All Chapters of Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO: Chapter 211 - Chapter 220

288 Chapters

211. Sisi Lain Jasmine

Jasmine duduk di kursi tunggu rumah sakit, tangannya perlahan membelai perutnya yang mulai membesar. Udara dingin dari pendingin ruangan membuatnya merapatkan cardigan yang ia kenakan.Di sampingnya, Noah duduk dengan postur tegap, matanya sesekali melirik ke arah Jasmine. Sejak mereka masuk ke rumah sakit, Noah memperhatikan sesuatu yang berbeda.’Jasmine tidak sekadar menjalankan perannya sebagai ibu pengganti. Ia benar-benar menjaga kandungan ini,’ batin Noah.Bukan hanya dengan meminum vitamin atau mengikuti saran dokter, tetapi dari caranya menyentuh perutnya, dari ekspresi lembut di wajahnya setiap kali ia berbicara tentang bayi ini."Nona Jasmine Wicaksana." Suara perawat yang memanggil namanya membuat Jasmine berdiri. Ia menoleh ke Noah, yang juga langsung bangkit."Aku bisa sendiri," ucap Jasmine pelan."Aku ikut." Jawaban Noah terdengar tegas, membuat Jasmine hanya bisa menghela napas sebelum melangkah masuk ke ruang pemeriksaan.Jasmine berbaring di ranjang, sementara dokt
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

212. Manipulasi yang Tersembunyi  

Malam di kediaman Mansion Dirgantara terasa sunyi, tetapi tidak dengan hati Zora.Ia duduk di ruang kerja pribadinya, jemarinya mengetuk-ngetuk layar ponselnya dengan gelisah. Sejak kepulangan Noah dari Bulgarion, ia mulai merasakan perubahan.Noah menjadi lebih perhatian pada Jasmine.Zora melihatnya di setiap gestur kecil cara Noah menatap Jasmine, bagaimana ia berbicara lebih lembut padanya, bahkan bagaimana ia memilih menemaninya ke rumah sakit setelah pemeriksaan kehamilan.Hal itu membuatnya muak. ”Jasmine seharusnya hanya ibu pengganti, bukan lebih dari itu!”Dengan mata berkilat penuh rencana, Zora menekan nomor seseorang. Begitu panggilannya tersambung, senyum licik tersungging di bibirnya."Aku butuh bantuanmu," katanya pelan. "Aku ingin memastikan Noah kembali ke sisiku. Jasmine harus tahu tempatnya."”Tenang saja, apapun yang kamu inginkan akan ku lakukan sayang. Akan kususun rencana se baik mungkin.” Suara di seberang memberi jawaban yang membuat Zora semakin puas.Malam
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

213.Batas Antara Kepedulian dan Kebingungan

Jasmine duduk di dalam mobil bersama Pram, kedua tangannya mengepal erat di pangkuannya. Napasnya tersengal, bukan hanya karena kecemasan tentang kondisi neneknya, tetapi juga karena kekacauan yang baru saja terjadi di acara kantor."Kau baik-baik saja?" tanya Pram, melirik ke arah Jasmine yang masih diam sejak mereka keluar dari gedung.Jasmine mengangguk, meski Pram tahu itu hanya jawaban formal."Kau tidak harus menahan diri, Jasmine. Jika ingin menangis, menangislah."Jasmine menggigit bibirnya. Ia bukan tipe orang yang mudah menangis di depan orang lain. Tetapi kali ini, semuanya terasa begitu berat."Aku hanya ingin segera sampai di rumah sakit," gumamnya akhirnya.Pram mengangguk dan mempercepat laju mobil.Di Rumah SakitBegitu tiba di rumah sakit, Jasmine langsung berlari ke meja resepsionis."Nenek Cahaya... bagaimana keadaannya?" tanyanya dengan napas memburu.Perawat yang bertugas melihat data pasien sebelum menjawab. "Beliau masih di ICU. Dokter sudah menunggu keluarga un
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

