Share

Menjemput

Author: CitraAurora
last update Last Updated: 2025-01-31 23:50:30
Aku melongo menatap Mas Daffa, bagaimana mungkin dia mengklaim benih ini miliknya hanya karena ucapan Mas Raka tadi.

Sungguh nggak pantas membebankan tanggung jawab ini pada Mas Daffa.

"Tidak perlu seperti itu Mas." Kataku kemudian.

"Perlu Amel, aku akan tanggung jawab akan anak ini!" Sahutnya.

Entahlah aku bingung sendiri memikirkan Mas Raka dan Mas Daffa, tak tau harus berkata apa aku melemparkan tatapan keluar jendela.

Daripada bingung, lebih baik aku ikuti alur dari sang Pencipta. Cukup sabar saja menjalani semua pasti semua permasalahan ini ada solusinya.

Mobil Mas Daffa melaju jauh menuju jalan tol arah luar kota, entah kemana lagi dia akan pergi?

"Mas kita mau kemana?" tanyaku heran.

"Pantai, aku akan menunjukkan kamu sunset terindah." Jawabnya.

Satu jam kemudian mobil Mas Daffa memasuki kawasan pantai, memang apa yang dia ucapkan benar adanya.

Pantai ini masih asri, jalan menuju ke pantai ini juga masih jalan setapak sehingga mobil di parkir jauh dari bibir pan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
sesalmu tiada guna Raka...biarkan Amel memilih kebahagiaannya sendiri...jadi pergilah dari kehidupannya...dn jangan pernah kembali
goodnovel comment avatar
Ade Virlita
waktu masih bucin sama si Renata, Amel tak di hiraukan, di anggurin 24 jam nonstop pun Raka biasa² aja tuh, sekarang baru bilang istri nya, emang dasar si Rakaaa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Amel Pulanglah!

    "Amel aku mohon pulanglah!" Dia menatapku dengan tatapan sendu, mengiba agar aku pulang bersamanya. Apa yang sebenarnya terjadi? kenapa dia bersikap begini? bukankah beberapa hari yang lalu dia sangat menyebabkan. "Sudahlah Mas, pergilah!" Ujarku lirih. "Aku akan pergi jika kamu ikut pulang bersamaku Amel." Hatiku mencolos mendengar ucapannya itu, inikah Mas Raka yang selalu melukaiku? Sejenak rasa iba datang menghampiri, hendak merobohkan pertahananku. Namun.... Segera perlakuan buruknya datang menghalau rasa iba itu, menyadarkanku betapa kejamnya dia. "Apa sih maumu! Kita telah sepakat untuk berpisah. Lagipula benih ini kamu juga tidak mengakuinya tapi kenapa sekarang kamu tiba-tiba datang dan mengajak aku pulang???" Kutatap tajam Mas Raka. Tangan Mas Daffa menggenggam tanganku, pria ini seolah memberiku kekuatan agar tidak rapuh. "Raka! anak ini milikku, jadi pergilah!" Ujar Mas Daffa dengan lantang. "Anak itu anakku Daffa!" Sahut Mas Raka yang tak mau kalah

    Last Updated : 2025-02-01
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Menyesal

    "Mama ada apa mencari Amel?" Aku menatap Mama Mas Raka dengan lekat. Mama tersenyum menatapku. "Sebenarnya mama itu mau membahas acara syukuran anak kamu, kan usia kandungan kamu sudah empat bulan." Jawab Mama. Ternyata inilah tujuan Mama dan Papa datang, lalu apa yang harus aku katakan? sementara hubunganku dan Mas Raka hampir mencapai finish? Aku dan ibu saling pandang menunjukkan raut sedih masing-masing, sementara ayah tersenyum dan turut membahas acara syukuran ini. "Lebih baik syukuran ini dilakukan di rumah mereka, biar lebih berkah." Ujar ayah. "Benar sekali Pak besan." Sahut Papa Mas Raka. Apa ini, kenapa jadi begini? aku menatap ibu. Air mataku menggenang di pelupuk mataku. Haruskah aku bilang yang sebenarnya? "Tapi katanya Raka ada dinas diluar?" Ayah ternyata masih ingat alasanku, entah mengapa jawaban Mama Mas Raka bisa diterima ayah, dan mereka kini tertawa. "Bagaimana dengan anda Jeng? setuju bukan jika acara syukuran empat bulanan dilakukan di

