All Chapters of Menjadi Cantik Setelah Talak 3: Chapter 61 - Chapter 70

105 Chapters

Bab 61. Om Genit!

Hanifa keluar lebih dulu dan berjalan santai menuju ruang tunggu untuk menunggu kedatangan sang suami yang mungkin sebentar lagi akan sampai. Semerbak aroma harum dari tubuh Hanifa rupanya membuat fokus pria paruh baya yang tak lain adalah Bowo, pun mulai menoleh dan mendapati sosok wanita cantik yang sedang duduk di ujung. Bowo bahkan sampai membasahi bibir bawahnya ketika melihat pemandangan yang begitu sayang untuk di lewatkan. Namun, pria paruh baya itu merasa sangat familiar dengan wajah cantik itu. Seolah tak asing untuk dirinya. "Cantik. Sudah melakukan biaya administrasi?"Hanifa terkejut bukan main dan sontak saja menoleh. Tangannya mengarah pada dirinya sendiri seolah bertanya apakah dia yang sedang di ajak bicara atau bukan?"Iya kamu. Kalau belum, Om bisa bayarkan sekalian Om bayar punya teman Om! Bagaimana?" tawar Bowo dengan tatapan laparnya.Hanifa sampai bergidik ngeri. Dia tak menyangka jika mantan Papa mertuanya punya saudara yang menjijikkan seperti ini. "Om lup
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Bab 62. Kepergok Mertua Saat Kissing

"Aduh, menantu Mama kok tambah cantik, sih?" Hanifa dan Respati baru saja pulang langsung di hadang oleh Anisa. Wanita paruh baya itu sangat terkesima dengan penampilan baru sang menantu. Wajahnya semakin cantik dengan warna rambut yang dirubah menjadi sedikit kecoklatan. "Cocok, tidak, Ma?" Bukan Hanifa yang bertanya melainkan Respati. Jika boleh jujur, lelaki itu rasanya semakin tergila-gila dengan kecantikan sang istri yang paripurna. Dia sama sekali tak bisa melirik ke arah wanita lain lantaran istrinya sendiri saja sudah sangat menggoda seperti ini. Berkat bantuan Kusuma, Hanifa benar-benar bisa merawat diri dari ujung rambut hingga ujung kaki semuanya sangat mulus. "Cocok sekali. Pokoknya kalau Nifa mau pergi ke luar, kamu sebagai suami harus ikut. Jangan sampai lelaki di luaran sana kepincut sama kecantikan menantu Mama!"Hanifa tersipu malu. Suami dan mertuanya ini sangat berlebihan dalam memuji dirinya. "Sudah, jangan dipuji lagi, Ma. Nanti aku besar kepala, loh. Ini
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 63. Undangan Pria Tua Bangka

"Mas. Malam ini aku boleh keluar sebentar?" tanya Hanifa setelah keluar dari kamar mandi. Wanita itu baru saja selesai mandi dan masih mengenakan jubah mandi. Respati yang tadinya sibuk memantau perkembangan pembangunan rumah yang tadi sempat di kirim oleh kepala proyek lewat video pun seketika mendongak."Mau ke mana? Mas bakal temani!" ujar Respati setelah meletakkan kembali gawai yang sejak tadi dia pegang. Hanifa terlihat sedikit gugup. Wanita itu ingat betul jika pesan yang tadi dia dapat, mengharuskan dirinya untuk keluar sendiri menemui si pengirim. Lantaran sang istri tak langsung menjawab, lelaki itu bahkan sampai memicingkan mata. Ia gegas mendekati Hanifa dan memojokkan sang istri di dinding dekat pintu kamar mandi. "Mas tanya, loh, Dek. Kenapa tidak dijawab?" heran Respati seraya menatap lekat wajah Hanifa yang kentara sekali sedang gugup."M-mau pergi sama teman—""Teman yang mana, Sayang? Coba kalau bicara itu tatap mata Mas. Mas pengen lihat!"Mau tak mau, Hanifa me
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Bab 64. Ingin Menjadikan Istri Kedua

