Season 1: Bab 1-208 [Manda dan Raffael] "Wow! Siapa yang berani membayar mahal seorang Raffael Indradjaya, hm?" “Aku dong! Memangnya gigolo setampan dia dibayar berapa, sih?” – Manda Adinata Diselingkuhi sang kekasih, Manda Adinata (22) bermaksud mencari teman minum dengan meminta sahabatnya menyewa seorang gigolo. Terlalu mabuk, Manda bahkan tak sadar salah masuk ruangan. Malam itu, ia malah bercinta dengan pria asing yang tidak diketahui asal usulnya. Namun, ia bertemu lagi dengan pria itu yang ternyata adalah bos baru di kantornya. Season 2: Bab 210 UP [Bintang] “Kata manajer saya, saya diminta untuk menemani malam Pak Bintang.” “Menemaniku? Sure. Apa yang kau mau, kucing kecil?”—Bintang Adinata Dikelilingi banyak berita skandal, Bintang Adinata (30) yang kini menjabat sebagai CEO RAFT Entertainment menggantikan Raffael, bahkan belum pernah memiliki seorang kekasih. Dengan sifatnya yang santai dan wajah rupawannya, semua wanita menginginkannya. Sampai di satu momen, seorang artis tak terkenal tiba-tiba mendatangi kamar hotelnya dan menawarkan diri untuk menemani malam sang CEO. Mungkinkah Bintang mengulang kesalahan Raffael dulu?
View More“Laki-laki sialan!"
Manda Adinata menggerutu dengan suara diseret. Netranya sudah basah lagi oleh air mata. Walau sudah satu minggu sejak ia memergoki perselingkuhan calon suaminya, rasa sakit di hati tak kunjung reda.
‘Lihat saja! Bukan cuma kamu yang bisa bersenang-senang dengan perempuan lain! Aku juga bisa!’ batin Manda.
Tangan Manda sudah mengepal erat, menahan keinginan untuk meneriakkan semua amarahnya. Ia tidak peduli berapa gelas minuman beralkohol yang ditenggaknya.
“Nona, sepertinya ponsel Anda bergetar.” Bartender melirik benda kotak yang tergeletak di meja.
Tanpa merespon sang bartender, Manda langsung meraih ponsel itu dan menjawab, “Ya, halo!”
Mendengar suara Manda yang mabuk, lawan bicaranya langsung memprotes dari ujung sambungan telepon.
“Ugh! Apa kau sudah minum-minum duluan, Manda?! Cepatlah datang! Pria yang kusewa sudah di sini. Ruang satu sembilan ya. Satu sembilan.”
“Ya, ya. Satu sembilan satu,” gumam Manda.
Manda langsung mematikan ponselnya dan membayar minuman. Kemudian ia mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah sang bartender.
“Antarkan aku ke ruang sembilan satu, Mr. Bartender!”
Sang bartender memicingkan mata, tak yakin dengan angka yang disebutkan Manda. Bukan berarti ruangan itu tidak ada.
Bartender mengangguk. Kemudian, menyuruh salah satu staf untuk mengantarkan Manda.
Tak jauh dari meja bar tadi, mereka tiba di depan pintu ruangan berlabel 9.1.
“Silakan masuk, Nona!"
Tanpa ragu, Manda segera membuka pintu dan masuk. Manda yang sudah setengah mabuk tidak sadar bahwa tidak ada satupun penghuni ruangan itu dikenalnya.
Manda juga tidak menyadari tatapan bingung di wajah mereka.
“Oh? Kau pesan perempuan, Raf?”
Pria yang ditanya mendengus kesal. “Buat apa?!”
Suara bariton pria yang baru saja menjawab membuat netra Manda menoleh. Dalam sekejap ia dibuat terhanyut akan ketampanannya.
Manda tersenyum manis. “Ternyata kau di sini!”