    Last Updated : 2025-02-01
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Raka Datang Ke Kantor

    "Heran, kamu tuh kenapa sih!" Aku menggerutu sambil melemparkan tatapanku kembali keluar kaca mobil. Pikiranku kini semakin ramai, melayang jauh kesana kemari tak menentu. Tak selang lama mobilnya tiba di depan lobi perusahaan, tanpa berkata apa-apa aku segera turun dan menutup pintu cukup keras. Kode pada Mas Raka jika aku tak suka dia antar ke kantor. Waktu masuk tinggal lima menit lagi, buru-buru aku masuk ke dalam untuk absen. Tinggal satu menit lagi, untung aku sudah selesai absen sehingga kedatanganku tidak masuk dalam kategori terlambat. Di belakangku ada Mas Daffa yang ternyata baru saja datang. "Tumben Mel kamu datang pas waktu masuk." Ujar pria itu. "Bangun kesiangan Mas." Jawabku dengan tersenyum menatapnya. Memang biasanya setengah jam sebelum jam masuk aku sudah standby di kantor. Tak ingin terlambat, aku segera pamit ke divisiku. Semua rekan kerja ku sudah berkutat dengan komputer masing-masing tinggal aku yang belum siap apa-apa. Segera aku

    Last Updated : 2025-02-02
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Apa Tujuannya?

    Di sore harinya, Mas Raka datang menjemputku kembali, jujur aku tak pernah berpikir pria ini akan gigih menemuiku berkali-kali. "Mel ayo pulang." Dia berjalan mendekat ke arahku. "Aku bisa pulang sendiri." Segera aku menolak tawarannya.. Namun Mas Raka langsung menarik tanganku. "Aku tadi mengantarmu berangkat jadi pulangnya harus aku jemput." Kulepas tangannya dengan kasar, " Jaga batasanmu Mas!" Ujarku lantang. Kulihat Mas Raka justru tersenyum, lalu menatapku. "Amel Amel batasan seperti apa yang harus aku jaga bukankah kamu adalah istriku?" Mendengarnya aku terdiam, apa yang dia ucapkan benar adanya, memang secara lahiriyah kami berpisah namun secara harfiah aku masih istrinya, bahkan masih menyandang status Nyoka Raka. "Sudahlah Mas aku tidak mau berdebat." Kataku dengan ketus. "Aku juga jadi tolong menurut lah, mari aku antar pulang, Ibu dan ayah sudah menunggu kamu di rumah." Dia berkata sangat lembut padaku, tatapannya juga sangat teduh. Sejenak kutatap Ma

    Last Updated : 2025-02-02
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Pulang Lagi

    Ucapanku adalah harga mati yang tidak bisa diganggu gugat. Meski penyesalan Mas Raka setinggi gunung, aku tetap tidak akan kembali. “Pikirkan anak kita Mel, pikirkan orang tuamu juga. Aku mohon.” pintanya dengan tatapan sendu. “Justru karena aku memikirkan mereka aku tidak mau kembali Mas, sudahlah jangan mencoba mengurai komitmen kita.” Tak ingin terus berdebat dengannya aku berjalan ke pintu, “Pergilah, aku mau istirahat.” Sengaja aku mengusirnya karena jika tidak diusir dia tidak akan pergi. Dia mengangguk, sebelum keluar dia menatapku sendu. Melihatnya melas begini ada rasa tak tega tapi aku kejam begini juga karenanya. Dulu sikapnya juga begini padaku, sekeras aku memohon bahkan mengemis dia tidak pernah melihatku karena di otaknya hanya ada Renata dan Renata. “Ya sudah kamu istirahat, jaga anak kita.” Tangannya hendak mengelus perutku namun secepat kilat aku menghindar. “Tidak usah memegangnya.” Ujarku dingin. "Baik Mel, maaf." Setelah dia keluar, aku segera men