Di sinilah ketika orang itu berada. Duduk berhadapan di depan meja lingkar dengan suasana yang kurang mengenakkan. "Saya nyuruh kamu sendiri, loh, Hani! Bisa kamu suruh anaknya Pak Handoko ini pindah ke meja sebelah?" tanya Bowo dengan nada genitnya.Sekujur tubuh Hanifa sampai merinding dan dia sedikit takut. Untungnya, tangan kanan sang suami sejak tadi tak melepaskan genggaman di tangan kirinya. Hanifa terlalu geli dengan panggilan dari Bowo yang menurutnya sangat di luar nalar, walau itu adalah potongan dari namanya. "Lagian, bukannya anaknya Pak Handoko sudah menikah? Jangan bilang, setelah kamu cerai dari Abimana, lalu kamu menjadi simpanan suami orang? Lebih baik sama Om saja!" goda Bowo yang tiada habisnya. "Simpanan? Setahu saya, Anda di undang oleh Papa saya ketika saya menikah. Lantas, kenapa tidak tau jika wanita cantik ini adalah istri saya?" tanya balik Respati yang begitu tak suka dengan tingkah laku rekan kerja Handoko. Bowo yang mendengar hal tersebut tentu saja
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Bab 65. Julidnya Mulut Tetangga

Widya baru pulang ke kediaman kedua orang tua Abimana ketika jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Dia kira, orang rumah sudah pada tidur, ternyata mereka masih terjaga semua di ruang keluarga."Dari mana saja, Wid? Kamu tadi izinnya pergi beli makanan, loh!" tegur Santi kesal bukan main.Seketika, Widya meneguk ludah dengan susah payah. Wanita itu melupakan satu hal. Seharusnya dia tadi pulang membawa beberapa makanan, bukan justru dengan tangan kosong dan juga kondisi tubuh yang sangat letih setelah dikerjai oleh Bowo. "Maaf, Tan. Tadi masih ketemu sama teman lama, jadinya lupa deh sama makanannya," ujar Widya yang terpaksa berbohong. Jangan sampai tingkahnya dicurigai oleh keluarga Abimana. Bisa hancur dia. "Berangkat jam enam, pulang jam sebelas! Ngobrol apa saja itu?" Kali ini Banu yang memberikan sindiran keras. Sudah dibilang, pria paruh baya itu paling tak suka dengan sosok Widya. Sang empu menghela napas seraya mulai mendekati Abimana yang sejak tadi belum mengeluark
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Bab 66. Kecelakaan

"Mas. Kapan mau beli rumah? Aku nggak sabar!" ujar Widya ketika mereka telah sampai di kantor dengan menggunakan motor bebek milik Banu."Mama cuma bercanda, jangan kamu anggap serius!" sinis Abimana yang langsung pergi meninggalkan Widya seorang diri.Widya sontak saja mendengus sebal. Padahal dia sudah berencana untuk ikut serta memilih rumah mewah yang akan dibeli, ternyata itu semua hanya kebohongan semata supaya bisa meredakan ucapan sengit para tetangga. "Bu Widya, Anda sudah di tunggu oleh Pak Bowo di ruangannya!" Sekretaris Bowo langsung menghampiri Widya untuk memberitahukan perihal penting ini. "Oke, saya ke sana. Tolong bawakan tas saya, ya!" Widya dengan angkuhnya langsung memberikan tas miliknya pada sekretaris Bowo. Sang empu yang mendapatkan perintah itu hanya bisa menghela napas.Menit demi menit telah berlalu dan baru saja Abimana duduk, dia terlihat tak bersemangat bekerja. Apalagi ketika tak mendapati keberadaan Widya. Sungguh, rasanya kesal bukan main. Lelaki it
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Bab 67. Raungan Histeris

Entah mengapa, sejak pagi tadi Hanifa selalu saja ingin marah-marah. Wanita itu semakin sensitif ketika kedatangan tamu bulanan. Entah karena memang bawaan tamu bulanan atau karena dia sedikit kecewa lantaran yang dia harapkan belum juga hadir di perutnya. "Sayang, are you okey?" tanya Respati ketika melihat wajah murung sang istri. Bahkan, makanan di atas meja sama sekali tidak disentuh oleh Hanifa. Hanifa berani bersikap seperti ini pun juga karena kedua mertuanya sedang sibuk bermesraan di dalam kamar mereka. Jika ada Anisa dan Handoko, tak mungkin juga Hanifa memperlihatkan wajah cemberutnya. "Aku datang bulan, Mas!" keluh Hanifa.Respati bahkan sampai menaikkan sebelah alisnya. Bukannya ini memang wajar untuk seorang wanita? Lantas, kenapa istrinya ini justru terlihat murung?"Memang kodratnya wanita begitu. Kenapa harus mengeluh? Perutnya sakit?" Tanya Respati dan sang istri pun menggeleng. Hanifa justru menatap judes ke arah sang suami yang menurutnya sangat tidak peka. Mer
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

