Share

Aku Benci Diabaikan

Penulis: CitraAurora
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-15 18:49:54
"Memangnya apa yang aku lakukan?" Dengan ekspresi heran aku menatap Mas Raka.

"Kamu mendorong Renata sampai jatuh! masih bilang apa yang kamu lakukan?!" Teriakan Mas Raka menggema membuat aku sedikit menjauh.

Kutatap mereka bergantian, sambil menggelengkan kepala, sementara Mas Raka membantu Renata bangun.

"Mana yang sakit?" Tanyanya dengan begitu lembut.

"Tidak ada Mas." Jawab Renata dengan senyuman manisnya.

Melihat drama mereka aku hanya bisa berdecak kesal.

"Lebay" cicit ku kesal.

Kini tatapan mereka terlempar padaku, ucapanku agaknya mengundang emosi mereka.

"Kenapa sih kamu selalu mengganggu Renata?" Suara Mas Raka kembali mencuat.

Masih bergeming kutatap dia dengan sinis, "Tanyakan padanya apa yang terjadi!"

Renata yang tadi diam kini kembali bersuara, "Sudah Mas, nggak usah diperpanjang, bukankah aku tidak apa-apa." Suara Renata begitu lembut sehingga mampu menarik iba Mas Raka.

"Dia sudah keterlaluan Sayang." Ujar Mas Raka.

Tatapan Mas Raka
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Elena
laki laki egois
goodnovel comment avatar
Ade Virlita
begitulah raka, kamu aja benci jika di abaikan, nah bagaimana dengan amel ???
goodnovel comment avatar
Jasprom Keliling✌
dasar laki laki egois
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kenapa Aku yang Menjadi Peran Antagonisnya

    Aku melepas tanganku dengan kasar lalu bergegas naik ke atas. Hidupku benar-benar seperti di dalam neraka, setiap hari bertemu dengan madu yang suka drama dan suami tak mau salah. Bolehkan aku menulis sedikit kebahagian di kisah ini Tuhan? Aku mengusap rambutku frustasi hanya berharap semua berakhir indah. Lelah memikirkan semuanya aku memutuskan untuk tidur kembali. Pagi itu aku yang malas berdrama dengan Mas Raka maupun Renata memutuskan untuk tidak keluar kamar. Lagipula Renata bersikeras menjadi Nyonya di rumah ini jadi aku akan memberinya kesempatan. Setelah Mas Raka berangkat baru aku keluar untuk sarapan. Mungkin lebih baik seperti ini, mengatur jam keluar kamar sehingga bisa memininalis bertatap muka dengan mereka. Baru saja senang karena rumah sepi, tiba-tiba suara Renata terdengar. "Enak sekali kamu Amel, bangun siang turun-turun langsung sarapan." Sindir Renata dari arah belakang. Aku memutar wajah malas, kukira wanita ini berada di kamar tak taunya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Interview

    "Jangan ngelunjak kamu Amel! ingat siapa yang akan membiayai pengobatan ayah jika kita berpisah!" Tatapan benci aku tunjukkan, sungguh dia adalah manusia terkejam yang pernah aku temui. Setelah dia pergi, aku meringkuk di sofa. Pikiranku benar-benar kacau. Ingin sekali pulang ke rumah dan memeluk ibuku tapi... Kesedihanku akan menambah pikirkan ayah sementara dokter melarang ayah banyak pikiran. Alhasil aku hanya bisa diam di kamar ini dengan air mata yang terus jatuh. "Kuat Amel, kuat." Aku mencoba menyemangati diriku sendiri namun semangat itu tak berpengaruh apapun, aku tetap saja terpuruk dalam sakit. Membuka mata sakit, memejamkan mata tak bisa sungguh sesak sekali dadaku. Saat dalam kefrustasian, Mas Daffa mengirim pesan padaku. Basa-basinya ku tanggapi serius, hingga kami terus mengobrol lewat pesan singkat. Tak peduli malam sudah larut, aku terus saja membalas pesannya tanpa mau berniat menghentikannya. Keesokan harinya, aku berniat pergi ke rumah or

