Share

Amel Yang Dulu telah Mati

Penulis: CitraAurora
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-17 20:32:26
"Tidak! aku akan tetap bekerja!" Dengan suara lantang ku bantah perintahnya.

"Kamu pintar membantah sekarang." Tatapan dinginnya mencuat.

Jujur melihatnya menatapku seperti itu aku sedikit kikuk, tapi aku harus tetap bekerja karena aku tidak tahu kedepannya bagaimana.

Setidaknya jika aku bekerja aku akan baik-baik saja apalagi setelah pernikahan ini boroknya tak lagi bisa kututupi.

"Aku belajar darimu." Ujarku dingin.

Sudahlah sebelum pembahasan kemana-mana yang bisa merusak mood, aku memutuskan bangkit dan berangkat.

Mas Raka terus menahanku tapi aku tak akan berpengaruh.

Selama ini aku hanya diam menerima perlakukan buruknya dan kali ini aku akan melawan. Aku terus berjalan ke depan meski ancaman terus Mas Raka kumandangkan.

Tapi....Baru saja keluar rumah, aku baru ingat jika bekalku ketinggalan. Alhasil aku harus kembali lagi.

Melihatku kembali membuat Mas Raka sedikit tersenyum sinis, "Kembali juga."

Ucapannya cukup bisa kuartikan, dia mungkin mengira jika aku m
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Ade Virlita
ada² saja perbuatan si raka dan renata, hal semacam gitu kok meski di publikasi, biar apa coba
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
terkadang diam...cuek dn masa bodoh itu perlu...dari pada harus mengurusi manusia² tak tahu malu seperti Raka dn Renata...
goodnovel comment avatar
Mirasih
aku juga geleng2
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Apa Sih Mau Kamu

    Tak terasa taksi yang membawa aku sudah berhenti di depan lobi, aku buru-buru keluar dan bergegas masuk. Netraku terus menatap alat penunjuk waktu di pergelangan tangan, mengabaikan peringatan lantai licin. "Aaaa." Alhasil kakiku tergelincir. Teriakan keluar dari mulutku begitu saja, mengabaikan jika kini aku ada di kantor. Aku pasrah jika harus jatuh namun ternyata sebuah tangan menangkapku. "Mas Daffa." Sungguh pria ini selalu ada, bahkan saat aku terjatuh dia datang untukku. Sejenak aku terpaku menatapnya melupakan keberadaanku yang mungkin saat ini aku menjadi pusat perhatian banyak staff. Semakin aku menatapnya aku semakin terbuai dalam lamunan hingga suaranya membuyarkan semua. "Hati-hati Mel." Aku tersentak kaget, lalu buru-buru melepaskan tangannya. "Maaf Mas aku tadi tergesa-gesa sehingga mengabaikan adanya peringatan lantai licin. Dia tersenyum lalu kulihat netranya memutar melihat beberapa staff yang asik menyaksikan adegan kami. "Apa yang kalian lihat,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Andaikan Mereka Tahu

    Waktu berjalan dengan cepat tak terasa sudah seminggu berlalu. Sore itu aku kembali diantar oleh Mas Daffa, meskipun aku berkali-kali menolaknya tapi dia tetap bersikeras akan niatnya. Seperti biasa di dalam mobil kami menceritakan pekerjaan kami masing-masing di sela-sela obrolan kami Mas Daffa selalu berhasil membuat aku tertawa karena candaannya. Kehadiran Mas Daffa benar-benar membuat aku lupa jika aku adalah seorang istri. Dia mengembalikan kecerian di wajahku. Menghapus segala kesedihan yang kurasakan. Tak terasa mobil Mas Daffa telah sampai di depan rumah, aku pun segera turun. Ku lambaikan tanganku, ketika dia membuka kaca mobilnya, "Hati-hati Mas." Dia tersenyum dan berlalu. Tak kusangka dari arah berlawanan munculah mobil Mas Raka. Hatiku mencelos, apa dia melihat aku diantar Mas Daffa? Rasa gugup sedikit menguasaiku namun aku segera menghalaunya, lagipula bukankah dia tak peduli padaku? Kini mobil Suami ku telah memasuki Carport, seolah bukan siapa-siapa ak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Di Rumah Mertua

