Kamu

    Penolakan tegas terdengar dari mulut Renata, jelas dia tidak mau pulang naik taksi. "Aku nggak mau Mas!" Aku tersenyum sinis, "Tuh istri kamu tidak mau." Aku dan Ira bersiap berjalan tapi tangan Mas Raka menarik tanganku. "Tunggu Amel." Mas Raka meminta aku untuk menunggunya, lalu dia memberi Renata uang. "Jangan protes mengertilah Amel sedang hamil!" Katanya. Renata menerima uang itu dengan mata berkata, kutahu dia saat ini pasti kecewa dengan keputusan suami tercintanya ini. Sementara aku harus menerima konsekuensi atas ucapanku, seandainya aku tadi tidak menggertaknya mungkin saat ini aku pulang bersama Ira. Di mobil kami sekarang, kutatap kesal pria yang masih berstatus suamiku ini. "Mel bagaimana anak kita? apa dia terus menendang?" Dia membuka pembicaraan. "Iya." Kujawab singkat pertanyaannya. "Tidak bisakah kita tinggal bersama lagi Mel?" Pertanyaannya mengundang emosiku, segera ku lempar tatapan tajam ku padanya. "Aku sudah sangat senang bis

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Dasar Keong Racun!

    Sungguh kenapa jadi begini? kenapa mereka seperti anak ABG? apa mereka tidak sadar jika mereka ini adalah petinggi perusahaan besar? Usai makan aku kembali ke kantor tanpa memperdulikan mereka lalu aku mulai bekerja kembali. Sepulang dari kantor aku langsung pulang, aku tak menghiraukan pesan masuk yang memberi tawaran pulang bersama ataupun tawaran jemputan. Di rumah aku mengurung diri di kamar, sikap Mas Raka dan Mas Daffa mengusik pikiranku. Ibu sesekali datang ke kamar untuk mengecek keadaanku. "Amel baik-baik saja Bu." kataku sambil tersenyum manis. Ibu mengangguk lalu keluar dari kamarku. Tak selang lama sebuah sebuah pesan singkat aku terima. "Ira." Gumamku. Ternyata Ira datang ke rumahku, dia bilang jika sudah kangen karena lama tak bertemu. Dia juga meminta maaf karena tidak datang di acara empat bulananku kemarin. Tentu tak masalah bagiku jika Ira tak datang lagipula tidak ada yang spesial di acara itu. "Kamu kenapa Mel aku perhatikan seperti sedang mikir."

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status