Home / Rumah Tangga / Istri Yang Menanti Sentuhanmu / Kenapa Dia Begitu Lembut?

Share

Kenapa Dia Begitu Lembut?

Author: CitraAurora
last update Last Updated: 2025-01-26 21:51:53

"Kamu membentak aku Mas!" Renata tak terima jika Mas Raka membentaknya.

"Sudahlah." Ujar Mas Raka lalu pergi meninggalkan Renata.

Melihat adegan di depanku, aku justru tersenyum sinis, sementara Renata menatapku kesal.

"Senang kamu Amel!" Serunya.

Aku tak menggubris ucapannya, tanpa berkata apa-apa kutinggal wanita itu.

Kehamilan ini sudah cukup menyiksaku bagaimana mungkin aku memiliki pemikiran seperti yang dia tuduhkan padaku?

Di kamar aku langsung merebahkan diri, tanpa membersihkan diri terlebih dahulu.

Keesokan paginya aku kembali muntah-muntah hal ini membuat aku semakin lemah dan tak berdaya, ingin sekali pulang ke rumah agar ada yang merawatku tapi ibu sudah sibuk dengan merawat ayah.

Tak mungkin bekerja dalam keadaanku yang seperti aku pun menghubungi Mas Daffa untuk meminta ijin.

Dalam sambungan telepon kudengar suaranya begitu mengkhawatirkanku bahkan dia ingin datang untuk membawaku ke rumah sakit.

"Tak perlu Mas, aku gak papa-papa." Aku meyakinkannya agar tida
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
jangan terpengaruh Mel...mungkin dia hanya ingin anaknya saja...setelah itu...kembali mode awal
goodnovel comment avatar
Ade Virlita
yaaaa renata nya di rumahkan, pasti nggak asyik kan ren sendirian dirumah tanpa sang pujaan hati
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Setelah Jutaan Luka kenapa Kamu Begini?

    Aku terdiam, apakah aku memang harus resign? tapi bagaimana dengan nasibku nanti? sekarang saja keuangan sudah Renata yang pegang. "Aku pikir dulu." Kataku yang menggantung keinginannya. Raut wajahnya berubah, tapi dia tidak mengeluarkan kekesalannya padaku. Sesampainya di rumah, Mas Raka membantu aku keluar dari mobil bahkan dia mengantar aku sampai ke kamar. "Minum obat dulu baru istirahat." Dia mengambilkan aku obat dan menyiapkan airnya juga. Apa ini suami yang selalu dingin padaku? apa ini pria yang jahat itu? Sejenak pikiranku melayang, melamunkan dia yang perhatian padaku. Kenapa setelah jutaan luka dia torehkan kini dia justru perhatian? apa ini bentuk rasa tanggung jawabnya akan anak yang aku kandung atau ada hal lain? entahlah, buru-buru aku menggelengkan kepala membuang asumsi yang mengisi kepalaku saat ini. Setelah aku meminun obatku dia pamit keluar karena harus bekerja by online. Memang dia hari tidak masuk karena mengantar aku pergi ke rumah sakit. Entah berapa

    Last Updated : 2025-01-26
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Daffa Menolak Resign Dariku

    Ternyata tak berhenti disitu, Renata kini mengejar Mas Raka agar menceraikan aku. Wanita ini sungguh gila apa dia tidak tau jika wanita hamil tidak bisa dicerai? Aku menggelengkan kepala saat dia terus membujuk Mas Raka. "Mas dia selalu ingin bercerai darimu kan? kabulkanlah saja Mas keinginannya." Katanya. "Tidak bisa, bagaimana mungkin aku menceraikan Amel! apalagi kini dia mengandung anakku." Dengan lantang Mas Raka menolak keinginan Renata."Lagipula jika aku bercerai, bagaimana dengan orang tuaku." Ujar Mas Raka lagi. Aku berdiri di tempatku bingung harus kembali ke kamar atau mendekat? tapi aku yang harus sarapan, akhirnya berjalan ke arah mereka. Melihat aku yang datang, Mas Raka menatapku lalu bertanya, "Kamu mau sarapan apa?" Nada bicara nya lebih lembut dari sebelumnya, bahkan ini lah kali pertama dia bertanya keinginanku. "Susu." Jawabku lalu berjalan mengambil susu di kulkas. "Amel kamu harus makan makanan yang bergizi, apa perlu aku buatkan saropan?" Hah? di