    Aku sungguh tak paham dengan pemikiran Mas Raka yang tega mengkhianati kepercayaan kedua orang tuanya. Jika suatu saat mereka tahu borok pernikahan kami bagaimana? bukankah mereka akan sakit dan kecewa? jika sudah seperti itu apakah dia masih disebut anak berbakti? Seandainya sudah cukup denganku dan pernikahan kami, pasti Mama dan Papanya akan segera menimang cucu. Ah sudahlah, mungkin sudah begini jalannya, biarlah dia pikir sendiri jika suatu saat kebohongannya terungkap lagipula aku disini hanyalah korban keegoisan Mas Raka dan Renata. Lama tak berkunjung ke rumah, Mama Mas Raka meminta kami untuk menginap. Gelengan keras sontak kutunjukkan begitu pula dengan Mas Raka. "Tidak bisa Ma," ujar Mas Raka dengan menatap mamanya. "Mas Raka ada urusan Ma." Aku turut menimpali.Mama dan Papanya ternyata tidak peduli akan alasan yang aku kemukakan, mereka tetap bersikeras meminta kami menginap. Raut wajah kebingungan tergembar jelas di wajah Mas Raka, pasti dia memikirkan Renata.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Siapa Yang Mengantar Kamu?

    Sore itu aku memutuskan keluar dari kamar Mas Raka, aku segera bergabung dengan mertuaku yang kini duduk di halaman belakang. "Amel, Raka mana?" tanya Mama sambil memutar netra ke belakangku. "Mas Raka ada urusan Ma," jawabku sambil tersenyum. Raut Mama Mas Raka berubah, kutemukan kekesalan disana. Mama Mas Raka meminta aku untuk sabar menghadapi sikap Mas Raka, menurut Mama Mas Raka, anaknya agak sedikit gila kerja. Aku hanya mengangguk paham walaupun hatiku menolak mentah-mentah asusmsi Mama. Di rumah orang tua Mas Raka, aku benar-benar tenang, diperlakukan seperti anak sendiri begitu menyenangkan. Untung aku tadi tidak ikut pulang coba saja jika aku ikut pasti saat ini kekesalan menghantam ku karena perlakuan Renata. Malam itu saat kami makan, Mama Mas Raka masih mencari keberadaan anaknya, tanpa Mama tahu Mas Raka tidak mungkin kembali kesini. "Urusan apa hingga malam begini tidak kembali?" Mama terlihat kesal. "Entah Ma, Amel juga tidak tahu." Aku turut menimp

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Teman Apa Gebetan?

    "Teman." Jawabku singkat lalu menutup pintu kembali. Renata menatapku dengan tatapan menyelidik, seolah tak percaya dengan apa yang aku katakan.Tapi....Aku masa bodoh dengan tatapan maupun apa yang dia pikirkan.Di dalam kamar aku segera menikmati empuknya kasur, kenyamanan kasur justru membuatku tertidur padahal belum membersihkan diri. Aku pikir kejadian semalam sudah selesai namun sepertinya Renata memperpanjang masalah tersebut dengan mengadukannya kepada Mas Raka. Alhasil ketika aku sedang memasak, Mas Raka kembali bertanya hal yang sama. "Semalam siapa yang mengantar kamu pulang?" Pertanyaanya cukup membuat aku terkejut, bahkan aku yang sedang memasak sontak membalikkan badan sambil membawa sutil. "Teman." Aku menjawab pertanyaannya dengan singkat. "Teman siapa?" Mas Raka bertanya lagi. Aku yang tengah menggoreng ayam meletakkan sutilku dengan kesal. Pagi-pagi kenapa membuat moodku buruk. "Meskipun aku memberitahu namanya kamu juga nggak akan tau." Jawabku dingi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Marah

