Share

Pergi

Penulis: CitraAurora
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-29 20:56:18
Entah mengapa hatiku begitu sakit, luka digagahi dengan paksa saja masih membekas apalagi kini dituduh berselingkuh.

Plak...

Tamparan keras kujatuhkan, agar dia sadar dengan apa yang diucapkan.

"Apa kamu meragukanku!" Aku berujar lantang. "Kalau begitu setelah anak ini lahir mari kita akhiri pernikahan ini."

Di dalam kamar aku kembali meratapi nasibku, bahkan saat hamil aku masih saja mendapatkan perlakuan buruk. Dia selalu menciptakan luka baru, padahal luka lama masih menganga belum terobati.

Dia menuduh aku berselingkuh padahal hingga detik rasa setia untuknya masih aku genggam.

"Apa salahku Tuhan?!" Aku berteriak sekerasnya.

Air mataku seakan tak mau berhenti. Semua perlakuan Mas Raka menari di kepalaku, memunculkan rasa benci yang berusaha aku tekan.

Kini untuk apa lagi aku berada disini, rumah tangga ini bukan milikku. Ini semua milik Renata.

Saat bersamaan aku melihat koper yang ada di samping lemari, tiba-tiba muncul keinginan untuk pergi dari sini.

Ya sud
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Siti Yuliatin
wajar sih ada fitnah krn amel ma daffa g jaga jarak smp cium kening sgl. dah tau daffa suka harusnya amel jaga jarak dan jaga sikap. Raka pun pantes dapat tamparan krn asal nuduh tanpa bukti yg jelas(cm menduka dan kemakan hasutan)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
bener kata ibumu Mel...ceritakan semua pada mertuamu...takutnya kamu yang d salahkan dn mereka berdua memfitnahmu
goodnovel comment avatar
Ade Virlita
si daffa mah ada² aja ya, suka bangat ngejahilin si Amel,hehehe
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kerja Lagi

    "Bismillah." Setelah berpamitan pada kedua orang tuaku, aku melangkahkan kaki keluar rumah. Sebenarnya ibuku tidak rela aku bekerja mengingat keadaanku yang tengah hamil tapi bagaimana lagi, aku juga perlu uang untuk biaya pengobatan ayah selain itu aku juga harus mempersiapkan persalinan nanti. Mas Raka tidak mungkin mau bertanggung jawab akan anak ini karena dia telah beranggapan jika janin yang aku kandung adalah milik Mas Daffa. Tiga puluh menit kemudian aku tiba di kantor, setelah cuti cukup lama akhirnya aku kembali, untung waktu itu aku tidak bersikeras resign jadi kini aku bisa bekerja lagi kesini. Teman-temanku menyambut kehadiranku dengan senang, mereka juga mengucapkan selamat atas kehamilanku yang pertama. Orang lain saja turut bahagia ketika tau aku hamil sementara Mas Raka.... Malah sebaliknya. Dia lebih percaya hasutan Renata daripada mempercayai ucapanku. "Amel kamu kerjakan berkas ini ya." Pinta atasanku. "Baik Bu." Segera kukerjakan setumpuk berk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Pesan Ibu

    "Assalamu'alaikum." Aku mengucap salam kepada ibuku yang tengah duduk di teras, aku segera mencium punggung tangan wanita yang telah melahirkan aku itu. "Siapa yang mengantar kamu Mel?" tanya ibu. "Atasan Amel Bu." Ujarku. Segera aku meletakkan makanan yang tadi Mas Daffa belikan di atas meja. "Kamu beli makanan?" Ibu kembali bertanya. "Dibelikan atasan Amel Bu." Kutatap ibuku dengan tersenyum. Meski aku sudah menjawab pertanyaan ibu tapi beliau masih menunjukkan raut kebingungan. Seolah tak percaya jika aku habis ditraktir atasanku. "Atasan kamu baik sekali." Kalimat itu yang ibu ucapkan. "Jelas baik Bu." Kataku sambil menunjukkan sederet gigi putihku. "Ibu masih ingat Mas Daffa?" Ibuku kembali mengerutkan alisnya, "Siapa Daffa?" tanyanya bingung. "Itu loh Bu, dulu waktu Amel kuliah kan ada cowok yang mengantar Amel pulang dan sama ayah dimarahi habis-habisan." Aku berusaha mengingatkan ibu akan Mas Daffa. "Oh iya." Akhirnya ibu ingat. Kami membin

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mulai Saat ini Dia adalah Anakku!