    Last Updated : 2025-02-03
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Akan Aku Pertahankan Pernikahan Ini

    Aku berjalan menuju jendela, kutatap nanar luar sana. Di rumah ini pikiranku penuh sesak, Renata dengan aneka dramanya, Mas Raka yang tak ku tahu apa maunya, semua ini berputar di kepalaku membuat rasa sakit ini semakin terasa. Pikiranku menerawang jauh sehingga tak sadar jika ada tangan yang memelukku dari belakang. “Apa yang kamu lamunkan Mel?” Bisik Mas Raka. Reflek aku melepas tangannya, tapi tangan kekar Mas Raka tak membiarkan aku lepas. “Please biarkan seperti ini.” Pintanya. Aku berdecak kesal, “Jangan gila kamu Mas!” Kembali aku meronta, berusaha sekuat tenaga untuk lepas darinya. Namun aku tetap saja kalah. “Setelah kamu pergi, aku merasa kehilangan, aku akui aku tak bisa tanpamu Amel.” Ucapnya lirih. Hembusan nafas Mas Raka ku rasakan. Dan sekian detik kemudian, pelukannya kian mengerat. “Lepaskan aku Mas!” Aku berusaha lagi melepaskan pelukannya. "Kamu seperti piton saja!" Kataku ketus. “Bukankah dulu kamu selalu ingin aku peluk, kembalilah ke A

    Last Updated : 2025-02-04
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Aku Bahagia Bisa Bersama Mu

    Buku-buku ku lempar tatapanku, sudahlah lagipula aku juga sudah memutuskan untuk berpisah jadi untuk apa aku memikirkan hal itu. Di dapur kami menyiapkan segala sesuatunya sambil mengobrol, Mas Raka benar-benar care caranya memperlakukan aku membuat Mama terus melirik kami. Aku keringetan sedikit dia langsung mengusapnya hal ini membuat aku semakin tak nyaman. "Raka, kamu bucin sekali, daritadi sudah berapa kali kamu mengusap keringat Amel." Ujar Mama dengan tersenyum. "Iya Ma takutnya nanti kena mata kalau nggak bergegas diusap." Sahutnya. Mungkin jika dia melakukan hal ini sebelum hatiku berubah pasti aku adalah wanita paling bahagia di dunia ini, Sayang dia memperlakukan aku dengan istimewa setelah hatiku mati rasa jadi hanya menjadi kekesalan bagiku. Aku masih bergeming karena tak berkutik untuk bicara, biar saja dia melakukan apapun semaunya. "Kamu pasti lelah, ayo aku antar istirahat." Mas Raka kembali menunjukkan perhatiannya. "Tidak." Jawabku singkat lalu kembal

    Last Updated : 2025-02-04
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Panik

    "Sudahlah Amel jangan diingat lagi, aku tahu aku salah!" Tatapan Mas Raka berubah sendu. "Mudah bagimu melupakan karena kamu yang menyakiti, tapi bagaimana dengan aku? ingatan perlakuanmu masih membekas di kepalaku!" Kusahut ucapannya dengan sinis. Enak saja jangan diingat lagi, apa dia tahu bagaimana rasanya jadi aku. "Maaf." Suara Mas Raka lirih. Waktu terus bergulir, acara pun segera dimulai. Setelah mandi aku memakai pakaian yang telah Mama belikan, begitu pula dengan Mas Raka. "Kamu cantik sekali pakai gamis ini Mel." Puja-puji Mas Raka mencuat. "Biasa saja, lagian tumben sekali memujiku." Sahutku ketus. Dia terdiam seribu bahasa, lagian sok sok an memujiku perasaan selama setahun lebih bersamanya dia pernah dia memujiku. Saat bersamaan Ponsel Mas Raka berbunyi, setelah dia menerima panggilan dia pamit turun. "Iya sana sana ganggu orang berias saja!" gerutuku. Setelah Mas Raka keluar, kudengar pintu dibuka. Sontak aku menoleh dan ternyata Renata masuk ke dalam