Manda menghampiri laki-laki yang dipikirnya pria sewaan dan duduk di atas pangkuannya. “Ike beneran pesan gigolo buatku. Kamu benar-benar tipeku.”
“Gi–gigolo?!” sentak pria tampan itu sambil berdiri.
Pergerakan yang tiba-tiba itu membuat Manda terjatuh. “Aduduh! Kamu kasar sekali mainnya ….”
“Apa maksudmu, Nona?!” raung laki-laki bertubuh kekar tersebut. “Kau merusak nama baikku!”
Berusaha berdiri, Manda kemudian mendekat dan menempelkan jarinya di bibir pria tampan itu.
Manda tersenyum lagi. “Ssst! Aku sudah membayar mahal kamu. Jangan pura-pura tidak kenal!"
“Wow! Siapa yang berani membayar seorang Raffael?!”
“Aku dong!” pekik Manda dengan nada bangga. “Memang gigolo setampan dia dibayar berapa, sih?”
Tak tahan karena dipermalukan di depan banyak orang, Raffael pun segera keluar dari ruangan. Ia menyeret Manda bersamanya karena tidak ingin gadis itu berkata yang tidak-tidak.
Manda memeluk Raffael. Ketika Raffael tersadar, ia semakin murka karena si gadis mabuk itu ternyata sudah melepas setengah dari kancing kemejanya.
Raffael gusar. “Hah?! Dasar perempuan gila!”
Muak dengan tatapan para pengunjung bar, Raffael segera melarikan Manda ke kamarnya.
“Hey, Mr! Apa kamu akan segera menghiburku? Kau tahu, aku sudah membayarmu Rp 10 juta. Rp 10 juta lho! Itu uang tabunganku semua!” protes Manda kesal.
Namun, ucapan Manda sama sekali tidak membuat Raffael berhenti. Sekejap, mereka tiba di depan kamar hotel nomor 809. Dengan cepat, Raffael membuka pintu kamar dan melempar Manda ke atas ranjang.
Bukannya marah, Manda malah terkekeh sambil lanjut meracau. “Kau tahu? Aku baru diterima di Djaya Tambang. Jadi sekretaris.”
Netra Raffael memicing mengamati wajah Manda, kemudian tersenyum licik. ‘Dia sekretaris baru di Djaya Tambang?!’
Tak mendapat respon, Manda melanjutkan, “Aku cari uang buat pernikahanku tahun depan dan kau tahu? Pria brengsek itu malah selingkuh!”
Kali ini, Raffael merespon hanya dengan menaikkan salah satu alisnya. Setidaknya, kini ia tahu latar belakang dibalik mabuknya Manda.
“Hey, Mr. tampan! Aku bayar kamu mahal-mahal untuk menghiburku. Tapi, kenapa kamu diam saja?” keluh Manda. “Aku akan mengajukan protes!”
Raffael mendengus geli mendengarkan semua ocehan Manda. Perhatiannya kini tertuju pada tubuh gadis yang terbaring tak terjaga di atas kasurnya.
Detik berikutnya, Raffael mulai menurunkan resleting gaun Manda. Dalam sekejap, ia sudah bisa melihat lekuk tubuh Manda yang hanya terbalut dua buah pad penutup dada dan underwear manis berwarna peach.
“Uhm … dingin!” Manda merengek malas. “Mr. gigolo, mau selimut! Ayo, temani aku minum!”
Mendengar label gigolo lagi, tali kesabaran Raffael pun putus.
"Ha! Kau mau aku jadi gigolo?! Baik! Aku akan jadi gigolo untukmu malam ini!”
Hai! Romero Un menyapa!Novel ini akhirnya tamat ya ^_^Terima kasih buat para pembaca yang mendukung novel ini sampai selesai. Terima kasih juga untuk pembaca yang sudah memberikan komentar dan hadiah. Sampai ketemu di novel selanjutnya ya!Sayonara!
