All Chapters of Menjadi Cantik Setelah Talak 3: Chapter 51 - Chapter 60

62 Chapters

Bab 51. Gaya Elit, Ekonomi Sulit

Hanifa mengedikkan bahu dengan acuh. Dia sama sekali tak merasa tersaingi oleh Widya yang sok sekali mengatakan ingin membeli emas melebihi dirinya. Wanita itu kembali sibuk memilih kalung emas yang ada di hadapannya. Sementara Widya langsung menarik kuat tangan Abimana supaya ikut mendekat ke arah Hanifa. Sang empu hanya bisa pasrah saja lantaran tak mau berdebat lagi. Dia harus menjaga martabatnya di depan Hanifa. Jangan sampai Hanifa merasa ilfeel pada dirinya. "Kamu mau yang mana, Sayang?" tanya Respati seraya memeluk pinggang Hanifa dengan posesif.Abimana yang melihatnya tentu saja kepanasan sendiri. Begitu juga dengan Widya yang merasa sangat iri. "Kayaknya yang ini saja, Mas. Tidak usah terlalu berat gramnya," balas Hanifa dan seketika Widya tertawa mengejek. "Di mana-mana itu perempuan kalau di suruh beli emas pilih yang super berat timbangannya. Emas bagus loh buat investasi di masa depan. Sayang banget lelaki tampan seperti Mas Pati justru dapat istri bodoh yang nggak
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 52. Bulan Madu (1)

"Mas. Aku mau bulan madu kayak Hanifa. Sudah dibelikan satu set emas, mau di bawa bulan madu lagi!" rengek Widya yang begitu iri. Sayangnya, Abimana justru mendengus geli. Ada-ada saja kekasihnya ini. Halal saja belum, malah pengen bulan madu. "Sudah, jangan mikirin bulan madu. Kamu sana pergi ke dapur bantu Mama masak sekalian belajar. Aku masih menguatkan mental buat ikhlas kalau Hanifa bakal hamil anaknya Respati. Dengan begitu, aku bakal langsung ngerebut Hanifa dan menikahinya!" ujar Abimana dengan lesunya.Widya sontak saja mendengus dan langsung pergi menuju dapur kediaman kedua orang tua Abimana, karena memang semalam mereka menginap di sini. "Pas banget, calon mantu datang ke dapur. Sini bantu Tante buat kupas bawang!" Santi yang melihat keberadaan Widya pun langsung memekik penuh kesenangan.Kandidat menantu idaman bagi Santi masih dipegang kuat oleh Widya. Meskipun sang anak kerap kali mengeluh ini dan itu, tapi tetap saja wanita paruh baya itu masih terus ingin mempert
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 53. Bulan Madu (2) Maldives

Hanifa mengerjapkan mata setelah hampir dua jam lamanya terlelap usai melayani sang suami di atas ranjang. Respati memang langsung merealisasikan ucapannya ketika mereka baru tiba di bandara beberapa jam yang lalu. Alhasil, baru sampai resort, lelaki itu langsung menyerang sang istri hingga membuat Hanifa kelelahan dan berakhir tertidur.Bangun-bangun dia sudah tak mendapati keberadaan sang suami. Gegas saja wanita itu berjalan tertatih menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sekitar setengah jam berlalu, Hanifa sudah siap dengan gaun satin tanpa lengan. Dia melihat sosok suaminya yang sedang berada di luar. Lebih tepatnya di area kolam renang yang berhadapan langsung dengan hamparan lautan.Senyum Hanifa mengembang. Gegas saja dia melangkahkan kakinya untuk mendekati sang suami."Selamat malam, Masku, Sayang!" sapa Hanifa seraya memeluk sang suami dari belakang. Tak lupa, wanita itu melabuhkan beberapa kecupan di pundak sang suami yang mana, lelaki itu sekarang ini sama sekali
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 54. Bulan Madu (3) Kissing On the Beach

