All Chapters of Menjadi Cantik Setelah Talak 3: Chapter 31 - Chapter 40

104 Chapters

Bab 31. Katanya Janda Perawan

"Saya maunya gaun untuk calon saya, depan belakang tertutup. Tidak perlu dikasih belahan di kaki. Kami ini mau menikah, bukan justru mau pamer bentuk tubuh!" oceh Respati pada karyawan sang Tante. Hanifa hanya bisa menghela napas dengan sabar. Terserah Respati saja ingin yang bagaimana. Yang jelas nantinya dia tinggal pakai saja. Sebab, percuma juga jika ikut bersuara, dia akan tetap kalah. Toh juga Respati yang mengeluarkan biaya, Hanifa tinggal leha-leha saja. "Baik, Mas. Untuk warna, mau warna apa? Putih, atau ada yang lainnya?" tanya karyawan butik dengan sopan. Respati pun menoleh ke arah Hanifa yang sejak tadi hanya diam saja. "Mau warna apa?""Nanti diprotes lagi apa tidak?" Bukannya menjawab, tapi Hanifa justru balik bertanya.Respati terkekeh seraya mengacak gemas rambut Hanifa. Kali ini dia akan menurut pada gadis itu. Asal bukan warna pink dan hitam saja."Tidak. Mau pilih warna yang mana? Mas terserah kamu saja! Mas nurut sama calon istrinya Mas yang paling cantik ini!
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 32. Dikira Hamil

Hanifa tersenyum ketika melihat reaksi Santi yang menurutnya sangat berlebihan ketika tadi dia menitip tespack pada Respati. Dia juga sama sekali tak menjawab pertanyaan dari Santi dan justru sibuk membuka box makanan untuk menyuapi wanita paruh baya itu. "Nifa, kamu benar-benar hamil?" desak Santi kepalang penasaran."Tante makan dulu, ya. Jangan banyak pikiran, takutnya nanti malah tidak sembuh-sembuh. Sini, Nifa suapi!"Dengan berat hati, Santi mulai menerima suapan dari mantan menantunya. Sementara Latif yang masih berada di ruangan tersebut mulai mendekati Hanifa. Lelaki itu berdiri tepat di sebelah kursi yang diduduki oleh Hanifa."Kalau dia tidak mau tanggung jawab, saya siap jadi Bapaknya anakmu itu!" celutuk Latif membuat Hanifa mengangkat sebelah alisnya.Dia sama sekali tak tertarik dengan lelaki satu itu. Apalagi wajahnya terlalu mudah diingat jika dulu Latif adalah salah satu sepupu Abimana yang gencar menghina dirinya. "Latif benar, Nifa. Kalau kamu nikah sama ponakan
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 33. Mau Mahar Berapa?

"Mas. Kamu gadaikan mobil? Yang benar saja, Mas!" pekik Widya yang tiba-tiba masuk ke dalam ruang rawat Santi. Rupanya, wanita itu telah mendengar semua obrolan di dalam ruangan tersebut. Widya tentu saja terkejut bukan main ketika mengetahui fakta ini. "Aku terpaksa, karena uang tabunganku makin menipis. Ini juga salah kamu, Wid. Coba saja kalau kamu nggak boros, kejadiannya nggak bakal kayak gini!" Abimana langsung menyalahkan Widya.Sang empu tentu saja tak terima. Enak saja dia di salahkan seperti ini. Memang Abimana saja yang terlalu kere. Wanita itu inginnya dimanja dan diberikan banyak kemewahan. Apalagi, bukan hanya satu dua kali saja Widya memberikan pelayanan terbaik di atas ranjang. Baginya, semua itu tentu saja ada timbal baliknya. "Mas. Perempuan itu memang butuh lelaki berduit—""Kamu tau sendiri kalau aku belum berhasil mengambil harta warisanku. Harusnya kamu sadar diri!" sentak Abimana memotong ucapan Widya.Napas Widya sudah tak beraturan. Wanita itu emosi sekali
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 34. Ingin Mencari Perhatian, tapi Berakhir Digampar