214. Batas yang Semakin Samar

Jasmine duduk di depan ruang ICU, kedua tangannya saling menggenggam erat di pangkuannya. Matanya sembab, tetapi tak ada air mata lagi yang bisa ia keluarkan. Perasaannya kosong. Di dalam ruangan itu, Nenek Cahaya masih berjuang bertahan hidup. Tubuh rentanya terhubung dengan berbagai alat medis, dan setiap suara monitor yang berbunyi hanya semakin mempertegas betapa tipisnya batas antara hidup dan mati. Pram duduk di sampingnya, diam, tetapi tetap memberikan kehadiran yang menenangkan. Ia tahu Jasmine sedang berada di titik terberatnya. "Kau ingin minum sesuatu?" tanyanya akhirnya, berusaha mencairkan suasana. Jasmine menggeleng. "Aku tidak butuh apa pun sekarang, Pram." Pram menghela napas dan menepuk pundaknya perlahan. "Kalau begitu, aku akan tetap di sini." Jasmine menoleh, menatap sahabatnya dengan mata yang masih basah. "Terima kasih karena selalu ada.
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

215. Kehilangan yang Terlalu Besar

Suara monitor di ruang ICU yang sebelumnya berdetak stabil kini berubah menjadi nada panjang yang menusuk telinga. Lampu indikator merah berkedip, dan suara panik para perawat yang bergegas ke dalam ruangan membuat Jasmine membeku di tempat."Nenek...?" Suaranya bergetar, matanya melebar penuh ketakutan.Dokter segera datang, memberi instruksi cepat kepada tim medis. Namun, di dalam hati kecilnya, Jasmine tahu. ia tahu segalanya sudah terlambat.Dari balik kaca ICU, ia melihat tubuh Nenek Cahaya yang terbaring diam. Tubuh renta itu tak lagi bergerak, wajahnya yang damai seolah telah pergi ke tempat yang lebih baik."Nenek!" Jasmine berlari masuk, tetapi seorang perawat segera menahannya."Maaf, Nona Jasmine... Beliau sudah pergi." Dunia Jasmine seakan berhenti.Dadanya terasa sesak, nafasnya tersengal, tetapi tidak ada air mata yang langsung jatuh. Ia terlalu syok. Terlalu hancur untuk bisa merasakan sakitnya kehilangan.Pram berdiri di belakangnya, wajahnya tegang melihat Jasmine yan
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

216. Menata Hati yang Hancur

Suasana pemakaman dipenuhi isak tangis pelan dan doa-doa yang dipanjatkan. Jasmine berdiri di depan pusara Nenek Cahaya, tubuhnya lemah tetapi tetap berusaha tegak. Matanya sembab, wajahnya pucat, tetapi ia tidak menangis lagi. Tidak ada air mata yang tersisa.Orang-orang yang hadir perlahan mulai meninggalkan area pemakaman, meninggalkan Jasmine yang masih berdiri diam di tempat. Hanya Pram yang tetap berada di sampingnya, memberikan kehangatan tanpa kata-kata.Angin sore berembus lembut, membawa suara-suara samar dari dedaunan yang berguguran. Jasmine menghela napas panjang, mencoba menguatkan dirinya sendiri."Aku harus kuat, Nek..." bisiknya pelan, meskipun ia tahu hatinya masih belum siap menerima kenyataan ini.Pram menoleh ke arahnya. "Kita pulang sekarang?"Jasmine tidak langsung menjawab. Ia masih menatap nisan itu lama, seolah berharap neneknya bisa kembali memberinya nasihat seperti dulu.Akhirnya, ia mengangguk pelan. "Ya, kita pulang."Jasmine yang Berusaha Bangkit Beberap
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

217. Kebohongan yang Terus Berlanjut di Saat Kedatangan Oma Dursilla  

Noah duduk di kursi ruang kerjanya, menatap layar laptop yang menampilkan laporan keuangan Dirgantara Group. Angka-angka merah memenuhi grafik, menunjukkan kemerosotan saham yang signifikan dalam beberapa bulan terakhir.Noah mengusap wajahnya, merasa semakin terbebani. Masalah kantor ini datang di saat yang tidak tepat. Di tengah semua kekacauan emosinya terhadap Jasmine, kini ia harus menghadapi kenyataan bahwa perusahaannya juga dalam keadaan genting.Tetapi sejujurnya, ada satu hal lain yang terus mengganggu pikirannya. ’Jasmine.’Semenjak pemakaman Nenek Cahaya, ia menjaga jarak. Tetapi, semakin ia menjauh, semakin besar keinginannya untuk kembali mendekat.Noah tidak bisa menyangkal lagi. ”Aku merindukanmu, Jasmine,” lirihnya berbisik lebih pada diri sendiri.Merindukan cara Jasmine berbicara dengan lembut, senyumnya yang tulus, bahkan cara Jasmine selalu menjaga dirinya sendiri tanpa bergantung pada siapa pun.Namun, ia terikat janji dengan Zora. Ia tidak bisa mengubah kenyataa
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