    Last Updated : 2025-01-27
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Minta Dinikah Secara Agama dan Negara

    Mas Daffa tetap bersikeras, dia tidak perduli dengan apapun. Dia bahkan bilang jika rasa cintanya padaku semenjak dulu tetap sama dan tidak pernah berubah. Mendengar itu aku semakin tak enak, aku hanya lah sisa orang tak seharusnya dia memilihku yang bahkan kini statusku masih istri orang. "Jangan pertaruhkan masa depan kamu hanya demi aku." Aku membatin sembari menatapnya. Hari-hari ku aku jalani seperti biasa, hanya saja Renata dan Mas Raka lebih sering cek cok kini, kehamilan ku benar-benar membuat wanita itu cemburu tak jelas sehingga membuat Mas Raka sedikit ilfil padanya. Hingga suatu ketika, saat kami keluar bersama dia meminta suatu hal yang dengan tegas Mas Raka tolak. "Mas aku juga ingin hamil seperti Amel." Mas Raka yang awalnya fokus menyetir, kini menatapnya dengan tajam. Melihat tatapan Mas Raka untuk Renata dari kaca spion membuat aku menghela nafas, feeling tak baik mencuat. Pasti akan ada debat kusir setelah ini. "Tidak mungkin, kita hanya menikah di ba

    Last Updated : 2025-01-28
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mari Kita Akhiri Pernikahan Ini

    "Aku tidak apa-apa Mas," pintaku pada Mas Daffa. "Bagaimana bisa gak papa badan kamu lemes gini." Mas Daffa sangat khawatir. Setibanya di rumah sakit, Mas Daffa segera membawaku ke UGD, dia meminta dokter untuk segera memeriksa keadaanku. "Bagaimana Dok?" Baru saja Dokter selesai memeriksa Mas Daffa sudah bertanya. "Tidak ada hal serius memang ibu hamil itu seperti ini, mangkanya sebagai suami bapak harus memperhatikan istrinya lagi." Ujar Dokter. Dokter mengira Mas Daffa adalah suamiku. Dokter menuliskan resep obat padaku, lalu setelahnya kami keluar dari ruang UGD. "Kan sudah aku bilang Mas kalau aku gak papa." Aku protes pada Mas Daffa yang terlalu berlebihan padaku. "Aku tuh takut Mel kalau terjadi apa-apa sama kamu." Ujarnya. Setelah menebus obat, aku memutuskan untuk pulang dengan memesan taksi online tapi Mas Daffa bersikeras untuk mengantarku. "Aku takut jika terjadi masalah seperti waktu itu." Kataku dengan menatapnya nanar. "Jangan takut Mel,

    Last Updated : 2025-01-28
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Pergi

    Di dalam kamar aku kembali meratapi nasibku, bahkan saat hamil aku masih saja mendapatkan perlakuan buruk. Dia selalu menciptakan luka baru, padahal luka lama masih menganga belum terobati.Dituduh berselingkuh padahal rasa setia untuknya masih aku genggam. "Apa salahku Tuhan?!" Aku berteriak sekerasnya. Air mataku seakan tak mau berhenti. Semua perlakuan Mas Raka menari di kepalaku, memunculkan rasa benci yang berusaha aku tekan. Kini untuk apa lagi aku berasa disini, rumah tangga ini bukan milikku. Ini semua milik Renata. Saat bersamaan aku melihat koper yang ada di samping lemari, tiba-tiba muncul keinginan untuk pergi dari sini.Ya sudah waktunya aku meninggalkan neraka ini.Demi orang tuaku aku bertahan namun kali ini aku pasrah, berharap ayah akan baik-baik saja. Tak sanggup aku menahan sakit akan tuduhannya, dia sendiri yang memaksa aku untuk menerima benihnya dan kini dia sendiri yang meragukan benih ini. Entah apa maunya. Kuambil koper itu dan aku mulai memasukkan b

