Semua Bab Terjebak Permainan Sang Presdir: Bab 11 - Bab 20

185 Bab

Bab 11. Mari, Buat Diri Sendiri Dipecat!

‘Ha! Sial! Kupikir dia bengong karena lihat kegagahanku! Malah mempermasalahkan kemeja dan utang!’ Awalnya, Raffael memang tak ingin mengambil kemeja itu lagi. Namun, semalam ia terkesan dengan harum kemejanya yang sama seperti wangi Manda. Walau ia sekuat tenaga mengelak dari tuduhan yang diutarakan hatinya. ‘Lagian, nggak mungkin aku melepas kemeja ini dan membiarkannya dijual oleh Manda,’ batinnya beralasan.Raffael menatap tajam ke arah Manda sambil berjalan menghampirinya. Manda mulai merasa tak enak. Ia takut kalau atasannya itu terpancing berbuat sesuatu karena ucapannya tadi. “Ba–bapak mau apa?!” pekiknya sambil mengangkat kedua tangan di depan dada. Seringai penuh ancaman mulai muncul di wajah bos ganteng itu, membuat sekujur tubuh Manda merinding. Dalam sekejap, Raffael mengurung tubuh Manda yang sudah terbaring terpaksa di atas tepi ranjang karena menghindari kontak fisik dengan sang atasan. “Sa–saya cuma bilang kenyataan—”“Tangan saya yang kamu pinjam buat bantal tad
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya

Bab 12. Abort Mission!

“Manda, kamu siap-siap jemput Pak Juanda di pintu lobi.” Raffael langsung memberi perintah tepat setelah sang sekretaris menelan suapan terakhir sarapannya. “Saya belum minum kopi, Pak.” Manda kembali melancarkan serangannya. “Kan mau ngerasain jadi orang kaya juga. Mumpung dibayarin kantor.” Netra Raffael melebar tak percaya dengan apa yang baru saja dijadikan jawaban oleh sekretaris pribadinya itu. “Maksud kamu, kamu nggak mau mengerjakan tugas kamu sebagai sekretaris?” Jantung Manda mulai berdebar kencang. Selama ia hidup, belum pernah ia menentang sesuatu seperti ini. Rasa hatinya tak keruan. Ia ingin membatalkan rencananya, tapi bayangan kegilaan yang akan dihadapi selama masih bekerja di bawah Raffael membuatnya bertekad untuk dipecat. “Bu–bukan nggak mau, Pak. Tapi saya mau minum kopi dulu. Lagian, kan tinggal bilang sama Pak Juandanya suruh ke restoran sini.” Melihat tingkah Manda, Raffael terdiam sesaat untuk berpikir, ‘Kenapa anak ini tiba-tiba tidak menurut? Padahal
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya

Bab 13. Oho! Kamu Ketahuan!

“Ini kartu nama saya. Mbak Manda bisa hubungi saya kapan saja.” Wanita muda yang usianya mungkin 5 tahun lebih tua dari Manda menyerahkan kertas kaku yang berisi namanya. Tercatat di sana nama lengkap sekretaris Juanda. Danna Avrilena.Raffael mencatat dalam hati bahwa ia harus mengingatkan Manda untuk meminta kartu nama dari HRD. “Ah, ya. Manda belum dapat kartu nama, karena dia baru saja jadi sekretaris.”Manda mengangguk, membenarkan ucapan sang bos. “Nanti saya yang hubungi duluan saja, Bu Danna.”Setelah mereka bertukar pamit, Raffael mengantar Juanda sampai ke lobi. Manda dan Danna berbincang singkat di belakangnya. “Kalau begitu, mohon kerjasamanya ke depan, Pak Raffael.” Juanda berkata, sambil melangkah naik ke dalam mobil. Raffael mengangguk singkat. “Tentu, tentu, Pak Juanda.”Mobil sedan itu pun mulai mengukir jalan, meninggalkan area hotel. Raffael menghela napas panjang seolah pertemuan tadi menguras tenaganya. Namun, yang membuatnya lelah adalah kekhawatirannya terha
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya

