All Chapters of Menjadi Cantik Setelah Talak 3: Chapter 41 - Chapter 50

62 Chapters

Bab 41. Jamu dari Mertua

"Sejak kapan hamil di luar nikah itu bisa buat iri orang lain, Mbak? Yang ada bikin malu dan bukannya itu aib, ya?" kekeh Hanifa dengan tampang mengejek.Jika dulu dia bisa diinjak sedemikian rupa dan hanya bisa menangis, maka berbeda dengan sekarang. Dia akan membalas jauh lebih kejam jika ada yang mengusik dirinya. Contohnya seperti Widya. Hanifa akan memperlakukan orang lain jauh lebih baik jika orang itu bisa baik padanya. Namun, jika ada orang kejam yang suka menginjak-injak harga diri orang lain, maka dia akan menanggapinya dan membalasnya. "Heh sembarangan. Aku sama Mas Abi itu mau nikah, bukannya belum nikah. Kita ini bentar lagi mau ngadain pesta jauh lebih mewah ketimbang pestamu yang kampungan itu!" sinis Widya yang masih tak mau kalah.Abimana bahkan sudah memberi kode pada sang kekasih supaya bisa menjaga perkataannya. Sayangnya, sepertinya wanita itu tak peduli dan terus saja mengoceh tak jelas. "Masih mau nikah, kan, Mbak? Tapi, nyatanya sudah nyicil anak. Ck, Mas Ab
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Bab 42. Gajiku Sudah Berkurang

Respati sejak tadi menghela napas ketika melihat wajah kesal dari Anisa. Bukan tanpa sebab wanita paruh baya itu merajuk seperti itu. Hal ini di karenakan menantu kesayangannya belum juga meminum jamu buatannya, tapi sudah muntah-muntah. Dia kira tadi Hanifa positif hamil, tapi ternyata mabok aroma jamu. Kusuma yang melihat bagaimana tersiksanya sang ipar bahkan tadi langsung berpamitan untuk pulang. Tak lupa dia membawa jamu buatan sang Mama supaya wanita paruh baya itu tak sedih. Mungkin nanti di tengah jalan ia akan membuang jamu tersebut. Bukannya durhaka, tapi ini demi keselamatan tubuhnya yang mungkin saja akan mual parah ketimbang Hanifa tadi. Anisa sendiri malah uring-uringan. Hendak memarahi Hanifa, tapi dia tak setega itu dengan menantu kesayangannya. Alhasil, Respati yang harus menanggung semuanya. "Ma. Di buang saja, ya? Rasanya benar-benar tidak enak!" Respati memohon dengan wajah lesunya. Sementara Hanifa hanya menatap miris ke arah sang suami dari kejauhan lantaran d
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Bab 43. Disindir Habis-habisan

"Mama cuma kasihan, dia tadi jatuh di depan pagar rumah. Setelah Mama tanya, eh, katanya karena kelaparan!" balas Anisa sedikit cuek.Respati yang melihat itu tentu saja merasa kesal bukan main. Sementara Hanifa sama sekali tak berminat untuk menatap mantan suaminya yang sekarang ini persis seperti orang yang tak terurus. "Apa salahnya, sih, Nak, kita kudu nampung dia pagi ini. Anggap saja sedekah makanan, biar rezeki kita makin banyak. Siapa tau, dia sedang tidak punya uang untuk beli makan!"Anisa mendekati sang putra yang wajahnya masih masam sejak kedatangan Abimana. Apalagi, ketika melihat lelaki itu yang dengan tidak tau dirinya mulai mengambil tempat duduk di dekat Hanifa yang berseberangan dengan Respati. Harusnya itu tempatnya Anisa, tapi si tamu tidak tau diri ini justru duduk di sana supaya bisa berdekatan dengan Hanifa. "Buat dia jadi cacing kepanasan, Nak. Buat dia cemburu sampai mampus. Ini kesempatan, loh. Masa mau kalah sama duda jelek modelan kayak dia, sih?" bisi
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 44. Dilabrak Widya, Dipecat Bos