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Amel Yang Dulu telah Mati

    "Tidak! aku akan tetap bekerja!" Dengan suara lantang ku bantah perintahnya. "Kamu pintar membantah sekarang." Tatapan dinginnya mencuat. Jujur melihatnya menatapku seperti itu aku sedikit kikuk, tapi aku harus tetap bekerja, selain agar bisa memenuhi kebutuhan ayah aku juga harus siap sedia karena aku tidak tahu kedepannya bagaimana. Setidaknya jika aku bekerja aku akan baik-baik saja apalagi setelah pernikahan ini boroknya tak lagi bisa kututupi. "Aku belajar darimu." Ujarku dingin. Sudahlah sebelum pembahasan kemana-mana yang bisa merusak mood, aku memutuskan bangkit dan berangkat. Mas Raka terus menahanku tapi aku tak akan berpengaruh. Selama ini aku hanya diam menerima perlakukan buruknya dan kali ini aku akan melawan. Aku terus berjalan ke depan meski ancaman terus Mas Raka kumandangkan. Tapi....Baru saja keluar rumah, aku baru ingat jika bekalku ketinggalan. Alhasil aku harus kembali lagi. Melihatku kembali membuat Mas Raka sedikit tersenyum sinis, "Kem

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Apa Sih Mau Kamu

    Tak terasa taksi yang membawa aku sudah berhenti di depan lobi, aku buru-buru keluar dan bergegas masuk. Netraku terus menatap alat penunjuk waktu di pergelangan tangan, mengabaikan peringatan lantai licin. "Aaaa." Alhasil kakiku tergelincir. Teriakan keluar dari mulutku begitu saja, mengabaikan jika kini aku ada di kantor. Aku pasrah jika harus jatuh namun ternyata sebuah tangan menangkapku. "Mas Daffa." Sungguh pria ini selalu ada, bahkan saat aku terjatuh dia datang untukku. Sejenak aku terpaku menatapnya melupakan keberadaanku yang mungkin saat ini aku menjadi pusat perhatian banyak staff. Semakin aku menatapnya aku semakin terbuai dalam lamunan hingga suaranya membuyarkan semua. "Hati-hati Mel." Aku tersentak kaget, lalu buru-buru melepaskan tangannya. "Maaf Mas aku tadi tergesa-gesa sehingga mengabaikan adanya peringatan lantai licin. Dia tersenyum lalu kulihat netranya memutar melihat beberapa staff yang asik menyaksikan adegan kami. "Apa yang kalian

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Andaikan Mereka Tahu

    Waktu berjalan dengan cepat tak terasa sudah seminggu berlalu. Sore itu aku kembali diantar oleh Mas Daffa, meskipun aku berkali-kali menolaknya tapi dia tetap bersikeras akan niatnya. Di dalam mobil kami menceritakan pekerjaan kami masing-masing di sela-sela obrolan kami Mas Daffa selalu berhasil membuat aku tertawa dengan candaannya. Kehadiran Mas Daffa benar-benar membuat aku lupa jika aku adalah seorang istri. Dia mengembalikan kecerian di wajahku. Menghapus segala kesedihan yang kurasakan. Kini mobil Mas Daffa telah sampai di depan rumah, setelah mengucapkan terima kasih aku segera turun. Ku lambaikan tanganku, ketika dia membuka kaca mobilnya, "Hati-hati Mas." Dia tersenyum dan berlalu. Tak kusangka dari arah berlawanan munculah mobil Mas Raka. Hatiku mencelos, apa dia melihat aku diantar Mas Daffa? Rasa gugup sedikit menguasaiku namun aku segera menghalaunya, lagipula bukankah dia tak peduli padaku? Kini mobil Suami ku telah memasuki Carport, seolah bukan sia

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Di Rumah Mertua

    Aku dan Mas Raka saling pandang, bagaimana bisa hamil malam pertama saja baru terjadi beberapa waktu yang lalu itu saja aku diroda paksa oleh anaknya. "Akan kami upayakan secepatnya Ma." Ujar Mas Raka. Sungguh tak paham dengan pemikiran Mas Raka yang tega mengkhianati kepercayaan kedua orang tuanya. Jika suatu saat mereka tahu borok pernikahan kami bagaimana? bukankah mereka akan sakit dan kecewa? jika sudah seperti itu apakah dia masih disebut anak berbakti? Seandainya sudah cukup denganku dan pernikahan kami, pasti Mama dan Papanya akan segera menimang cucu. Ah sudahlah, mungkin sudah begini jalannya, biarlah dia pikir sendiri jika suatu saat kebohongannya terungkap lagipula aku disini hanyalah korban dari keegoisan Mas Raka dan Renata. Lama tak berkunjung ke rumah, Mama Mas Raka meminta kami untuk menginap. Gelengan keras sontak kutunjukkan begitu pula dengan Mas Raka. "Tidak bisa Ma," ujar Mas Raka dengan menatap mamanya. "Mas Raka ada urusan Ma." Aku turut menimp

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Siapa Yang Mengantar Kamu?