Bab 14. Perintah yang Kontradiksi

“Be–besok, Bu? Bisa, bisa!” jawab Manda dengan penuh antusias.Wajah sumringah nan keibuan yang diperlihatkan Vivian membuat Manda merasa tenang. Vivian pun cukup senang melihat calon karyawan yang begitu semangat seperti Manda.“Oh! Saya baru diinfo kalau user bisa sediakan waktu sekitar pukul 11 siang. Bagaimana, Mbak Manda?” tanya Vivian lagi. Manda kembali mengangguk, menyanggupi. “Bisa, Bu Vivian. Besok saya banyak waktu kosong.”Vivian terkekeh. Ia jelas tahu kemungkinan Manda akan mengambil cuti satu atau setengah hari. “Kalau begitu, sampai ketemu besok, Mbak Manda. Selamat siang!”“Selamat siang!”Manda menatap lekat layar ponselnya yang sudah gelap, seolah itu adalah benda paling berharga dalam hidupnya. Ia masih tidak percaya kalau akhirnya ada perusahaan yang memberi kesempatan padanya untuk melakukan interview. Namun, yang jadi masalah adalah ia harus pulang hari ini juga. ‘Duh, gimana bilangnya sama Pak Raffael ya?’ tanyanya dalam hati.Manda memutuskan untuk membahas
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

Bab 15. Konspirasi Pria-Pria Berkantong Tebal

“Elena, Manda belum datang?” Raffael menatap meja kerja Manda yang masih kosong. Padahal hari ini bukan hari libur, tetapi Manda belum nampak di kantor. Elena segera menghentikan ketikan di laptopnya dan menjawab, “Manda tadi izin sama saya katanya nggak enak badan setelah dinas kemarin, Pak. Jadi, dia minta istirahat 1 hari ini.”Netra sang Presdir melebar. Tak percaya dengan alasan yang dibuat sekretarisnya. Terlebih lagi, ia marah karena gadis itu tidak meminta izin darinya.“El, dia kan sekretaris saya. Kenapa kamu yang kasih izin?”Wajah Elena berubah pucat. Ia tak menyangka bahwa Manda tidak memberitahu Raffael terkait permohonan izinnya itu. “Saya minta maaf, Pak. Karena di struktur, Manda tetap berada di bawah saya, jadi saya memberi izin. Saya pikir dia sudah izin dengan Pak Raffael.” Elena tertunduk lemas.Ia menyalahkan dirinya yang tidak mengkonfirmasi keabsenan Manda pada presiden direktur mereka itu. Raffael ingin melanjutkan ucapannya, tetapi melihat Elena yang tert
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

Bab 16. Kartu AS

“Tunggu sebentar di sini, ya. Saya kasih tau Pak CEO.”Vivian berbalik, meninggalkan Manda sejenak untuk masuk ke ruangan sang CEO. Ia mengetuk pintu kemudian membukanya begitu saja. “Pak, Mbak Manda sudah datang,” ujar Vivian sambil menjulurkan kepalanya melewati celah pintu. “Suruh masuk saja, Vian.” Suara pria yang ringan itu terdengar tergelitik. “Kau seperti hantu berleher panjang mengintip begitu.”“Ha! Baik, sebentar Pak.” Vivian menarik kepalanya lagi dan menoleh ke arah Manda. “Yuk, masuk!” ajaknya.Dengan langkah berat yang dipaksakan, Manda memasuki ruangan itu. Ia tidak yakin kalau apa yang akan didengarnya dari petinggi perusahaan itu adalah sebuah pembicaraan manis. Sayang, ia tidak punya keberanian untuk menolaknya. “Se–selamat siang! Saya Manda Adinata,” sapanya sambil membungkukkan badan cukup dalam. Ia masih tak ingin menatap pria bernama Damian itu. Damian terlihat terkejut melihat Manda membungkuk seperti itu. “Astaga! Kita nggak lagi di era kerajaan, Manda. S
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

Bab 17. Sugar Friend

“Kartu AS?” Manda melepas tangannya dari kenop pintu dan berbalik. Damian melanjutkan ucapannya tadi. “Dia nggak akan mengurusi utang sekecil itu, kalau nggak tertarik padamu. Senang bertemu. Manda.”Manda mengangguk singkat sebelum akhirnya keluar dari ruangan. Mungkin karena tak enak hati, Vivian mengantarnya sampai ke lobi dan mengatakan kalau supir CEO mereka akan mengantar Manda pulang. Tak punya tenaga untuk berdebat, Manda menerima fasilitas yang diberikan secara cuma-cuma itu. “Semoga kita punya kesempatan untuk kerja bareng ya, Mbak Manda,” ujar Vivian penuh harapan. Sayang, kekecewaan Manda membuatnya gagal merasakan ketulusan Vivian. Ia hanya melontarkan senyum lemah dan naik ke dalam mobil Alphard hitam.Setelah mobil melaju, barulah Manda menghela napas panjang. Lelah dengan rasa putus asa dan kekecewaan yang ia terima hari ini.Absennya keingintahuan sang supir mengenai alamat rumahnya juga membuat Manda semakin muak. Semua orang seolah tahu segala hal mengenai dirin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