    Mas Daffa juga terkejut melihat siapa yang datang. Tangannya terlihat mengepal begitu pula dengan rahangnya yang mulai mengeras. "Ada urusan apa kamu kemari!" Tanya Mas Daffa sinis. Mas Raka menyeringai, "Yang jelas bukan untuk mengencani istri orang!" Terdengar jelas jika Mas Raka tengah menyindir Mas Daffa, aku juga ikut sakit hati atas ucapannya. Sekali lagi dia merendahkan aku dan menuduhku berkencan dengan Mas Daffa. "Jangan buat masalah, kami disini menunggu klien bukan berkencan!" Kataku lantang. "Klise sekali alasan kamu Mel!" Dia tertawa menyeringai. "Tunggu!" Aku menatap Mas Raka. Apa jangan-jangn Mas Raka adalah klien kami? Kulempar tatapan ke arah Mas Daffa, jika dilihat dari raut wajahnya dia sepertinya sama sepertiku menyadari jika klien kami adalah Mas Raka. Tak selang lama, seorang datang dia langsung tersenyum. "Pak Daffa." Dia memanggil Mas Daffa. Mas Daffa yang kenal langsung merubah mimik wajahnya, dia tersenyum lalu menjabat orang tersebut.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Menjemput

    Aku melongo menatap Mas Daffa, bagaimana mungkin dia mengklaim benih ini miliknya hanya karena ucapan Mas Raka tadi. Sungguh nggak pantas membebankan tanggung jawab ini pada Mas Daffa. "Tidak perlu seperti itu Mas." Kataku kemudian. "Perlu Amel, aku akan tanggung jawab akan anak ini!" Sahutnya. Entahlah aku bingung sendiri memikirkan Mas Raka dan Mas Daffa, tak tau harus berkata apa aku melemparkan tatapan keluar jendela. Daripada bingung, lebih baik aku ikuti alur dari sang Pencipta. Cukup sabar saja menjalani semua pasti semua permasalahan ini ada solusinya. Mobil Mas Daffa melaju jauh menuju jalan tol arah luar kota, entah kemana lagi dia akan pergi? "Mas kita mau kemana?" tanyaku heran. "Pantai, aku akan menunjukkan kamu sunset terindah." Jawabnya. Satu jam kemudian mobil Mas Daffa memasuki kawasan pantai, memang apa yang dia ucapkan benar adanya. Pantai ini masih asri, jalan menuju ke pantai ini juga masih jalan setapak sehingga mobil di parkir jauh dari bibir pan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Amel Pulanglah!

    "Amel aku mohon pulanglah!" Dia menatapku dengan tatapan sendu, mengiba agar aku pulang bersamanya. Apa yang sebenarnya terjadi? kenapa dia bersikap begini? bukankah beberapa hari yang lalu dia sangat menyebabkan. "Sudahlah Mas, pergilah!" Ujarku lirih. "Aku akan pergi jika kamu ikut pulang bersamaku Amel." Hatiku mencolos mendengar ucapannya itu, inikah Mas Raka yang selalu melukaiku? Sejenak rasa iba datang menghampiri, hendak merobohkan pertahananku. Namun.... Segera perlakuan buruknya datang menghalau rasa iba itu, menyadarkanku betapa kejamnya dia. "Apa sih maumu! Kita telah sepakat untuk berpisah. Lagipula benih ini kamu juga tidak mengakuinya tapi kenapa sekarang kamu tiba-tiba datang dan mengajak aku pulang???" Kutatap tajam Mas Raka. Tangan Mas Daffa menggenggam tanganku, pria ini seolah memberiku kekuatan agar tidak rapuh. "Raka! anak ini milikku, jadi pergilah!" Ujar Mas Daffa dengan lantang. "Anak itu anakku Daffa!" Sahut Mas Raka yang tak mau kalah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Menyesal

    "Mama ada apa mencari Amel?" Aku menatap Mama Mas Raka dengan lekat. Mama tersenyum menatapku. "Sebenarnya mama itu mau membahas acara syukuran anak kamu, kan usia kandungan kamu sudah empat bulan." Jawab Mama. Ternyata inilah tujuan Mama dan Papa datang, lalu apa yang harus aku katakan? sementara hubunganku dan Mas Raka hampir mencapai finish? Aku dan ibu saling pandang menunjukkan raut sedih masing-masing, sementara ayah tersenyum dan turut membahas acara syukuran ini. "Lebih baik syukuran ini dilakukan di rumah mereka, biar lebih berkah." Ujar ayah. "Benar sekali Pak besan." Sahut Papa Mas Raka. Apa ini, kenapa jadi begini? aku menatap ibu. Air mataku menggenang di pelupuk mataku. Haruskah aku bilang yang sebenarnya? "Tapi katanya Raka ada dinas diluar?" Ayah ternyata masih ingat alasanku, entah mengapa jawaban Mama Mas Raka bisa diterima ayah, dan mereka kini tertawa. "Bagaimana dengan anda Jeng? setuju bukan jika acara syukuran empat bulanan dilakukan di