    "Teman atau gebetan apa pedulimu Mas?" Meski aku takut dan nyali menciut kutatap tajam matanya. "Kamu ini gimana sih Amel, jelas peduli! kamu tuh seorang istri!" Renata turut menyalakan aku. Melihat mereka mengeroyokku aku tak gentar, walaupun kakiku rasanya mau ambruk. "Tapi aku tidak merasa jika aku seorang istri." Kutatap Renata tajam-tajam lalu kulempar tatapanku ke Mas Raka. "Kamu tidak pernah menganggap aku istri kan?" Ingatan akan perlakuan Mas Raka datang kembali mengoyak hatiku yang sakit. Mulai aku diabaikan, dimarahi, dibentak, dipoligami dan puncaknya dipaksa melayani nafsu bejadnya, semua hal itu ramai di otakku. "Kamu itu salah! ditegur malah bicara yang nggak-nggak!" Gigi Mas merapat, rahangnya pun mengeras. Biasanya aku sangat ketakutan melihatnya begini namun kali ini rasa takutku entah kabur kemana hanya menyisakan keberanian. Aku tertawa sambil menggelengkan kepala, "Jika menurut kamu diantar pulang teman itu sebuah kesalahan lalu apa tindakan kamu!" Uca

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mas Raka dan Mas Daffa Beradu Mulut

    Mas Raka menyeringai menatapku, "Jangan GR kamu! siapa yang menunggumu, siapa juga yang cemburu!" Aku tersenyum lalu berucap, "Syukurlah." Tak ingin mendebat lagi, aku memutuskan naik ke kamarku. Di kamar aku tertawa jika ingat ucapkanku tadi, mana mungkin dia menunggu atau cemburu padaku, dia tidak mungkin peduli padaku karena yang diperdulikan nya hanya lah Renata. Hidup seatap dengan madu serta suami yang tak peduli cukup membuat hatiku lelah, bahkan jika aku ingat kembali perlakuan mereka hatiku ingin menjerit sekerasnya, ingin ku langkahkan kaki pergi tapi masih ada orang tua yang harus kupikir. Kuhapus air mataku, aku tak boleh kalah dengan keadaan, aku harus kuat, aku yakin di akhir sana ada hal yang indah menanti. Pagi itu seperti biasa kami bertatap muka di ruang makan, lagi-lagi mereka mencari gara-gara denganku. "Amel mulai hari ini biar Renata yang memegang uang belanja." Ujar Mas Raka. "Mana bisa seperti itu, bukankah setiap bulan kamu pasti memberikan gaji kamu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Bercerailah!

    Raut wajah Mas Daffa berubah, dia menatap aku sayu. "Kenapa kamu nggak bilang kalau kamu sudah menikah Mel?" Suaranya begitu lemah, terdengar jika dia sangat kecewa. "Maafkan aku Mas," kutatap lekat pria itu. Mas Raka tersenyum ketir lalu dia meminta Mas Daffa untuk pergi. "Aku tidak menginjinkan ada pria main kesini, sekarang pergilah!" Dengan lantang Mas Raka mengusir Mas Raka. "Atas dasar apa kamu mengusirnya Mas!" Aku tak bisa membiarkan dia mengusir Mas Daffa. "Atas dasar apa! jelas tidak boleh karena kamu itu wanita bersuami!" Dia berteriak kencang membuat aku sedikit menunduk. Mas Daffa menatapku lalu dia menggeleng seolah meminta aku untuk menurut akan ucapannya, "Aku pamit." Aku hanya bisa menatap kepergiannya, sungguh aku tidak bermaksud mengecewakannya, kebungkaman atas statusku karena aku tidak ingin permasalahanku dengan Mas Raka jadi konsumsi publik, biarlah hanya berkutat di rumah ini. Saat aku melamun menatap Mas Daffa tiba-tiba tanganku ditarik Ma

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23

Bab terbaru

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Apa ini Karma Renata?