Hanifa beberapa kali menghela napas ketika melihat pantulan dirinya di cermin. Sebentar lagi ia dan sang suami akan pergi ke tepi pantai dan outfit yang ia kenakan justru long dress berlengan panjang pilihan Respati. "Kenapa mukanya cemberut begitu, hm? Sudah cantik begini juga!" Respati datang dan langsung merengkuh erat tubuh Hanifa dari belakang. Lelaki itu mengamati penampilan sang istri yang menurutnya sangat cantik. "Masa mau ke pantai pakai kayak gini, Mas? Kayak mau ke kondangan saja pakai long dress!" gerutu Hanifa. Jangan lupakan, bibir wanita itu sudah merengut.Respati menghela napas. Lelaki itu lekas membalikkan tubuh sang istri hingga kini keduanya saling berhadapan. "Lihat Mas!"Hanifa yang merajuk bahkan justru menoleh ke arah samping. Enggan sekali untuk melihat wajah suaminya yang menurutnya sanga menyebalkan. "Sayang, lihat Mas dulu sini!" Respati memegang dagu sang istri hingga wajah cantik itu ia tolehkan dengan amat hati-hati supaya menatap ke arahnya. "Denga
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 55. Morning Kiss

Hanifa sudah melupakan semua rasa sesak di dada ketika mengingat semua tentang kedua orang tuanya yang dengan tega membiarkan dia sendirian sejak kecil. Bahkan, wajah keduanya saja sudah wanita itu lupakan sejak lama.Sekarang, waktunya bersenang-senang untuk menikmati bulan madu dengan sang suami. Malam ini pun Hanifa berniat untuk menyenangkan sang suami. Wanita itu sudah berada di dalam kamar mandi dengan membawa satu set lingerie pemberian dari Kusuma. Lingerie kali ini ia pilih warna hitam. Sangat kontras dengan warna kulitnya yang lumayan putih untuk ukuran orang Indonesia yang kebanyakan berkulit kuning langsat. Mungkin juga karena dia selalu rutin perawatan selama proses perceraiannya dulu sampai sekarang ini. "Dek. Masih lama di dalam kamar? Nanti masuk angin, loh!" Suara Respati menggema seraya tangannya sibuk mengetuk pintu kamar mandi.Lihatlah, hal sekecil ini saja Respati sudah bisa membuat Hanifa tersenyum cerah. Lelaki itu selalu bisa membuat jantung istrinya berdeta
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 56. Kissing and Jealous

Baru saja membuka pintu balkon, keduanya sudah disuguhi dengan pemandangan menara eiffel yang begitu memanjakan mata. Hanifa tersenyum sumringah seraya merentangkan tangan menikmati semilir angin yang berhembus di pagi hari. Respati yang tadinya berada di samping, kini langsung berpindah ke belakang tubuh sang istri. Memeluk wanitanya dengan begitu erat. Sang empu yang mendapat serangan mendadak pun justru memilih untuk menyenderkan tubuhnya di pundak sang suami."Mas. Aku bahagia, terima kasih banyak. Sekalinya ke luar negeri, aku bisa mengunjungi tempat indah seperti ini. Apalagi saat di Maldives lalu. Semuanya sangat indah." Suara Hanifa mendayu membuat Respati tersenyum lebar. "Tidak perlu berterima kasih. Sebisa mungkin Mas akan buat kamu bahagia, Sayang!" bisik lelaki itu seraya memberikan beberapa kecupan di pipi sang istri. Keduanya sama-sama menikmati moment indah lewat balkon hotel yang harga sewanya sangat fantasy. Beberapa saat kemudian, Respati dan Hanifa sudah siap
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 57. Memancing Hasrat Sang Suami

Di sinilah kedua insan itu berada, di atas kapal layar yang sedang menyusuri sungai Seine. Respati sengaja membawa sang istri ke tempat yang tak kalah romantis ini supaya suasana hati Hanifa kembali membaik setelah tadi mengaku cemburu. Hanifa bahkan sudah melupakan rasa cemburunya tadi dan kini terus tersenyum memandang hamparan sungai tersebut dengan perasaan penuh haru. "Bagaimana perasaannya? Apa masih marah sama Mas?" tanya Respati penasaran dan dibalas gelengan oleh Hanifa. "Aku sayang kamu. Maaf kalau tingkahku tadi sangat kekanakan. Padahal niat kamu baik, Mas!" Hanifa menatap sendu ke arah suaminya yang kini hanya mengenakan kaos hitam saja, lantaran jaket besar lelaki itu sudah menutupi tubuhnya.Respati terkekeh dan tak lupa melabuhkan kecupan manis di pipi sang istri. Setelahnya, mereka duduk dengan posisi sang suami yang sedang mengukung tubuh istrinya dari belakang. "Mas justru suka kalau kamu seperti itu. Itu artinya, kamu cemburu!" bisik lelaki itu yang sejujurnya
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 58. Memadu Kasih di Kamar Hotel