    Sore itu aku memutuskan keluar dari kamar Mas Raka, aku segera bergabung dengan mertuaku yang kini duduk di halaman belakang. "Amel, Raka mana?" tanya Mama sambil memutar netra ke belakangku. "Mas Raka ada urusan Ma," jawabku sambil tersenyum. Raut Mama Mas Raka berubah, kutemukan kekesalan disana. Mama Mas Raka meminta aku untuk sabar menghadapi sikap Mas Raka, menurut Mama Mas Raka, anaknya agak sedikit gila kerja. Aku hanya mengangguk paham walaupun hatiku menolak mentah-mentah asusmsi Mama. Dia bukan gila kerja melainkan gila wanita. Di rumah orang tua Mas Raka, aku benar-benar tenang, diperlakukan seperti anak sendiri begitu menyenangkan. Untung aku tadi tidak ikut pulang coba saja jika aku ikut pasti saat ini kekesalan menghantam ku karena perlakuan Renata. Malam itu saat kami makan, Mama Mas Raka masih mencari keberadaan anaknya, tanpa Mama tahu Mas Raka tidak mungkin kembali kesini. "Urusan apa hingga malam begini tidak kembali?" Mama terlihat kesal.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Teman Apa Gebetan?

    "Teman." Jawabku singkat lalu menutup pintu kembali. Renata menatapku dengan tatapan menyelidik, seolah tak percaya dengan apa yang aku katakan.Tapi....Aku masa bodoh dengan tatapan maupun apa yang dia pikirkan.Di dalam kamar aku segera menikmati empuknya kasur, kenyamanan kasur justru membuatku tertidur padahal belum membersihkan diri. Aku pikir kejadian semalam sudah selesai namun sepertinya Renata memperpanjang masalah tersebut dengan mengadukannya kepada Mas Raka. Alhasil ketika aku sedang memasak, Mas Raka kembali bertanya hal yang sama. "Semalam siapa yang mengantar kamu pulang?" Pertanyaanya cukup membuat aku terkejut, bahkan aku yang sedang memasak sontak membalikkan badan sambil membawa sutil. "Teman." Aku menjawab pertanyaannya dengan singkat. "Teman siapa?" Mas Raka bertanya lagi. Aku yang tengah menggoreng ayam meletakkan sutilku dengan kesal. Pagi-pagi kenapa membuat moodku buruk. "Meskipun aku memberitahu namanya kamu juga nggak akan tau." Jawabku dingi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22

Bab terbaru

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Marah

    Aku hanya tersenyum mendengar pesan Mama, entah mengapa aku ingin tanganku sendiri yang mengurus bayi ini. "Nanti Amel pikirkan ya Ma." Tak ingin Mama kecewa aku berkata demikian. Bayiku kini berusia tujuh hari, hari ini adalah hari dimana Mama mengadakan syukuran pemberian nama. Adat kami memang seperti itu, ada beberapa syukuran yang wajib digelar oleh keluarga yang baru saja memiliki keturunan. "Namanya Arkan Ma, diambil dari Amel dan Raka." Ujar Mas Raka. "Tapi sama Mas Raka ditambahi n," sambungku. Mama tertawa, sebenarnya aku yang ingin Mas Raka menambahkan paten n, karena aku ngefans sekali dengan salah satu sama pemain bola tanah air. Setelah acara syukuran pemberian nama selesai aku dan Mas Raka pamit ke atas untuk istirahat. Di dalam kamar, Mas Raka duduk di sampingku. "Sayang, besok pagi sekali aku ada dinas keluar kota kamu bisa nggak bangun pagi dan mengurusi aku." Dia menatapku. "Aku upayakan ya Mas, bayi kita sering rewel kalau malam jadi aku ga bisa

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mengurus Anak Sendiri

    Ini bukan stimulasi Asi melainkan memancing hasrat, alhasil hasratku lah yang terpancing keluar. "Mas, ah...." Aku malah mendesah merasakan setiap hisapan yang mas Raka berikan. Tanganku menarik rambutnya, mataku justru terpejam. "Mas sudah." Aku menekan kepalanya. Entah apa yang ada di kepalaku, saat seperti ini aku malah terjerumus dalam hal ini. Mas Raka menyudahi aksinya, "Gimana sayang, apa sudah cukup stimulasinya?" Dia tersenyum licik. "Ini bukan stimulasi mas, tapi memancing hasrat." Sahutku kesal. Dia tertawa, suamiku sungguh mesum sekali. "Maafkan aku sayang," katanya lalu mencubit pipiku. Netraku menatap wajahnya kemudian turun ke bawah dan aku melihat ada sesuatu yang menyembur dari balik celananya. Deretan gigiku terlihat, ternyata dia juga terpancing perbuatannya sendiri. "Itu kamu juga berdiri." Kataku sambil menahan tawa. Sebenarnya aku ingin tertawa lepas mengejeknya hanya saja luka operasi jika dibuat tertawa terasa sangat sakit. Tau aku mengejeknya Mas