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Raka Datang Ke Kantor

    "Heran, kamu tuh kenapa sih!" Aku menggerutu sambil melemparkan tatapanku kembali keluar kaca mobil. Pikiranku kini semakin ramai, melayang jauh kesana kemari tak menentu. Tak selang lama mobilnya tiba di depan lobi perusahaan, tanpa berkata apa-apa aku segera turun dan menutup pintu cukup keras. Kode pada Mas Raka jika aku tak suka dia antar ke kantor. Waktu masuk tinggal lima menit lagi, buru-buru aku masuk ke dalam untuk absen. Tinggal satu menit lagi, untung aku sudah selesai absen sehingga kedatanganku tidak masuk dalam kategori terlambat. Di belakangku ada Mas Daffa yang ternyata baru saja datang. "Tumben Mel kamu datang pas waktu masuk." Ujar pria itu. "Bangun kesiangan Mas." Jawabku dengan tersenyum menatapnya. Memang biasanya setengah jam sebelum jam masuk aku sudah standby di kantor. Tak ingin terlambat, aku segera pamit ke divisiku. Semua rekan kerja ku sudah berkutat dengan komputer masing-masing tinggal aku yang belum siap apa-apa. Segera aku

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Apa Tujuannya?

    Di sore harinya, Mas Raka datang menjemputku kembali, jujur aku tak pernah berpikir pria ini akan gigih menemuiku berkali-kali. "Mel ayo pulang." Dia berjalan mendekat ke arahku. "Aku bisa pulang sendiri." Segera aku menolak tawarannya.. Namun Mas Raka langsung menarik tanganku. "Aku tadi mengantarmu berangkat jadi pulangnya harus aku jemput." Kulepas tangannya dengan kasar, " Jaga batasanmu Mas!" Ujarku lantang. Kulihat Mas Raka justru tersenyum, lalu menatapku. "Amel Amel batasan seperti apa yang harus aku jaga bukankah kamu adalah istriku?" Mendengarnya aku terdiam, apa yang dia ucapkan benar adanya, memang secara lahiriyah kami berpisah namun secara harfiah aku masih istrinya, bahkan masih menyandang status Nyoka Raka. "Sudahlah Mas aku tidak mau berdebat." Kataku dengan ketus. "Aku juga jadi tolong menurut lah, mari aku antar pulang, Ibu dan ayah sudah menunggu kamu di rumah." Dia berkata sangat lembut padaku, tatapannya juga sangat teduh. Sejenak kutatap Ma

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02

Bab terbaru

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Aku bahagia Mas

    Waktu terus berlalu, tak terasa Arkan sudah berumur tujuh bulan, mama yang masih memegang teguh adatnya hendak melakukan syukuran yang disebut "Mudun lemah" atau turun tanah. Di usia tujuh bulan bayi sudah diperbolehkan untuk diturunkan ke bawah mengingat mereka harus belajar berjalan. "Amel persiapannya sudah selesai apa belum?" tanya Mama yang memantau aku di dapur. "Sudah ma, anak ayam yang mama pesan sudah dikirim." Kataku sambil tersenyum. Memang dalam syukuran kali ini kami menggunakan anak ayam, entahlah kenapa ada adat seperti itu. Ayah dan ibuku juga datang untuk membantu, aku yang lelah memutuskan ke kamar sejenak untuk istirahat. Beberapa saat kemudian, Mas Raka menyusulku. Dia yang juga kelelahan turut berbaring di sampingku. "Adat terkadang itu menyusahkan, tinggal syukuran saja kenapa ribet banget yang inilah itulah, lagian kenapa ada acara turun tanah, Arkan tinggal ditaruh bawah kan udah beres." Mas Raka menggerutu sendiri. Mendengar gerutuannya