    Last Updated : 2025-02-05

Latest chapter

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Tidak Pulang

    Tanganku mengepal, emosiku meledak-ledak melihatnya. Melihatku Mas Raka hanya menghela nafas. "Aku lelah, jangan marah-marah seperti ini." Katanya lalu dia merebahkan diri di tempat tidur. Tak rela jika amarahku berakhir begitu saja aku pun menghampirinya, ku tarik tangannya agar bangun untuk mendengar omelanku. Tapi bukannya bangun Mas Raka justru menarik tubuhku dan membawaku ke dalam dekapannya. "Arkan tidur lebih baik kamu tidur jangan marah-marah." Katanya. Aku melongo melihat suamiku ini, seketika emosiku yang sedari tadi berapi-api padam begitu saja. Dan dalam dekapannya aku merasa hangat hingga air mataku tak terasa meleleh. "Nyatanya lelahku hilang dalam dekapannya." Batinku sambil terus menatap Mas Raka yang sudah memejamkan mata. Baru saja aku terpejam suara Arkan membangunkan aku, malas dan lelah tapi aku harus bangun untuk menenangkan malaikat kecilku itu. "Kamu haus ya." Kataku sambil membuka kancing baju untuk menyusuinya. Saking ngantukn

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Marah

    Aku hanya tersenyum mendengar pesan Mama, entah mengapa aku ingin tanganku sendiri yang mengurus bayi ini. "Nanti Amel pikirkan ya Ma." Tak ingin Mama kecewa aku berkata demikian. Bayiku kini berusia tujuh hari, hari ini adalah hari dimana Mama mengadakan syukuran pemberian nama. Adat kami memang seperti itu, ada beberapa syukuran yang wajib digelar oleh keluarga yang baru saja memiliki keturunan. "Namanya Arkan Ma, diambil dari Amel dan Raka." Ujar Mas Raka. "Tapi sama Mas Raka ditambahi n," sambungku. Mama tertawa, sebenarnya aku yang ingin Mas Raka menambahkan paten n, karena aku ngefans sekali dengan salah satu sama pemain bola tanah air. Setelah acara syukuran pemberian nama selesai aku dan Mas Raka pamit ke atas untuk istirahat. Di dalam kamar, Mas Raka duduk di sampingku. "Sayang, besok pagi sekali aku ada dinas keluar kota kamu bisa nggak bangun pagi dan mengurusi aku." Dia menatapku. "Aku upayakan ya Mas, bayi kita sering rewel kalau malam jadi aku ga bisa

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mengurus Anak Sendiri

    Ini bukan stimulasi Asi melainkan memancing hasrat, alhasil hasratku lah yang terpancing keluar. "Mas, ah...." Aku malah mendesah merasakan setiap hisapan yang mas Raka berikan. Tanganku menarik rambutnya, mataku justru terpejam. "Mas sudah." Aku menekan kepalanya. Entah apa yang ada di kepalaku, saat seperti ini aku malah terjerumus dalam hal ini. Mas Raka menyudahi aksinya, "Gimana sayang, apa sudah cukup stimulasinya?" Dia tersenyum licik. "Ini bukan stimulasi mas, tapi memancing hasrat." Sahutku kesal. Dia tertawa, suamiku sungguh mesum sekali. "Maafkan aku sayang," katanya lalu mencubit pipiku. Netraku menatap wajahnya kemudian turun ke bawah dan aku melihat ada sesuatu yang menyembur dari balik celananya. Deretan gigiku terlihat, ternyata dia juga terpancing perbuatannya sendiri. "Itu kamu juga berdiri." Kataku sambil menahan tawa. Sebenarnya aku ingin tertawa lepas mengejeknya hanya saja luka operasi jika dibuat tertawa terasa sangat sakit. Tau aku mengejeknya Mas