    Renata mengamuk? apa ini karena talak dari Mas Raka waktu itu? Aku mengangguk tanpa protes seperti biasanya. Sesampainya di rumah Renata, terlihat beberapa security di depan. "Ada apa Pak?" tanya Mas Raka. "Mohon maaf, istri Pak Raka terus berteriak dan mengamuk." Jawab security. Menurut kesaksian, Renata terus berteriak sudah semingguan yang lalu, para tetangga mengira mungkin karena pertengkaran dalam rumah tangga namun tadi setelah ada yang mencoba mengecek Renata justru mengamuk. Aku merinding mendengar ucapan mereka, ada rasa takut di hatiku. Lalu aku dan Mas Raka masuk ke dalam. Sungguh aku tak sampai hati melihatnya yang diikat dengan mulut yang dilakban. Ada apa dengannya? Aku dan Mas Raka mendekati Renata, wanita itu berontak seolah ingin mengucapkan sesuatu pada kami. "Renata tenanglah!" Pinta Mas Raka dengan tatapan sendunya. Renata menangis saat Mas Raka mengelus rambutnya. Aku pun ikut menangis, Mas Raka..... Lihatlah kelakuanmu yang telah membuatnya

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Renata Mengamuk

    Lupakan yang sudah-sudah? tentu tidak. Luka ini tidak bisa hilang begitu saja. Aku sungguh ingin pergi dari Mas Raka, tapi entah mengapa ada saja yang menarikku untuk dekat dengannya kembali. Orang tuaku, anak ini dan kini orang tuanya, kenapa mereka seolah ingin aku terus berada di sisi Mas Raka? Tuhan, apa kesakitanku ini adalah hal yang lumrah dirasakan seorang wanita sehingga untuk lepas dari sakit rasanya begitu sulit?Apakah benar tali takdir yang sudah terikat akan sulit dilepas? Pada akhirnya aku mengalah, mengikuti kemauan mama mertua untuk pulang bersama mereka. Di dalam mobil, aku terus diam. Pikiranku kacau tak menentu, dadaku rasanya sesak tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Sementara itu Mas Raka dia mencoba berbicara padaku. "Amel aku mohon jangan seperti ini." Dia mengiba sambil fokus menyetir. "Lalu bagaimana maumu?" tanyaku tanpa menatapnya."Bicaralah jangan diam saja." Dia meminta aku untuk bicara tapi apa yang akan aku bicarakan dengannya? Anggukan aku tu

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Jatuh Talak

    Mas Raka melemparkan tatapan sendu ke mamanya, dia seperti kebingungan. Lalu dia menatap Renata yang juga menangis menatapnya. "Jangan Mas, kita sudah menikah. Aku lah yang kamu cintai bukan Amel!" pinta Renata. "Kamu sudah janji sama mendiang orang tuaku untuk selalu menjagaku." Dia menambahkan lagi. Melihatnya seperti ini aku tak tega meski dia sering menyakiti aku tapi tetap saja hati ini tak tega. Mungkin inilah harga yang harus Renata terima. Dulu sudah jelas kedua orang tua Mas Raka menolaknya namun dia tetap saja mau mendampingi Mas Raka walaupun dia hanya dijadikan istri simpanan. "Raka kalau kamu nekat bersamanya maka jangan anggap kami orang tua kamu lagi!" Ancam sang Papa. Beginilah kalau orang menyembunyikan bangkai, dan ketika kebusukannya terungkap bukan hanya dia yang tersakiti, orang di sekitarnya pun turut ikut merasakan imbasnya. "Pa, Ma jangan begitu. Biarlah mereka bahagia, Amel sudah ikhlas akan takdir Amel. Semua akan sama meski Amel nantinya buka