    Last Updated : 2025-01-29
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kerja Lagi

    "Bismillah." Setelah berpamitan pada kedua orang tuaku, aku melangkahkan kaki keluar rumah. Sebenarnya ibuku tidak rela aku bekerja mengingat keadaanku yang tengah hamil tapi bagaimana lagi, aku juga perlu uang untuk biaya pengobatan ayah selain itu aku juga harus mempersiapkan persalinan nanti. Mas Raka tidak mungkin mau bertanggung jawab akan anak ini karena dia telah beranggapan jika janin yang aku kandung adalah milik Mas Daffa. Tiga puluh menit kemudian aku tiba di kantor, setelah cuti cukup lama akhirnya aku kembali, untung waktu itu aku tidak bersikeras resign jadi kini aku bisa bekerja lagi kesini. Teman-temanku menyambut kehadiranku dengan senang, mereka juga mengucapkan selamat atas kehamilanku yang pertama. Orang lain saja turut bahagia ketika tau aku hamil sementara Mas Raka.... Malah sebaliknya. Dia lebih percaya hasutan Renata daripada mempercayai ucapanku. "Amel kamu kerjakan berkas ini ya." Pinta atasanku. "Baik Bu." Segera kukerjakan setumpuk berkas itu.Meli

    Last Updated : 2025-01-29
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Pesan Ibu

    "Assalamu'alaikum."Aku mengucap salam kepada ibuku yang tengah duduk di teras, aku segera mencium punggung tangan wanita yang telah melahirkan aku itu. "Siapa yang mengantar kamu Mel?" tanya ibu. "Atasan Amel Bu." Ujarku. Segera aku meletakkan makanan yang tadi Mas Daffa belikan di atas meja. "Kamu beli makanan?" Ibu kembali bertanya. "Dibelikan atasan Amel Bu." Kutatap ibuku dengan tersenyum. Meski aku sudah menjawab pertanyaan ibu tapi beliau masih menunjukkan raut kebingungan. Seolah tak percaya jika aku habis ditraktir atasanku. "Atasan kamu baik sekali." Kalimat itu yang ibu ucapkan. "Jelas baik Bu." Kataku sambil menunjukkan sederet gigi putihku. "Ibu masih ingat Mas Daffa?" Ibuku kembali mengerutkan alisnya, "Siapa Daffa?" tanyanya bingung. "Itu loh Bu, dulu waktu Amel kuliah kan ada cowok yang mengantar Amel pulang dan sama ayah dimarahi habis-habisan." Aku berusaha mengingatkan ibu akan Mas Daffa. "Oh iya." Akhirnya ibu ingat. Kami membincangkan Mas Daffa,

    Last Updated : 2025-01-30
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mulai Saat ini Dia adalah Anakku!

    Mas Daffa juga terkejut melihat siapa yang datang. Tangannya terlihat mengepal begitu pula dengan rahangnya yang sekarang mulai mengeras. "Ada urusan apa kamu kemari!" Tanya Mas Daffa sinis. Mas Raka menyeringai, "Yang jelas bukan untuk mengencani istri orang!" Terdengar jelas jika Mas Raka tengah menyindir Mas Daffa, aku juga ikut sakit hati atas ucapannya. Sekali lagi dia merendahkan aku dan menuduhku berkencan dengan Mas Daffa. "Jangan buat masalah, kami disini menunggu klien bukan berkencan!" Kataku lantang. Usai berkata demikian aku justru mematung, menunggu klien? apa jangan-jangn Mas Raka adalah klien kami? Kulempar tatapan ke arah Mas Daffa, jika dilihat dari raut wajahnya dia sepertinya sama sepertiku menyadari jika klien kami adalah Mas Raka. Tak selang lama, seorang datang dia langsung tersenyum. "Pak Daffa." Dia memanggil Mas Daffa. Mas Daffa yang kenal langsung merubah mimik wajahnya, dia tersenyum lalu menjabat orang tersebut. "Pak Roni." Kata Mas Daffa. M