Di tengah kesunyian malam, kedua insan itu masih sibuk dengan kegiatan panasnya. Sang istri hanya bisa mengeluarkan suara merdunya sementara sang suami masih berpacu dan bergerak dengan liar."Mas. Aku capek ...," cicit Hanifa seraya mencengkram kuat bahu sang suami yang masih dengan gagahnya bergerak di atas tubuhnya seolah stamina dari lelaki itu tiada habisnya. "Sebentar, Sayang. Sebentar lagi Mas akan keluar!" bisik sang suami seraya melabuhkan beberapa kecupan hangat di kening dan leher. Hanifa hanya bisa pasrah menuruti segala kemauan sang suami. Wanita itu lelah, bahkan sangat lelah. Ingatkan besok untuk memberikan jeweran panas di telinga sang suami."Mas. Aku mau sampai!" jerit Hanifa yang berakhir terisak hebat. Dia tak kuat menerima serangan demi serangan kenikmatan dari sang suami. "Tahan sebentar. Kita keluar bersama!" tekan Respati membuat Hanifa geleng-geleng kepala.Hanya hitungan detik, mereka kembali mendapatkan pelepasan yang beradu menjadi satu, hingga kegelapan
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 59. Simpanan Om

Widya dengan terpaksa mengikuti langkah Abimana yang tengah mendekat ke arah penjual es teh di pinggir jalan. Wanita itu menatap jijik dan merasa tak nyaman."Pak. Es tehnya 1, ya!" ujar Abimana yang dibalas senyuman oleh penjual tersebut. Lelaki itu melirik ke arah Widya yang sudah merengut tak suka. Dia cukup paham jika gaya hidup kekasihnya ini sangat hedon. Bukan hanya dalam segi penampilan, tapi juga dengan makanan yang maunya makanan enak dan mahal. "Ini Mas pesanannya. Mbaknya tidak sekalian minum?" tanya penjual tersebut yang seketika membuat Widya mendelik."Maaf, ya, Pak. Saya anti minum minuman di pinggir jalan kayak gini!" balas Widya dengan angkuh.Untung saja si penjual sama sekali tak merasa tersinggung dan hanya menanggapi dengan senyuman teduh. "Harganya berapa, Pak?" tanya Abimana kalem."Lima ribu, Mas!"Abimana pun mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu yang tadi dia minta dari Widya. "Kembaliannya ambil saja, Pak!""Terima kasih, Mas. Semoga rezeki Mas meli
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 60. Calon Istri Ternyata Simpanan Om

Sesuai janji yang pernah di ucapkan oleh Respati atas usulan Anisa, lelaki itu membawa sang istri ke klinik kecantikan milik Kusuma. Jika dulu Hanifa bekerja di sini, maka sekarang wanita itu akan menikmati segala fasilitas di klinik tanpa menunggu traktiran dari mantan bosnya (Kusuma)"Mau ditunggu atau Mas boleh pergi sebentar?" tanya Respati pada sang istri.Hanifa tersenyum geli. Dia tak akan membiarkan suaminya sibuk menunggu dirinya yang perawatan. Sudah pasti akan memerlukan waktu yang cukup lama. "Kamu pergi saja, Mas, kalau memang ada kerjaan atau urusan apapun. Nanti kalau aku sudah selesai bisa kamu jemput, atau naik taksi juga boleh!" "Jangan naik taksi! Mas akan jemput kamu. Nanti kabari saja, ya, Sayang!" Hanifa mengangguk seraya memejamkan mata ketika Respati memberikan kecupan di kening. Setelahnya, Respati langsung pergi dari klinik tersebut dan membiarkan sang istri melakukan serangkaian perawatan. Hari ini Kusuma tidak datang ke klinik, tapi sudah mengabari pad
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status