"Mau aku hamil atau tidak, itu bukan urusan kamu. Mending kamu pergi dari sini!" usir Hanifa seraya menatap judes ke arah Abimana.Sang empu yang tak mau di usir pun gegas memikirkan cara. Sudah terlalu lama dia tak bisa berdekatan dengan Hanifa. Kali ini harus berhasil. "Aku bakal terima anak yang kamu kandung!""Aku nggak hamil. Aku tuh bukan kamu yang sering tidur satu ranjang dengan lawan jenis sebelum janur kuning melengkung. Sudah sana pergi. Pak, tolong usir lelaki ini. Saya mau istirahat!" ujar Hanifa seraya berlalu dari sana."Nifa—"Bruk!"Astaga, Mbak. Masnya pingsan Mbak!" pekik satpam tersebut sampai membuat Hanifa terkejut bukan main.Perempuan itu bahkan sampai menjatuhkan payung yang ia kenakan lantaran terlalu panik dan mendekati mantan suaminya yang sudah berbaring di tanah."Mas Abi. Kamu kenapa, sih, Mas? Kalau sakit jangan di sini!" pekik Hanifa seraya menepuk keras pipi Abimana Sayangnya, masih tak ada respon dari lelaki itu. Wajahnya bahkan semakin pucat lanta
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 35. Jadwal Pernikahan Dipercepat

Jangan bilang jika Abimana kapok setelah di hajar habis oleh Hanifa. Lelaki itu masih terus berusaha keras untuk mencari cara supaya bisa mendekati Hanifa. Kepalanya terpaksa diperban dan sejak tadi dia terus menerus di omeli oleh Santi dan juga Widya."Ngapain kamu malam-malam ke sana, hah? Pulangnya malah babak belur kayak gini! Sudah tau lagi kere-kerenya, masih saja nggak kapok jadi orang!" kesal Santi seraya menonyor kepala Abimana.Persetan jika anaknya itu mengaduh kesakitan. Dia sama sekali tak peduli. Wanita paruh baya itu kepalang emosi ketika mereka sudah banyak membuat rencana, tapi Abimana justru nekad begini.Percuma saja ia berusaha keras untuk mendekatkan Hanifa dengan Latif. Memang anaknya ini luar biasa bodohnya. "Mama sudah angkat tangan nggak mau bantu kamu lagi. Terserah mau kamu dapat warisan atau tidak. Yang jelas, mulai besok, Latif bakal pulang ke rumahnya!" tegas Santi.Wajah Abimana sudah tak bisa di kondisikan lagi. Lelaki itu terlihat nelangsa ketika di
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 36. SAH!!

Sesuai kesepakatan bersama, Hanifa dan Respati akan menjalani prosesi pingit. Mereka tidak diperbolehkan bertemu sampai hari H. Awalnya, Respati menolak dengan tegas, tapi lelaki itu langsung diberi pengertian oleh kedua orang tuanya. Respati untuk sementara akan tinggal di rumah kontrakan miliknya atas permintaan Handoko. Sementara Hanifa akan tinggal di kediaman Handoko. Undangan juga sudah disebar. Mereka sepakat tidak mengundang Abimana karena tak mau membuat acara geger. Hanya Banu saja yang mendapat undangan dan entah pria paruh baya itu akan datang atau tidak.Seperti sekarang ini, di kediaman Banu tampak geger setelah mendapatkan undangan."Pokoknya Mama mau ikut! Sekalian Mama labrak itu si Respati yang berani-beraninya ambil calon mantunya Mama!" ucap Santi dengan menggebu. "Tapi, di tulisan ini hanya Papa yang di undang, Ma. Ya kali kamu mau ikut! Malu-maluin!" Banu dengan sabar memperlihatkan undangan tersebut supaya sang istri bisa membaca dengan jelas. Abimana dan Wi
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Bab 37. Resepsi dan Tamu Tak Diundang

Resepsi pernikahan Respati dan Hanifa sangat ramai. Banyak kolagen bisnis Handoko maupun kenalan Respati yang menghadiri undangan. Begitu juga dengan keluarga Abimana yang turut hadir, padahal yang di undang hanya Banu. "Yakin mau ikut masuk ke dalam sana?" tanya Banu kepada sang istri dan anak. Widya pun turut hadir di sana. "Yakin, dong, Pa. Masa Mama sudah dandan cantik begini, kok, malah nggak yakin? Mama juga sudah sedia beberapa kantong plastik buat simpan makanan!" balas Santi dengan nada sewotnya. Banu menghela napas. Jika boleh jujur, pria paruh baya itu sangat malu. Mau mencegah pun juga tidak bisa. Tiga lawan satu, jelas dia akan kalah telak. "Tidak lupa bawa amplop juga, kan?" tanya Banu lagi untuk memastikan. Jangan sampai keluarganya ikut dengannya, tapi lupa mengisi amplop."Sudah. Tadi Mama isi lima puluh ribu. Nggak usah banyak-banyak. Keluarga mereka keluarga kaya raya. Kamu isi berapa, Pa?" tanya balik Santi."Lima ratus ribu!" "Apa? Lima ratus ribu, Pa? Itu s
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Bab 38. Malam Pertama?