218. Kebenaran yang Terlalu Lama Disembunyikan

Jasmine masih berbaring di ranjang pemeriksaan, tatapannya kosong menatap langit-langit ruangan. Gel dingin dari USG sudah dibersihkan dari perutnya, tetapi rasa tidak nyaman yang menggelayuti pikirannya masih belum hilang.Di ruangan sebelah, kebohongan masih terus berlanjut. Dokter yang berpihak pada Zora menyampaikan laporan palsu kepada Oma Dursilla, sementara Noah hanya diam dan mengikuti permainan ini.Jasmine menggigit bibirnya, ia lelah. Selama ini, ia sudah banyak mengorbankan perasaannya demi kontrak, tetapi seberapa lama lagi ia harus tetap berdiam diri dalam kebohongan ini?Sebuah ketukan di pintu mengalihkan pikirannya. "Nona Jasmine, Anda bisa keluar sekarang.""Apa mereka masih di sana?" tanya JAsmine menunjuk ruangan sebelah.Perawat itu tersenyum, dia kemudian mengatakan sesuatu yang membuat JAsm ine sedikit lega . " Kalau begitu sampai Nona merasa nyaman saja. Mereka sudah keluar sejak tadi."Jasmine menghela napas dan perlahan turun dari ranjang. Namun, sebelum ia
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

219. Pesta yang Penuh Tekanan  

Mansion Dirgantara dipenuhi cahaya temaram dari lampu-lampu gantung yang menggantung di sekitar halaman luas. Meja-meja panjang dengan taplak putih dihiasi rangkaian bunga segar, sementara para pelayan mondar-mandir membawa nampan berisi minuman dan hidangan mewah.Di sudut taman, para tamu berbincang dengan santai, mengenakan busana formal yang mencerminkan status mereka sebagai bagian dari keluarga besar Dirgantara. Namun, di balik senyum ramah mereka, ada ketegangan yang terasa di udara.Malam ini bukan sekadar pesta perayaan kehamilan Zora. Malam ini adalah ajang penegasan posisi Noah sebagai pewaris utama Dirgantara Group.Dan beberapa orang tidak menyukai kenyataan itu. Keluarga Besar yang Menuntut WarisanNoah berdiri di tengah pesta dengan ekspresi tenang, meskipun ia tahu apa yang sedang terjadi.Beberapa pamannya,Pradipta, Hanan, dan Vino berdiri tak jauh darinya, berbincang dengan nada rendah yang jelas ditujukan untuk menyinggungnya."Tentu saja, Noah harus memiliki keturu
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

220. Aku tidak Bisa Tidur

Jasmine duduk di balkon rumah, menatap langit malam yang dihiasi bintang-bintang redup. Udara dingin menyelinap melalui kain tipis piyamanya, tetapi bukan itu yang membuat tubuhnya menggigil. Pikirannya terus-menerus berputar pada Noah, pada kontrak yang mengikat mereka, dan pada perasaannya sendiri yang semakin sulit dikendalikan.’Sepertinya aku akan demam,’ batinnya.Hubungannya dengan Noah kembali berjalan seperti orang asing. Pria itu tetap dingin, berbicara hanya ketika perlu, dan menjaga jarak seolah Jasmine hanyalah bagian dari perjanjian yang harus diselesaikan.Tetapi malam itu, sesuatu di dalam hatinya terasa berat. Seakan ada jarak yang semakin melebar, tetapi juga perasaan yang tak bisa ia kendalikan.Dari dalam rumah, langkah kaki terdengar mendekat. Jasmine menoleh dan mendapati Noah berdiri di ambang pintu balkon, mengenakan kemeja putih dengan lengan tergulung hingga siku. Wajahnya tetap datar, tetapi sorot matanya lebih lembut daripada biasanya.“Kau belum tidur?” ta
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
29
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status