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Terbongkar

    Mataku membola, ada apa? Sungguh hatiku menjadi tak karuan. "Baik Ma, Amel akan kesana." Aku pun memutuskan untuk kesana. "Ada apa Mel?" tanya Mas Daffa yang menunjukkan ekspresi khawatir. "Entah Mas Mertuaku menangis beliau meminta aku untuk pulang." Jawabku dengan menatapnya Mas Daffa terlihat menghela nafas, "Ada saja mereka," ujarnya kesal. Aku mengangguk, "Iya Mas." Aku meminta Mas Daffa untuk menepikan mobilnya, karena aku harus segera pergi ke rumah Mas Raka. "Aku akan mengantarmu Mel." Mas Daffa ternyata yang akan mengantarku ke rumah Mas Raka. Sungguh aku tak enak diantar olehnya tapi dia sendiri yang memaksaku agar mau diantar. "Kamu hati-hati ya Mel, hubungi aku jika ada apa-apa." Pesan Mas Daffa. Tak selang lama kami telah tiba di rumah Mas Raka, terlihat mobil Mertuaku dan mobil Mas Raka berjejer di carport. "Aku turun ya Mas, Terima kasih udah mau ngantar aku." Kutatap wajah Mas Daffa dengan senyuman. Setelah mengucapkan terima kasih

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mas Daffa suami halu para staff

    Mata Mas Raka membola, dia terlihat sangat syok mendengar penuturan ibu. "Maafkan Raka Bu." Ucapnya sambil menatap ibu nanar. "Sudah lama ibu menahan ini, hati ibu sakit melihat anak ibu diperlakukan buruk oleh kamu!" Maki ibu. Air mata ibuku mengalir, ibu mana yang rela melihat anaknya disakiti. "Tau begini dulu ibu tidak akan menerima lamaran kedua orang tua kamu!" Ibu meluapkan unek-uneknya, aku tak menyangka ibu akan emosi begini padahal selama ini ibu sangat tenang. Melihat ibu yang terisak aku pun turut menangis. "Sudah Bu, Amel mohon ibu jangan menangis. Ayah nanti bangun." Aku memohon pada ibuku untuk mengakhiri tangisannya, aku tidak mau masalahku menjadi beban untuk orang tuaku. Kini tatapanku tertuju pada Mas Raka, kuminta dia untuk pulang daripada kehadirannya disini membuat masalah. "Pulanglah!" kataku dengan menatapnya tajam. "Baik, maafkan aku Amel, ibu." Mas Raka lalu melangkahkan kaki pergi. Hari sudah malam, kuminta ibuku untuk istirahat, aku juga me

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Bukankah Kamu Juga Sama

    Senyuman ketir kutunjukkan, lalu aku bertanya seolah tak tahu apa maksud dari kata takut. "Takut kenapa Mas?" "Takut tak bisa memilikimu," jawabnya. Ku lempar tatapan nanar ke depan. Mas Daffa kamu sangat tampan, baik, jabatan tinggi pasti banyak wanita diluar sana yang mengejarmu, please jangan pertaruhkan masa depanmu hanya untuk aku yang bahkan statusku adalah istri orang. Saat aku perang dengan pikiranku, tangan Mas Daffa menyusup masuk dan memelukku dari belakang. Aku yang begitu syok mematung tanpa bisa menolak maupun menerima pelukannya. "Ijinkan aku menjadi penjagamu Amel." Bisiknya. Pelukannya semakin erat, Direktur utama itu bak ular piton yang hendak meremukkan mangsa. 'Mas jangan lakukan ini' Hatiku menjerit, memohon padanya agar melepaskan pelukannya namun tubuhku masih terkunci. Akhirnya dia melepaskan pelukannya juga, dan saat itu pula tubuhku kembali normal. Jam istirahat telah habis, aku dan Mas Daffa berjalan turun. Kami berpisah di lift lebih tepat