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Lahir

    Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, hari ini aku dan seluruh keluarga besarku dan Mas Raka pergi ke rumah sakit. Sengaja kami memilih hari ini karena hari ini bertepatan dengan ulang tahun Mas Raka jadi anakku nanti memiliki hari ulang tahun sama dengan papanya. "Mas aku takut." Aku terus memegangi tangan mas Raka. Ingatan waktu itu, membuat nyaliku menciut. Memang operasi sesar tidak menakutkan tapi setelahnya aku harus kesakitan. "Jangan takut sayang, ada aku." Mas Raka terus mengecup keningku. "Habis operasi sakit sekali Mas." Aku mengubah raut wajahku takut merasakannya lagi. Mas Raka tersenyum, dia bilang kalau nanti sakitnya terbayarkan dengan hadirnya anak kami. Aku tersenyum mendengar ucapannya. Bayangan bayi menangis menari di kepalaku, tanpa kusadari bibirku terus saja menyunggingkan senyuman. Beberapa waktu kemudian, Dokter datang untuk melakukan pemeriksaan, selain operasi aku juga meminta dokter untuk sekalian memasang kb, rencananya aku akan menunda kehamilan

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Perihal Senam Jadi Masalah

    Kulihat kedua pria itu nampak canggung, berbeda sebelum tahu kalau ada mata kami yang melihat mereka. Tak selang lama, orang-orang itu pergi termasuk para wanita yang duduk di samping Mas Raka dan Daniel. Selepas kepergian mereka, Mas Raka dan Daniel berjalan mendekat. "Sayang ngapain kesini?" Mas Raka menarik kursi sampingku. Pertanyaan yang sama juga Daniel tujukan kepada Renata. "Makan tapi ga nafsu karena lihat suami orang mau saja digoda wanita." Aku menyindir mereka berdua. "Sayang beneran kami nggak ngapa-ngapain, wanita-wanita itu memang sengaja dibawa oleh klien dan memang seperti itu kelakuan klien kalau ketemu." Dia berusaha menjelaskan. Daniel juga mencoba membujuk Renata tapi respon Renata sama sepertiku. "Tadi bukannya bilang kalau nanti datang nggak bawa istri mau ditemani?" Cuitan Renata membuat Mas Raka dan Daniel saling tatap. Mereka mengusap rambut mereka karena frustasi. "Sayang bukan begitu maksudnya, itu kami menolak secara halus supaya tida

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Memergoki Mas Raka dan Daniel

    "Kamu tuh bisa aja." Mas Raka mencubit hidungku. Padahal baru pagi tadi berpisah, tapi rasanya seperti lama sekali. Kamar hotel jadi saksi bisu kerinduan kami, aku dan Mas Raka membayar rindu yang sudah kami tahan. Setelah melepas rindu kami bergegas membersihkan diri. Mas Raka yang masih ada kerjaan bersiap kembali untuk menemui Daniel. "Nggak usah buru-buru Mas, Daniel dan Renata pasti juga bergulat." Kataku sambil meletakkan berkas yang dia bawa. Terlihat Mas Raka mengerutkan alis, "Kamu kesini bersama Renata?" tanyanya. "Siapa lagi yang mengajakku jika bukan Renata." Jawabku dengan terkekeh. Mas Raka menggelengkan kepala, "Kalian ini." Ujarnya. Karena Daniel mungkin juga lagi sibuk kami memutuskan untuk mengobrol santai sambil bersua hingga ponsel mas Raka berdering. "Baik, aku akan segera keluar." Kata Mas Raka dalam sambungan telponnya. Usai memutuskan sambungan telponnya, Mas Raka bangkit dan mulai bersiap. "Sayang aku harus berangkat lagi."