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Pengen Terus

    Mas Raka menatapku tak percaya, "Kamu setuju Sayang?" tanyanya sambil memegang pundakku. "Iya Mas, kuakui aku tak sanggup mengurus Arkan sendirian." Mas Raka langsung memelukku, dia mengecup keningku berkali-kali. Setelah berbincang aku dan Mas Raka memutuskan pulang, sesampainya di rumah Mama menyambutku. Sama seperti Mas Raka mama memelukku dengan erat. Sebenarnya aku heran pada mereka, takut sekali jika aku pergi. "Ma tolong carikan yayasan terbaik, kami akan menggunakan jasa baby sitter." Ujar Mas Raka. Mama sangat senang mendengar kabar ini lalu beliau menghubungi Yayasan yang sudah diakui para majikan. Beberapa foto calon baby sitter mama tunjukkan padaku, dan pilihanku jatuh pada baby sitter yang sudah berumur. Aku sengaja mencari yang tidak manarik karena takut Mas Raka akan tergodo seperti di film-film. Keputusan kami buat, dan besok orangnya akan dikirim ke rumah. Malam itu, Mas Raka lah yang menidurkan Arkan, dia juga menemani aku begadang meng

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Saling minta maaf

    "Iya Bu, Amel akan memikirkannya lagi." Kataku sambil menatap ibuku. Arkan menangis, ibu memintaku untuk menyusuinya langsung karena asi yang aku pompa kemarin sudah habis. Setelah aku menyusui Arkan, ibu meminta bayiku kembali. Ibuku memang ibu terbaik di dunia. Beliau tidak ingin aku lelah. "Enak ya digendong nenek." Aku mengusap pipi Arkan. Dari depan terdengar suara mobil berhenti, bibirku menyunggingkan senyuman saat tahu yang berhenti adalah mobil Mas Raka. Mas Raka berjalan mendekat dan bersamaan Arkan muntah sehingga aku berlari masuk ke dalam. Dari belakang aku mendengar Mas Raka memanggilku. "Sayang." Mas Raka mengekori aku yang ingin mengambil tisu. Dia langsung memelukku. "Maafkan aku." Dia berbisik. Aku melepas pelukannya bukan tidak senang dengan kedatangannya tapi aku harus mengusap muntah Arkan. Ibu segera meminta tisu dariku, lalu beliau lah yang mengusap bibir Arkan. Setelah bersih dari muntahan, aku menatap suamiku yang sudah memasan

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Apa aku salah?

    Di dalam kamar aku menangis, sungguh aku merasa sedih dengan sikap Mas Raka. Kenapa semua seolah aku yang salah? padahal aku hanya ingin merawat Arkan dengan tanganku sendiri? "Kenapa kamu begini Mas?" Aku bermonolog dengan diriku sendiri. Kukira Mas Raka akan mengerti keadaanku, seorang ibu baru yang mengalami perubahan segala siklus hidup namun nyatanya tidak. Di saat seperti ini bukankah peran suami adalah mensupport istri? tapi mengapa malah balik menyalahkan? ArrggggAku berteriak sambil mengusap rambutku dengan kasar. Meskipun aku mengurus Arkan sendiri aku tidak pernah mengganggu tidurnya, seberapa repotnya aku tiap malam aku tidak pernah membangunkannya karena aku sadar dia harus bekerja. Tapi kenapa dia tidak mengerti? bukankah masa-masa seperti ini tidak lama, ketika bayi semakin besar dia pasti akan jarang bangun malam dan aku bisa mengurusnya kembali? Hati yang meradang membuat aku terus menangis hingga suara ketukan dari luar menghentikan tangisku. Aku berjalan u

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kenapa?

    Kutunggui dia yang sedang makan, entah mengapa melihat Mas Raka makan, aku merasa iba. Emosi yang memburu tiba-tiba menghilang. "Aku sudah selesai makan, apa yang ingin dibicarakan?" Dia menatapku. "Ayo le kamar." Tak ingin di dengar pelayan dan Mama aku mengajak Mas Raka ke kamar. Tapi Mas Raka menolak dengan alasan kekenyangan jadi malas naik. "Kamu tuh kenapa sih Mas, bicara di kamar lebih leluasa tidak didengar banyak orang!" Aku memberengut kesal. "Apa masalahmu?" Nafasku kembali memburu, dia tidak pulang dan dia bertanya apa masalahnya? "Kamu tuh nyadar gak sih kalau salah! nggak pulang apa menurut kamu itu wajar?" Air mataku yang kutahan memberontak keluar, sehingga kini aku menangis di hadapannya. "Apa yang kamu tangisi bukanlah semua keinginan kamu?" Mendengar ucapannya sontak aku membuat aku kembali menatapnya, "Apa maksud kamu?" "Ya kamu lelah dengan Arkan bukanlah itu keinginan kamu? dari awal aku sudah mencoba menawarkan baby sitter tapi kamu selalu menolak."