"Halo, maaf saya yang mengangkat, Abimana baru saja keluar. Tasnya ini ketinggalan di rumah saya!" ujar Anisa setelah mengangkat telepon dari Widya. "Share lokasi cepat! Aku mau labrak kamu. Berani-beraninya cewek murahan kayak kamu didatangi Mas Abi. Mas Abi itu kekasihku!" teriak Widya kepalang emosi. Mudah sekali membuat wanita itu marah. Anisa bahkan sampai menahan tawa. Sementara Handoko hanya membiarkan saja tingkah istrinya yang begitu jahil ini.Respati pula langsung pergi ke kamar. Tak lupa lelaki itu membawa makanan lantaran istrinya tadi belum sempat makan, tapi sudah tak selera duluan karena kehadiran Abimana. "Langsung datang ke kantor saja, ya, Mbak. Saya tidak mau berurusan dengan Mbak. Yang saya tau intinya tadi Abimana datang ke sini meminta sarapan. Sebagai perempuan baik, saya beri dia sarapan. Masalah tasnya yang ketinggalan, nanti biar saya suruh orang untuk mengantar di rumahnya, ya!"Tut!Anisa menyeringai pelan. Sudah pasti nanti Widya akan membuat keributa
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 45. Salah Paham

Abimana pulang ke kediaman kedua orang tuanya dengan membawa barang-barang miliknya semasa bekerja di kantor. Lelaki itu benar-benar didepak oleh Om-nya sendiri karena perbuatan Widya yang membuat onar di kantor. "Loh, baru jam segini kok malah keluyuran ke sini, Bi?" heran Banu yang lebih dulu melihat kedatangan sang anak. Abimana belum menjawab dan justru langsung menangis setelah duduk di sofa ruang tamu. Tak lupa lelaki itu meletakkan satu kardus besar barang-barang miliknya. "Kamu itu kenapa? Masa lelaki menangis? Apa tidak malu?" tanya Banu lagi, tapi justru membuat tangisan Abimana semakin kencang. Banu yang merasa ada yang tak beres dari sang anak pun gegas saja pergi dari ruang tamu untuk memanggil sang istri.Beberapa saat kemudian, pria paruh baya itu kembali ke ruang tamu bersama Santi yang seketika syok bukan main. "Kamu kenapa, Bi? Bilang sama Mama! Siapa yang buat anak jantannya Mama nangis kayak gini, hah?" panik Santi.Banu yang melihat tingkah istrinya hanya bi
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 46. Balasan Setimpal Untuk Pelakor

Widya tak mau disalahkan begitu saja. Baginya, yang menanggung semua ini adalah Ibu mertuanya Hanifa yang dengan kurang ajarnya tega bersandiwara hingga membuat dia salah paham. Alhasil, wanita itu nekad untuk mendatangi kediaman keluarga Respati untuk melabrak Hanifa sekaligus melabrak Anisa yang menurutnya adalah biang kerok dari semua permasalahan yang menimpa dirinya.Tak membutuhkan waktu lama, Widya telah sampai di depan rumah mewah itu. Jangan lupakan tangan kirinya tengah membawa tongkat kasti yang tadi sempat dia pinjam pada tetangga dekat rumah Abimana. "Maaf, Mbak. Ada urusan apa, ya? Kok, sampai bawa tongkat itu segala!" Pak satpam yang berada di pos satpam depan rumah mewah itu pun mulai mendekati pagar. "Saya ingin bertamu, Pak. Saya sudah buat janji sama Hanifa. Saya ini temannya Hanifa. Kita berdua mau main kasti supaya lemak badan hilang!" ujar Widya seraya memasang senyum palsu. Mana ada, sih, teman yang makan teman? Widya bahkan tak sudi berteman dengan mantan i
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 47. Rencana Pindah

Widya yang melihat sosok tampan itu datang sontak saja membuat air liurnya sedikit menetes. Bahkan, wanita itu melupakan rasa sakit yang mendera perutnya akibat kekejaman Anisa. Anisa sendiri hanya bisa menghela napas ketika harus menghentikan aksinya. Dia menatap pelan ke arah Respati yang baru saja datang setelah sibuk di tempat fitness milik lelaki itu. "Kenapa Mama jadi kayak gini, sih?" omel Respati yang seketika membuat jantung Widya berdetak dua kali lipat. Wanita itu merasa jika suaminya Hanifa ini sedang membela dirinya. Tentu saja kesempatan ini harus dia gunakan sebaik mungkin untuk menarik simpati Respati. Siapa tau, lelaki itu kecantol dengan pesonanya. Tidak masalah jika lebih cantik Hanifa ketimbang dirinya. Asal dia bisa agresif saja sudah pasti lelaki berduit macam Respati akan tergoda. Begitulah pikir Widya. "Mas. Kita bisa jelasin—""Mas. Ibumu sama istrimu tiba-tiba nyerang aku. Padahal di sini tuh aku tamu. Aku cuma mau ambil tasnya Mas Abi yang ketinggalan!
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 48. Kemesraan di Apartemen