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Menyusul

    Keesokannya Renata kembali datang ke rumah untuk membahas kepergian kita keluar negeri. "Bisa-bisanya kak Daniel melarang kita ikut!" Renata terlihat kesal. "Kalau nggak boleh ya sudah lah Renata kita di rumah saja." Kataku sambil tersenyum menenangkannya. "Gak bisa Amel, takutnya mereka disana main wanita." Ujar Renata. Mendengar ucapan Renata aku sontak tertawa, ternyata dia cukup posesif terhadap suaminya. "Mana mungkin ada wanita Renata." Ku coba untuk meredam rasa posesifnya. Renata menatapku dengan ekspresi heran, "Kamu nggak tau sih Amel, perjamuan bisnis diluar negeri tuh suguhannya wanita seksi, kalau suami kita khilaf gimana?" Jujur aku nggak kepikiran kesana, tapi setelah mendengar ucapan Renata entah mengapa aku sedikit was-was. "Lalu gimana?" tanyaku. "Kita susul mereka." Bibir Renata merekah, dia terlihat bangga dengan idenya barusan. "Baiklah kalau begitu, mari kita susul mereka nanti." Aku pun ikut tertawa. ####Hari ini adalah hari dimana Mas Raka

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Rencana Keluar Negeri

    Semenjak acara empat bulanan, Renata sering datang ke rumah apalagi setelah Mas Raka yang menghandle urusan proyek Papa dengan Daniel. "Sayang Daniel akan menitipkan Renata kesini lagi." Kata Mas Raka sambil merapikan jasnya. "Iya Mas gak papa, jadi aku gak kesepian." Sahutku dengan tersenyum. Mas Raka menatapku dengan senyuman yang sulit kuartikan. "Maaf Sayang jika kehadiran Renata mungkin membuat kamu tidak nyaman." Katanya sendu. Jujur mendengar kata-katanya membuat aku tertawa, kehadiran Renata benar-benar membuat aku tidak kesepian lagipula wanita itu bukanlah Renata maduku dulu. "Mas kamu ngomong apa sih, aku tuh senang ada Renata disini." Ucapku dengan mencubit pipinya. "Takutnya kamu teringat kembali dengan masa lalu itu sayang." Entah mengapa aku semakin tertawa, mas Raka sungguh menggemaskan. Bagiku masa lalu biarlah menjadi masa lalu karena bagaimanapun juga yang terpenting saat ini adalah masa depan. Setiap orang pernah berbuat salah tapi ketika

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Boleh Menganggap Aku Mertua

    "Daniel adalah kakak angkat Renata Ma, ceritanya dulu Daniel mencintai Renata sehingga dia diusir." Aku dan Mama malah menghibah di dapur membicarakan Renata dan Daniel. "Ada ya yang seperti itu." Mama nampak heran dengan apa yang aku katakan. Di dunia ini banyak yang terjadi, termasuk hal diluar nalar seperti ini tapi selama masih dalam syariat tentu tidak dipermasalahkan. "Kalau seperti ini Mama gak boleh benci sama dia atau Papa akan marah." Bisik Mama sambil menatapku. Kutahu Mama sedang meminta ijin padaku, mungkin mama masih beranggapan aku masih menyimpan dendam pada Renata. "Asal mama tahu aku yang menjadi mak jomblang mereka, aku juga yang memilih cincin pernikahan mereka." Bisikku. Ekspresi Mama seketika berubah, beliau meletakkan kembali yang dibawanya. "Apa! bagaimana bisa Amel?" "Ceritanya panjang Ma, kalau Amel ceritakan sekarang bisa-bisa nanti malam baru kelar." Suara tawaku mengundang tawa mama. Sungguh aku dah Mama mas Raka tidak seperti menantu dan m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status