    Last Updated : 2025-01-31

Latest chapter

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Tatapan Sinis

    Memang benar apa yang ibu katakan, Renata dulu sangat jahat, dia pandai berdrama. Bahkan selama kita tinggal bersama dia selalu saja mendominasi Mas Raka, dia juga sering memfitnah aku agar terlihat buruk di depan Mas Raka. Kutahu tujuan Renata memang ingin membuat aku dan Mas Raka pisah. Apa mungkin sikap asli dan tujuan Renata sudah diketahui Mas Raka? sehingga menyebabkan Mas Raka berpikir ulang untuk bersamanya? Hmmm, aku bingung sendiri memikirkan mereka. Sudahlah takdir Renata memang seperti itu. Bukankah apa yang ditanam itulah yang dia petik? Sepandai pandainya tupai melompat pasti akan terjatuh, begitu pula dengan Renata sepandai-pandainya Renata akting pasti akan ketahuan juga. Aku menepikan pikiranku yang kacau tentang mereka karena aku harus segera datang ke kantor.Baru saja turun dari taksi online, suara Mas Daffa kudengar. Pria ini seperti jelangkung saja yang tiba-tiba muncul tanpa notifikasi terlebih dahulu. "Kamu loh Mas mengagetkan saja." Tanganku membogem le

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Apa ini Karma Renata?

    Renata mengamuk? apa ini karena talak dari Mas Raka waktu itu? Aku mengangguk tanpa protes seperti biasanya. Sesampainya di rumah Renata, terlihat beberapa security di depan. "Ada apa Pak?" tanya Mas Raka. "Mohon maaf, istri Pak Raka terus berteriak dan mengamuk." Jawab security. Menurut kesaksian, Renata terus berteriak sudah semingguan yang lalu, para tetangga mengira mungkin karena pertengkaran dalam rumah tangga namun tadi setelah ada yang mencoba mengecek Renata justru mengamuk. Aku merinding mendengar ucapan mereka, ada rasa takut di hatiku. Lalu aku dan Mas Raka masuk ke dalam. Sungguh aku tak sampai hati melihatnya yang diikat dengan mulut yang dilakban. Ada apa dengannya? Aku dan Mas Raka mendekati Renata, wanita itu berontak seolah ingin mengucapkan sesuatu pada kami. "Renata tenanglah!" Pinta Mas Raka dengan tatapan sendunya. Renata menangis saat Mas Raka mengelus rambutnya. Aku pun ikut menangis, Mas Raka..... Lihatlah kelakuanmu yang telah membuatnya

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Renata Mengamuk

    Lupakan yang sudah-sudah? tentu tidak. Luka ini tidak bisa hilang begitu saja. Aku sungguh ingin pergi dari Mas Raka, tapi entah mengapa ada saja yang menarikku untuk dekat dengannya kembali. Orang tuaku, anak ini dan kini orang tuanya, kenapa mereka seolah ingin aku terus berada di sisi Mas Raka? Tuhan, apa kesakitanku ini adalah hal yang lumrah dirasakan seorang wanita sehingga untuk lepas dari sakit rasanya begitu sulit?Apakah benar tali takdir yang sudah terikat akan sulit dilepas? Pada akhirnya aku mengalah, mengikuti kemauan mama mertua untuk pulang bersama mereka. Di dalam mobil, aku terus diam. Pikiranku kacau tak menentu, dadaku rasanya sesak tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Sementara itu Mas Raka dia mencoba berbicara padaku. "Amel aku mohon jangan seperti ini." Dia mengiba sambil fokus menyetir. "Lalu bagaimana maumu?" tanyaku tanpa menatapnya."Bicaralah jangan diam saja." Dia meminta aku untuk bicara tapi apa yang akan aku bicarakan dengannya? Anggukan aku tu