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Aku Takut Kamu Kembali Padanya Mel

    Aku membisu, seandainya kata-kata itu terucap beberapa bulan yang lalu mungkin akan aku pikirkan lagi niatan untuk berpisah namun sayang kata indah ini dia ucapkan ketika niatku sudah bulat. Meskipun aku adalah rumah baginya tapi dia bukanlah nahkoda di kapalku, aku bisa mendayung perahuku sendiri tanpa harus melibatkannya. "Terkadang tempat singgah juga lebih nyaman daripada rumah Mas." Ucapku lirih. "Tidak Amel." Sanggahnya. "Buktinya kamu dulu begitu mengagungkan tempat singgahmu itu!" Seusia kalimat itu kuucap, kami berdua saling diam. Tatapanku ke depan menatap sederet mobil yang sedari tadi tetap di tempatnya. Entah sampai kapan macet ini akan terurai sehingga aku lebih cepat lepas dari pria ini. Hingga satu jam berlalu namun mobil di depan tidak bergerak sedikit pun. Apa sebenarnya yang menyebabkan macet panjang ini? Aku mulai bertanya-tanya. Diriku yang lelah memutuskan untuk memejamkan mata, lebih baik aku tidur daripada diajak Mas Raka ngobrol yang tidak-t

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Rumahku Adalah Kamu

    Penolakan tegas terdengar dari mulut Renata, jelas dia tidak mau pulang naik taksi. "Aku nggak mau Mas!" Aku tersenyum sinis, "Tuh istri kamu tidak mau." Aku dan Ira bersiap berjalan tapi tangan Mas Raka menarik tanganku. "Tunggu Amel." Mas Raka meminta aku untuk menunggunya, lalu dia memberi Renata uang. "Jangan protes mengertilah Amel sedang hamil!" Katanya. Renata menerima uang itu dengan mata berkata, kutahu dia saat ini pasti kecewa dengan keputusan suami tercintanya ini. Sementara aku harus menerima konsekuensi atas ucapanku, seandainya aku tadi tidak menggertaknya mungkin saat ini aku pulang bersama Ira. Di mobil kami sekarang, kutatap kesal pria yang masih berstatus suamiku ini. "Mel bagaimana anak kita? apa dia terus menendang?" Dia membuka pembicaraan. "Iya." Kujawab singkat pertanyaannya. "Tidak bisakah kita tinggal bersama lagi Mel?" Pertanyaannya mengundang emosiku, segera ku lempar tatapan tajam ku padanya. "Aku sudah sangat senang bis

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Dasar Keong Racun!

    Sungguh kenapa jadi begini? kenapa mereka seperti anak ABG? apa mereka tidak sadar jika mereka ini adalah petinggi perusahaan besar? Usai makan aku kembali ke kantor tanpa memperdulikan mereka lalu aku mulai bekerja kembali. Sepulang dari kantor aku langsung pulang, aku tak menghiraukan pesan masuk yang memberi tawaran pulang bersama ataupun tawaran jemputan. Di rumah aku mengurung diri di kamar, sikap Mas Raka dan Mas Daffa mengusik pikiranku. Ibu sesekali datang ke kamar untuk mengecek keadaanku. "Amel baik-baik saja Bu." kataku sambil tersenyum manis. Ibu mengangguk lalu keluar dari kamarku. Tak selang lama sebuah sebuah pesan singkat aku terima. "Ira." Gumamku. Ternyata Ira datang ke rumahku, dia bilang jika sudah kangen karena lama tak bertemu. Dia juga meminta maaf karena tidak datang di acara empat bulananku kemarin. Tentu tak masalah bagiku jika Ira tak datang lagipula tidak ada yang spesial di acara itu. "Kamu kenapa Mel aku perhatikan seperti sedang mikir."

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status