"Mas. Kenapa nggak pernah bilang soal pembangunan rumah?" todong Hanifa ketika ia dan sang suami sudah memasuki salah salah satu unit apartemen mewah milik Respati.Bahkan, wanita itu baru tau jika sang suami memiliki apartemen seperti ini. Sungguh, ada begitu banyak hal yang ternyata belum diketahui Hanifa mengenai sang suami. "Harusnya ini kejutan buat kamu, tapi tadi saat di meja makan, Mas malah keceplosan. Bukan maksud Mas untuk menyembunyikan hal seperti ini ke kamu. Mas hanya ingin memberikan kejutan untuk istri Mas yang paling cantik ini." Respati mengusap lembut pipi Hanifa untuk menenangkan wanita itu. Ia takut jika sang istri akan berpikir buruk dan merasa tak dihargai karena pembahasan sebesar ini justru tidak diberitahu sebelumnya. Hanifa menghela napas. "Aku tinggal serumah dengan mertua pun nggak masalah, Mas. Yang penting ada kamu di dalamnya." Wanita itu hanya terlalu sayang dengan uang suaminya. Membangun rumah perlu biaya yang sangat besar.Terlebih lagi, dia tak
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 49. Tidak Mau Diputuskan

"Istri kedua?" tanya Respati dan Widya sontak saja mengangguk dengan heboh. "Kamu gimana, Sayang?" lanjut Respati yang kini sedang bertanya pada sang istri.Hanifa masih begitu santai menghadapi kekasih mantan suaminya ini yang makin ke sini semakin tak tau malu. "Ya terserah kamunya saja, Mas. Toh aku juga punya pilihan, menjadi satu-satunya atau mantan istri," balas Hanifa dengan santai. Respati pun terkekeh dan sontak saja langsung memberikan satu kecupan di pipi Hanifa. Sang empu yang diperlakukan seperti itu oleh suaminya pun mulai menyeringai puas ketika melihat Widya yang sedang menahan amarah. "Mas tidak mungkin membuang berlian seperti kamu hanya karena kerikil sungai, Sayang. Mas sama sekali tidak ada niatan untuk menikah lagi. Satu saja sudah lebih dari cukup. Mungkin nanti jika ada yang mendaftar, barangkali boleh kalau mendaftar jadi ART!"Mampus kau Widya. Hanifa sangat puas sekali ketika mendengar penuturan dari sang suami. Suaminya ini bukan seperti Abimana yang beg
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 50. Kekasih Super Matre

"Hutangnya berapa? Angsurannya juga berapa?" tanya Abimana dengan wajah kusutnya. "Lima puluh juta. Setiap minggu harus bayar dua juta setengah!"Astaga. Uang dari mana itu? Abimana bahkan sudah tidak punya pekerjaan sekarang ini. Rasanya, lelaki itu ingin menangis kencang detik ini juga. Kenapa hidup selalu tak berpihak kepadanya?"Sebentar. Saya masuk ke dalam dulu!" ujar Abimana hingga membuat dua rentenir itu mengangguk.Wajah Abimana sudah tak bisa dikondisikan lagi. Dia berjalan dengan langkah lebarnya menemui Widya yang sudah gelisah tak karuan di ruang tamu. "Buat apa hutang lima puluh juta ke rentenir, hah?" tanya Abimana sarkas. "Buat perawatan, Mas. Sudah sana kamu bayar. Aku nggak mau keluar. Takut!" cicit Widya semakin membuat kadar emosi Abimana semakin meningkat.Tanpa ba bi bu lagi, lelaki itu langsung menarik kuat kalung emas yang Widya kenakan hingga membuat sang empu mengerang kesakitan."Mas Abi. Kamu apa-apaan, sih? Sakit, Mas!" pekik Widya yang tak dipedulikan
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status