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Jatuh Talak

    Mas Raka melemparkan tatapan sendu ke mamanya, dia seperti kebingungan. Lalu dia menatap Renata yang juga menangis menatapnya. "Jangan Mas, kita sudah menikah. Aku lah yang kamu cintai bukan Amel!" pinta Renata. "Kamu sudah janji sama mendiang orang tuaku untuk selalu menjagaku." Dia menambahkan lagi. Melihatnya seperti ini aku tak tega meski dia sering menyakiti aku tapi tetap saja hati ini tak tega. Mungkin inilah harga yang harus Renata terima. Dulu sudah jelas kedua orang tua Mas Raka menolaknya namun dia tetap saja mau mendampingi Mas Raka walaupun dia hanya dijadikan istri simpanan. "Raka kalau kamu nekat bersamanya maka jangan anggap kami orang tua kamu lagi!" Ancam sang Papa. Beginilah kalau orang menyembunyikan bangkai, dan ketika kebusukannya terungkap bukan hanya dia yang tersakiti, orang di sekitarnya pun turut ikut merasakan imbasnya. "Pa, Ma jangan begitu. Biarlah mereka bahagia, Amel sudah ikhlas akan takdir Amel. Semua akan sama meski Amel nantinya buka

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Terbongkar

    Mataku membola, ada apa? Sungguh hatiku menjadi tak karuan. "Baik Ma, Amel akan kesana." Aku pun memutuskan untuk kesana. "Ada apa Mel?" tanya Mas Daffa yang menunjukkan ekspresi khawatir. "Entah Mas Mertuaku menangis beliau meminta aku untuk pulang." Jawabku dengan menatapnya Mas Daffa terlihat menghela nafas, "Ada saja mereka," ujarnya kesal. Aku mengangguk, "Iya Mas." Aku meminta Mas Daffa untuk menepikan mobilnya, karena aku harus segera pergi ke rumah Mas Raka. "Aku akan mengantarmu Mel." Mas Daffa ternyata yang akan mengantarku ke rumah Mas Raka. Sungguh aku tak enak diantar olehnya tapi dia sendiri yang memaksaku agar mau diantar. "Kamu hati-hati ya Mel, hubungi aku jika ada apa-apa." Pesan Mas Daffa. Tak selang lama kami telah tiba di rumah Mas Raka, terlihat mobil Mertuaku dan mobil Mas Raka berjejer di carport. "Aku turun ya Mas, Terima kasih udah mau ngantar aku." Kutatap wajah Mas Daffa dengan senyuman. Setelah mengucapkan terima kasih

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mas Daffa suami halu para staff

    Mata Mas Raka membola, dia terlihat sangat syok mendengar penuturan ibu. "Maafkan Raka Bu." Ucapnya sambil menatap ibu nanar. "Sudah lama ibu menahan ini, hati ibu sakit melihat anak ibu diperlakukan buruk oleh kamu!" Maki ibu. Air mata ibuku mengalir, ibu mana yang rela melihat anaknya disakiti. "Tau begini dulu ibu tidak akan menerima lamaran kedua orang tua kamu!" Ibu meluapkan unek-uneknya, aku tak menyangka ibu akan emosi begini padahal selama ini ibu sangat tenang. Melihat ibu yang terisak aku pun turut menangis. "Sudah Bu, Amel mohon ibu jangan menangis. Ayah nanti bangun." Aku memohon pada ibuku untuk mengakhiri tangisannya, aku tidak mau masalahku menjadi beban untuk orang tuaku. Kini tatapanku tertuju pada Mas Raka, kuminta dia untuk pulang daripada kehadirannya disini membuat masalah. "Pulanglah!" kataku dengan menatapnya tajam. "Baik, maafkan aku Amel, ibu." Mas Raka lalu melangkahkan kaki pergi. Hari sudah malam, kuminta ibuku untuk istirahat, aku juga me