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Tidak Pulang

    Tanganku mengepal, emosiku meledak-ledak melihatnya. Melihatku Mas Raka hanya menghela nafas. "Aku lelah, jangan marah-marah seperti ini." Katanya lalu dia merebahkan diri di tempat tidur. Tak rela jika amarahku berakhir begitu saja aku pun menghampirinya, ku tarik tangannya agar bangun untuk mendengar omelanku. Tapi bukannya bangun Mas Raka justru menarik tubuhku dan membawaku ke dalam dekapannya. "Arkan tidur lebih baik kamu tidur jangan marah-marah." Katanya. Aku melongo melihat suamiku ini, seketika emosiku yang sedari tadi berapi-api padam begitu saja. Dan dalam dekapannya aku merasa hangat hingga air mataku tak terasa meleleh. "Nyatanya lelahku hilang dalam dekapannya." Batinku sambil terus menatap Mas Raka yang sudah memejamkan mata. Baru saja aku terpejam suara Arkan membangunkan aku, malas dan lelah tapi aku harus bangun untuk menenangkan malaikat kecilku itu. "Kamu haus ya." Kataku sambil membuka kancing baju untuk menyusuinya. Saking ngantukn

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Marah

    Aku hanya tersenyum mendengar pesan Mama, entah mengapa aku ingin tanganku sendiri yang mengurus bayi ini. "Nanti Amel pikirkan ya Ma." Tak ingin Mama kecewa aku berkata demikian. Bayiku kini berusia tujuh hari, hari ini adalah hari dimana Mama mengadakan syukuran pemberian nama. Adat kami memang seperti itu, ada beberapa syukuran yang wajib digelar oleh keluarga yang baru saja memiliki keturunan. "Namanya Arkan Ma, diambil dari Amel dan Raka." Ujar Mas Raka. "Tapi sama Mas Raka ditambahi n," sambungku. Mama tertawa, sebenarnya aku yang ingin Mas Raka menambahkan paten n, karena aku ngefans sekali dengan salah satu sama pemain bola tanah air. Setelah acara syukuran pemberian nama selesai aku dan Mas Raka pamit ke atas untuk istirahat. Di dalam kamar, Mas Raka duduk di sampingku. "Sayang, besok pagi sekali aku ada dinas keluar kota kamu bisa nggak bangun pagi dan mengurusi aku." Dia menatapku. "Aku upayakan ya Mas, bayi kita sering rewel kalau malam jadi aku ga bisa

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mengurus Anak Sendiri

    Ini bukan stimulasi Asi melainkan memancing hasrat, alhasil hasratku lah yang terpancing keluar. "Mas, ah...." Aku malah mendesah merasakan setiap hisapan yang mas Raka berikan. Tanganku menarik rambutnya, mataku justru terpejam. "Mas sudah." Aku menekan kepalanya. Entah apa yang ada di kepalaku, saat seperti ini aku malah terjerumus dalam hal ini. Mas Raka menyudahi aksinya, "Gimana sayang, apa sudah cukup stimulasinya?" Dia tersenyum licik. "Ini bukan stimulasi mas, tapi memancing hasrat." Sahutku kesal. Dia tertawa, suamiku sungguh mesum sekali. "Maafkan aku sayang," katanya lalu mencubit pipiku. Netraku menatap wajahnya kemudian turun ke bawah dan aku melihat ada sesuatu yang menyembur dari balik celananya. Deretan gigiku terlihat, ternyata dia juga terpancing perbuatannya sendiri. "Itu kamu juga berdiri." Kataku sambil menahan tawa. Sebenarnya aku ingin tertawa lepas mengejeknya hanya saja luka operasi jika dibuat tertawa terasa sangat sakit. Tau aku mengejeknya Mas

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Lahir

    Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, hari ini aku dan seluruh keluarga besarku dan Mas Raka pergi ke rumah sakit. Sengaja kami memilih hari ini karena hari ini bertepatan dengan ulang tahun Mas Raka jadi anakku nanti memiliki hari ulang tahun sama dengan papanya. "Mas aku takut." Aku terus memegangi tangan mas Raka. Ingatan waktu itu, membuat nyaliku menciut. Memang operasi sesar tidak menakutkan tapi setelahnya aku harus kesakitan. "Jangan takut sayang, ada aku." Mas Raka terus mengecup keningku. "Habis operasi sakit sekali Mas." Aku mengubah raut wajahku takut merasakannya lagi. Mas Raka tersenyum, dia bilang kalau nanti sakitnya terbayarkan dengan hadirnya anak kami. Aku tersenyum mendengar ucapannya. Bayangan bayi menangis menari di kepalaku, tanpa kusadari bibirku terus saja menyunggingkan senyuman. Beberapa waktu kemudian, Dokter datang untuk melakukan pemeriksaan, selain operasi aku juga meminta dokter untuk sekalian memasang kb, rencananya aku akan menunda kehamilan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status