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Lahir

    Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, hari ini aku dan seluruh keluarga besarku dan Mas Raka pergi ke rumah sakit. Sengaja kami memilih hari ini karena hari ini bertepatan dengan ulang tahun Mas Raka jadi anakku nanti memiliki hari ulang tahun sama dengan papanya. "Mas aku takut." Aku terus memegangi tangan mas Raka. Ingatan waktu itu, membuat nyaliku menciut. Memang operasi sesar tidak menakutkan tapi setelahnya aku harus kesakitan. "Jangan takut sayang, ada aku." Mas Raka terus mengecup keningku. "Habis operasi sakit sekali Mas." Aku mengubah raut wajahku takut merasakannya lagi. Mas Raka tersenyum, dia bilang kalau nanti sakitnya terbayarkan dengan hadirnya anak kami. Aku tersenyum mendengar ucapannya. Bayangan bayi menangis menari di kepalaku, tanpa kusadari bibirku terus saja menyunggingkan senyuman. Beberapa waktu kemudian, Dokter datang untuk melakukan pemeriksaan, selain operasi aku juga meminta dokter untuk sekalian memasang kb, rencananya aku akan menunda kehamilan

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Perihal Senam Jadi Masalah

    Kulihat kedua pria itu nampak canggung, berbeda sebelum tahu kalau ada mata kami yang melihat mereka. Tak selang lama, orang-orang itu pergi termasuk para wanita yang duduk di samping Mas Raka dan Daniel. Selepas kepergian mereka, Mas Raka dan Daniel berjalan mendekat. "Sayang ngapain kesini?" Mas Raka menarik kursi sampingku. Pertanyaan yang sama juga Daniel tujukan kepada Renata. "Makan tapi ga nafsu karena lihat suami orang mau saja digoda wanita." Aku menyindir mereka berdua. "Sayang beneran kami nggak ngapa-ngapain, wanita-wanita itu memang sengaja dibawa oleh klien dan memang seperti itu kelakuan klien kalau ketemu." Dia berusaha menjelaskan. Daniel juga mencoba membujuk Renata tapi respon Renata sama sepertiku. "Tadi bukannya bilang kalau nanti datang nggak bawa istri mau ditemani?" Cuitan Renata membuat Mas Raka dan Daniel saling tatap. Mereka mengusap rambut mereka karena frustasi. "Sayang bukan begitu maksudnya, itu kami menolak secara halus supaya tida

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Memergoki Mas Raka dan Daniel

    "Kamu tuh bisa aja." Mas Raka mencubit hidungku. Padahal baru pagi tadi berpisah, tapi rasanya seperti lama sekali. Kamar hotel jadi saksi bisu kerinduan kami, aku dan Mas Raka membayar rindu yang sudah kami tahan. Setelah melepas rindu kami bergegas membersihkan diri. Mas Raka yang masih ada kerjaan bersiap kembali untuk menemui Daniel. "Nggak usah buru-buru Mas, Daniel dan Renata pasti juga bergulat." Kataku sambil meletakkan berkas yang dia bawa. Terlihat Mas Raka mengerutkan alis, "Kamu kesini bersama Renata?" tanyanya. "Siapa lagi yang mengajakku jika bukan Renata." Jawabku dengan terkekeh. Mas Raka menggelengkan kepala, "Kalian ini." Ujarnya. Karena Daniel mungkin juga lagi sibuk kami memutuskan untuk mengobrol santai sambil bersua hingga ponsel mas Raka berdering. "Baik, aku akan segera keluar." Kata Mas Raka dalam sambungan telponnya. Usai memutuskan sambungan telponnya, Mas Raka bangkit dan mulai bersiap. "Sayang aku harus berangkat lagi."