68. Minta Satu Milyar

Anisa tak bisa berhenti menangis ketika melihat menantunya sekarang ini tengah berbaring dengan selang infus yang menancap di tangannya. Hanifa sudah sadar dan setelah diperiksa syukurnya tak ada luka serius. Wanita itu hanya mengeluh pusing saja."Mama takut kamu kenapa-napa, Nak. Mama tidak bisa bayangin jika sampai terjadi sesuatu yang berbahaya pada kamu!" ujar Anisa seraya mengusap kening sang menantu dengan sayang."Aku baik-baik saja, Ma. Maaf sudah buat Maka khawatir," lirih Hanifa merasa bersalah. Anisa hanya mengangguk dan terus mengeluarkan air mata. Handoko yang melihat istrinya bersedih tentu saja tak terima. Pria paruh baya itu bahkan langsung memukul keras punggung Respati hingga membuat sang empu mengaduh kesakitan. "Kamu bawa mobil ngebutnya kayak gimana, hah? Kalau pasien sebelah mati bagaimana? Kamu sudah tau apa belum yang kamu tabrak itu ternyata mantannya Hanifa!" geram Handoko dan Respati yang memang tau jika korban yang di rawat di sebelah adalah Respati pun
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Bab 69. Abimana Tak Tampan Lagi

"Maksudnya Hanifa tadi apa?" tanya Santi pada Widya."I-itu, Tan—""Maaf, Bu. Pasien sudah sadar dan sekarang sedang menangis histeris di ruangannya!"Widya bisa bernapas lega ketika ucapannya disela oleh salah satu perawat di sana. Sementara Santi langsung berlari memasuki ruang rawat Abimana. Di sana, terlihat sekali lelaki yang tubuhnya sudah diperban sana sini sedang menangis histeris."Ini kenapa wajahku? Kenapa tangan dan kakiku? Kenapa seperti mumi?" jerit lelaki itu. Dua perawat sampai kewalahan menangani Abimana. Santi gegas mendekat diikuti oleh Widya yang juga sangat khawatir dengan keadaan sang kekasih yang bisa dibilang jauh dari kata baik. Tangannya harus diberi gips dan hampir sebagian besar permukaan wajahnya terdapat luka dan ada juga yang sampai harus dijahit."Istighfar. Banyak nyebut, Bi. Kamu itu loh yang salah di sini. Coba kalau tidak ngebut di jalan, sudah pasti tidak sampai kecelakaan seperti ini!" Banu bukannya menenangkan sang anak, tapi justru mengomeli
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Bab 70. Berbuat Maksiat di Rumah Sakit

Tubuh Hanifa mendadak lemas ketika melihat dengan begitu jelas bagaimana dahsyatnya percintaan dua anak manusia tanpa ikatan pernikahan. Wanita itu mundur beberapa langkah dan seketika ia memekik kecil ketika merasakan rengkuhan seseorang. Sontak saja orang itu langsung membungkam mulut Hanifa dengan menggunakan tangannya."Sssttt! Ini Mas, Sayang. Kenapa nakal sekali? Mas tadi bilang jangan keluar, yang anteng di dalam sana!" Ternyata itu adalah Respati hingga membuat Hanifa bisa bernapas dengan lega. Hanifa sama sekali tak menyahuti ucapan Respati. Kakinya mendadak lemas dan seolah tak memiliki tenaga. Alhasil, Respati yang peka terhadap keadaan sang istri pun lekas mengangkat tubuh wanita itu ala bridal style. Ia membawa wanitanya untuk masuk ke dalam ruang inap. Respati menurunkan sang istri di atas brankar. Setelahnya, lelaki itu gegas membuka bungkusan sate pesanan Hanifa."Mas tadi lihat?" tanya Hanifa penasaran."Tidak minat lihat! Toh juga punya istri Mas jauh lebih mengg
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status