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Bukankah Kamu Juga Sama

    Senyuman ketir kutunjukkan, lalu aku bertanya seolah tak tahu apa maksud dari kata takut. "Takut kenapa Mas?" "Takut tak bisa memilikimu," jawabnya. Ku lempar tatapan nanar ke depan. Mas Daffa kamu sangat tampan, baik, jabatan tinggi pasti banyak wanita diluar sana yang mengejarmu, please jangan pertaruhkan masa depanmu hanya untuk aku yang bahkan statusku adalah istri orang. Saat aku perang dengan pikiranku, tangan Mas Daffa menyusup masuk dan memelukku dari belakang. Aku yang begitu syok mematung tanpa bisa menolak maupun menerima pelukannya. "Ijinkan aku menjadi penjagamu Amel." Bisiknya. Pelukannya semakin erat, Direktur utama itu bak ular piton yang hendak meremukkan mangsa. 'Mas jangan lakukan ini' Hatiku menjerit, memohon padanya agar melepaskan pelukannya namun tubuhku masih terkunci. Akhirnya dia melepaskan pelukannya juga, dan saat itu pula tubuhku kembali normal. Jam istirahat telah habis, aku dan Mas Daffa berjalan turun. Kami berpisah di lift lebih tepat

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Aku Takut Kamu Kembali Padanya Mel

    Aku membisu, seandainya kata-kata itu terucap beberapa bulan yang lalu mungkin akan aku pikirkan lagi niatan untuk berpisah namun sayang kata indah ini dia ucapkan ketika niatku sudah bulat. Meskipun aku adalah rumah baginya tapi dia bukanlah nahkoda di kapalku, aku bisa mendayung perahuku sendiri tanpa harus melibatkannya. "Terkadang tempat singgah juga lebih nyaman daripada rumah Mas." Ucapku lirih. "Tidak Amel." Sanggahnya. "Buktinya kamu dulu begitu mengagungkan tempat singgahmu itu!" Seusia kalimat itu kuucap, kami berdua saling diam. Tatapanku ke depan menatap sederet mobil yang sedari tadi tetap di tempatnya. Entah sampai kapan macet ini akan terurai sehingga aku lebih cepat lepas dari pria ini. Hingga satu jam berlalu namun mobil di depan tidak bergerak sedikit pun. Apa sebenarnya yang menyebabkan macet panjang ini? Aku mulai bertanya-tanya. Diriku yang lelah memutuskan untuk memejamkan mata, lebih baik aku tidur daripada diajak Mas Raka ngobrol yang tidak-t

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Rumahku Adalah Kamu

    Penolakan tegas terdengar dari mulut Renata, jelas dia tidak mau pulang naik taksi. "Aku nggak mau Mas!" Aku tersenyum sinis, "Tuh istri kamu tidak mau." Aku dan Ira bersiap berjalan tapi tangan Mas Raka menarik tanganku. "Tunggu Amel." Mas Raka meminta aku untuk menunggunya, lalu dia memberi Renata uang. "Jangan protes mengertilah Amel sedang hamil!" Katanya. Renata menerima uang itu dengan mata berkata, kutahu dia saat ini pasti kecewa dengan keputusan suami tercintanya ini. Sementara aku harus menerima konsekuensi atas ucapanku, seandainya aku tadi tidak menggertaknya mungkin saat ini aku pulang bersama Ira. Di mobil kami sekarang, kutatap kesal pria yang masih berstatus suamiku ini. "Mel bagaimana anak kita? apa dia terus menendang?" Dia membuka pembicaraan. "Iya." Kujawab singkat pertanyaannya. "Tidak bisakah kita tinggal bersama lagi Mel?" Pertanyaannya mengundang emosiku, segera ku lempar tatapan tajam ku padanya. "Aku sudah sangat senang bis

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status