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Menyusul

    Keesokannya Renata kembali datang ke rumah untuk membahas kepergian kita keluar negeri. "Bisa-bisanya kak Daniel melarang kita ikut!" Renata terlihat kesal. "Kalau nggak boleh ya sudah lah Renata kita di rumah saja." Kataku sambil tersenyum menenangkannya. "Gak bisa Amel, takutnya mereka disana main wanita." Ujar Renata. Mendengar ucapan Renata aku sontak tertawa, ternyata dia cukup posesif terhadap suaminya. "Mana mungkin ada wanita Renata." Ku coba untuk meredam rasa posesifnya. Renata menatapku dengan ekspresi heran, "Kamu nggak tau sih Amel, perjamuan bisnis diluar negeri tuh suguhannya wanita seksi, kalau suami kita khilaf gimana?" Jujur aku nggak kepikiran kesana, tapi setelah mendengar ucapan Renata entah mengapa aku sedikit was-was. "Lalu gimana?" tanyaku. "Kita susul mereka." Bibir Renata merekah, dia terlihat bangga dengan idenya barusan. "Baiklah kalau begitu, mari kita susul mereka nanti." Aku pun ikut tertawa. ####Hari ini adalah hari dimana Mas Raka

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Rencana Keluar Negeri

    Semenjak acara empat bulanan, Renata sering datang ke rumah apalagi setelah Mas Raka yang menghandle urusan proyek Papa dengan Daniel. "Sayang Daniel akan menitipkan Renata kesini lagi." Kata Mas Raka sambil merapikan jasnya. "Iya Mas gak papa, jadi aku gak kesepian." Sahutku dengan tersenyum. Mas Raka menatapku dengan senyuman yang sulit kuartikan. "Maaf Sayang jika kehadiran Renata mungkin membuat kamu tidak nyaman." Katanya sendu. Jujur mendengar kata-katanya membuat aku tertawa, kehadiran Renata benar-benar membuat aku tidak kesepian lagipula wanita itu bukanlah Renata maduku dulu. "Mas kamu ngomong apa sih, aku tuh senang ada Renata disini." Ucapku dengan mencubit pipinya. "Takutnya kamu teringat kembali dengan masa lalu itu sayang." Entah mengapa aku semakin tertawa, mas Raka sungguh menggemaskan. Bagiku masa lalu biarlah menjadi masa lalu karena bagaimanapun juga yang terpenting saat ini adalah masa depan. Setiap orang pernah berbuat salah tapi ketika

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Boleh Menganggap Aku Mertua

    "Daniel adalah kakak angkat Renata Ma, ceritanya dulu Daniel mencintai Renata sehingga dia diusir." Aku dan Mama malah menghibah di dapur membicarakan Renata dan Daniel. "Ada ya yang seperti itu." Mama nampak heran dengan apa yang aku katakan. Di dunia ini banyak yang terjadi, termasuk hal diluar nalar seperti ini tapi selama masih dalam syariat tentu tidak dipermasalahkan. "Kalau seperti ini Mama gak boleh benci sama dia atau Papa akan marah." Bisik Mama sambil menatapku. Kutahu Mama sedang meminta ijin padaku, mungkin mama masih beranggapan aku masih menyimpan dendam pada Renata. "Asal mama tahu aku yang menjadi mak jomblang mereka, aku juga yang memilih cincin pernikahan mereka." Bisikku. Ekspresi Mama seketika berubah, beliau meletakkan kembali yang dibawanya. "Apa! bagaimana bisa Amel?" "Ceritanya panjang Ma, kalau Amel ceritakan sekarang bisa-bisa nanti malam baru kelar." Suara tawaku mengundang tawa mama. Sungguh aku dah Mama mas Raka tidak seperti menantu dan m

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Acara 4 Bulanan

    Aaaa Aku yang takut sontak memeluk Mas Raka sementara Mas Raka tertawa. "Jangan takut ada aku." Bisiknya. "TV nya kenapa mati Mas?" Aku sedikit heran. Apakah ada pemadaman listrik? atau ada hal lain yang menyebabkan listri mati? Mas Raka melepas pelukanku lalu dia mengambil senter untuk memeriksa keadaan. Dengan bantuan senter ponsel Mas Raka membuka pintu balkon dan memang diluar semua nampak gelap, itu artinya memang ada pemadaman listrik. "Sayang memang mati lampu." Kata Mas Raka. "Ada lilin nggak Mas?" tanyaku sambil mengipas tubuhku karena sedikit gerah. "Ngapain pakai Lilin habis ini pasti nyala lampunya." Sahut Mas Raka. Ternyata benar beberapa saat kemudian lampu memang menyala tapi dari arah balkon keadaan diluar masih gelap. "Mas kenapa ada yang masih gelap dan ada yang sudah menyala?" Sambil mengerutkan alis. Sungguh aku bingung sendiri, apa memang seperti ini kompleks perumahan orang elit? Ketika mati lampu ada yang nyala dan ada yang tidak?

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status