Setelah melewati prosesi akad nikah dan dilanjutkan dengan resepsi di malam hari tadi, akhirnya kedua pengantin baru bisa merehatkan diri di kamar mereka. Kamar pengantin baru itu sudah dihias dengan sedemikian rupa. Apalagi ranjangnya sudah dipenuhi dengan ribuan kelopak bunga mawar yang disusun berbentuk hati. "Ini dibuang saja, ya?" ujar Respati meminta persetujuan sang istri.Astaga, lelaki itu bahkan masih tak menyangka jika sekarang sudah memiliki istri. Apalagi, istrinya ini sangat cantik jelita. Rugi sekali Abimana melepaskan berlian hanya demi wanita matre seperti Widya. Hanifa yang tadinya tersenyum lebar pun kini langsung merengut sembari menatap wajah suaminya. Bisa-bisanya, kelopak mawar yang begitu indah itu akan dibuang?"Kok malah dibuang, sih, Mas? Kita foto dulu buat kenang-kenangan!" Hanifa sudah menduduki ranjangSementara Respati hanya bisa menghela napas. Walau begitu, dia tetap menuruti permintaan sang istri. Keduanya mulai duduk berdampingan dengan posisi
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

Bab 39. Lingerie Merah

Sejak tadi Respati hanya bisa menghela napas di dalam ruang rawat Handoko. Istri dan Mamanya sedang memijat lengan sang Papa yang hanya berbaring lemah di atas brankar. Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam dan mereka semua masih terjaga lantaran sang kepala rumah tangga mendadak diare parah setelah acara resepsi. Harusnya malam ini Respati akan melaksanakan malam pertama dengan sang istri. Sayangnya, semuanya gagal total."Wajahmu sejak tadi masam sekali, seperti tidak ikhlas menolong Papa!" singgung Handoko ketika melihat wajah masam sang anak. Sang empu kembali menghela napas. Entahlah, di sisi lain dia kesal luar biasa. Namun, tak mungkin juga dia marah-marah hanya karena malam pertamanya yang gagal."Ini semua salahmu, Pa. Sudah tau anaknya baru saja nikah, kamunya malah sakit begini. Besok-besok, makan sambal satu mangkok, biar makin diare!" Anisa langsung mengomeli sang suami yang menurutnya sangat bebal lantaran sejak dulu musuh suaminya itu adalah makanan pedas, tapi Hando
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Bab 40. Menjadi Bual-bualan Mertua dan Ipar

Hanifa mengerjap pelan ketika cahaya matahari tepat mengenai wajahnya. Perempuan itu merasa pening di kepala. Apalagi ketika mendapati tubuhnya kini terasa remuk redam setelah tadi malam berhasil dicampuri oleh sang suami. Sang pelaku masih tidur dengan nyenyaknya sembari memeluk dirinya dari belakang. Hanifa yang merasakan hal itu bahkan sampai ingin menangis, karena memang sesakit itu rasanya. "Mas. Bangun, Mas! Sudah pagi!" panggil Hanifa, tapi Respati justru semakin mengeratkan dekapannya. "Please, aku pengen mandi. Rasanya tubuhku nggak nyaman," lanjut wanita itu hampir menangis.Hanifa telah resmi menjadi seorang wanita. Sudah bukan gadis kinyis-kinyis seperti sebelumnya."Iya ini Mas bangun. Nggak usah nangis!" Respati langsung membuka mata dan membalikkan tubuh sang istri agar menghadap ke arahnyaHanifa yang diperlakukan sedemikian rupa pun langsung saja menghambur ke dalam pelukan sang suami. Wanita itu bahkan sampai terisak pelan hingga membuat Respati kaget bukan main.
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more
PREV
123456
...
11
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status