Bab 18. Tes Perasaan

“Oh!”Manda terkejut ketika ia membuka pesan Raffael dan membacanya. Senyum lega tergambar di wajahnya. ‘Ternyata cuma ‘get well soon’. Kukira dia bakal marah dan nebak aku interview.’ Tak lama kemudian, pesanannya tiba. Ia mulai menikmati minuman beralkohol lebih dulu sebelum mengkonsumsi camilan. Tak sadar seseorang mendekati dan menepuk pundaknya seraya duduk di sebelah Manda. Spontan, ia menoleh dan memamerkan cengiran polosnya.“Ike!” pekik gadis yang mulai mabuk itu.“Astaga, anak ini! Udah berapa gelas kamu minum?!” tegurnya. Ia pun ikut menikmati camilan bernama ‘pork crackling’ yang masih utuh, tak terjamah. Jelas, itu berarti Manda sejak tadi hanya sibuk minum.Manda terkekeh lemah. “Ehehe! belum juga 2 gelas, Ke. Santai! Sana pesan!”Yuike memukul pelan kepala Manda dengan kepalan tangannya. “Aku yang bayar, kenapa jadi kamu yang suruh-suruh pesan?!”Manda tergelak.“Iya, iya, my sugar friend. Aku mau chicken streak juga sekalian ya~” Suara Manda sudah mulai menandakan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

Bab 19. Rasa Bersalah

Sementara itu, di kantor PT Djaya Tambang Tbk.“Raffa, kau belum mau berangkat?” Seorang wanita muda berkaki jenjang dengan wajah mirip Raffael, bersedekap di ambang pintu ruang kerjanya. “Oh, kamu Camelia. Aku masih ada kerjaan. Kau duluan saja.”Wanita yang dipanggil dengan nama Camelia, sang CEO PT Djaya Tambang Tbk., memutar bola matanya, lalu mengomel “Panggil aku kakak! Dasar anak nggak sopan.”Raffael hanya mendengus saja mengomentari omelan itu. Sebelum beranjak pergi, Camelia memperingatkan, “Jangan telat! Aku sudah kasih tahu Tara nanti ke hotel, bukan ke rumah utama.”Lagi-lagi Raffael merespon setengah hati, hanya dengan berdehem saja. Hampir seperti mengabaikan kakak perempuannya.Tak lama setelah kepergian Camelia, ponsel Raffael berdering. Ia melirik, menggunakan ekor matanya untuk mengecek siapa yang menghubunginya.‘Hm … paling sales asuransi. Nggak kenal nomernya,’ batin Raffael. Ia kemudian melanjutkan pekerjaannya. Namun, nomor yang sama kembali menghubunginya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

Bab 20. Pertanyaan Paling Menyeramkan

“Tara! Segera ke hotel yang disebutkan Camelia!” Raffael memberi perintah.“Baik, Tuan.” Tara mengangguk.Wajah sang supir terlihat heran, karena tuannya seperti berniat membawa gadis yang sedang tertidur di pangkuannya itu ke hotel. Namun, ia tidak mungkin mempertanyakan perintah sang majikan.‘Mungkin Tuan Raffa minta di drop dulu dan aku yang antar Nona Manda ini.’ Tara menyimpulkan begitu saja.Segera mereka tiba di lobi hotel Vyatt. Tara bahkan sampai tertegun kala Raffael tetap membopong Manda keluar dari mobil. “Tara, kamu check-in saja. Besok langsung kantor. Tolong siapin baju Manda lagi seperti kemarin.” Raffael sempat memberi perintah, tanpa peduli seperti apa terkejutnya wajah sang supir. Tiba di depan resepsionis, tanpa perlu diminta, mereka segera mengambil kunci. Namun, Raffael menolak. “Jangan kamar yang biasa saya pakai. Cari kamar lain.”“Apa kamar lantai 5 tidak masalah, Pak Raffael?” tanya manajer hotel.Sang tamu kehormatan itu hanya menganggukkan kepala. Segera
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status