“Bos, sudah keluar hasilnya.”Bintang mengangguk. Ia segera mengecek hasilnya dan menemukan komposisi larutan yang tertulis dapat menyebabkan kerusakan pada pita suara. Ia pun langsung memberitahu Dennis. “Segera suruh Luna menemui dokter Gilian. Kuharap belum terlambat memperbaiki pita suaranya.”“Black, tangkap Kanya dan 2 temannya. Bawa mereka ke kapten. Aku sudah malas mengurusi mereka.”“Baik, Bos!”Sepeninggalan Black, Bintang langsung menyandarkan kepala, sambil memijat-mijat dahinya yang mulai pusing. Dengan posisi tak berubah, ia mencoba meraih gagang telepon dan menghubungi Tiara. “Auntie, tolong ke ruanganku.”2 menit setelahnya, Tiara sudah duduk di hadapannya. “Ada apa, Pak Bintang?”“Aku mau keluarkan berita dan juga peraturan baru.”Sang sekretaris senior itu mengangguk.‘Apa ini masalah artis Luna itu? Kurasa memang sudah keterlaluan sekali Kanya itu.’ Tiara membatin, sementara tangannya membuka laptop di pangkuan.Dalam berita internal itu, Bintang menjelaskan perka
“Oh! Lex, aku cari kamu. Ayo, ikut!”Bintang mengambil kesempatan untuk lepas dari Kanya. Ia segera pamit, menggeret adik perempuannya bersama. “Kau dikerjai si Kanya?” tanya Alexa setelah mereka cukup jauh dari target pembicaraan.Bintang menggeleng. “Sepertinya dia nggak suka dengan Lia dan membuat skandal untuk menghancurkan karir Lia sebelum debut.”Alexa mengerutkan dahi. “Kukira sasaran Kanya si Luna. Dia sering banget dipanggil Kanya sebelum latihan mulai. Dan pagi ini Luna kena marah karena suaranya tiba-tiba hilang.”Kali ini dahi Bintang yang berkerut tak mengerti. “Kenapa kau diam saja? Kanya sepertinya bukan perempuan yang baik, Lex. Hati-hati.”Alexa mendengus geli. “Siapa yang berani denganku?!”“Jadi, ini yang kemarin kakak tanyain ke aku? Skandal itu disengaja oleh Kanya?” Alexa kembali bertanya. Kepala Bintang bergerak naik-turun. “Kebetulan aku melihatnya.”Mereka terdiam sesaat, sebelum akhirnya Bintang memutuskan untuk pergi menemui Dennis. “Kau juga hati-hati. A
“Aku nggak peduli.” Bintang membalas pertanyaan Adelia dengan pernyataan keras kepala. “Kita bisa menyembunyikan pernikahan ini, untuk sementara.”“Buat apa?” tanya Adelia tak mengerti. “Kalau aku menikah, aku ingin bisa menceritakannya pada semua orang.”Mendengar itu Bintang tak bisa berkelit. Ia tak menyangkal. Mungkin dirinya yang paling sulit untuk menyembunyikan hubungan mereka. Bahkan sejak awal, dirinya lah yang tak bisa menahan diri untuk mengumbar kedekatannya dengan Adelia. “Tapi kalau tunangan, kurasa aman. Gimana?” usul Adelia yang merasa bersalah setelah pertanyaannya tadi. Bagaimanapun, saat ini, seorang CEO besar melamarnya. Dia, yang hanyalah seorang gadis biasa.Namun, Bintang menolak usulannya. “Aku ingin menikahimu karena aku mau semalam-malamnya kamu pulang, aku ada di rumah.”Wajah Adelia bersemu merah. Sebuah senyum tak sadar terbentuk di sana. “Hanya karena alasan itu?” gumamnya tak percaya.“Itu bukan ‘hanya’, My dear.” Bintang memeluk tubuh sang kekasih er
“Bos, Regan mengitrogasiku. Sepertinya Bos Raffael mencari Anda.”Black melapor pada Bintang, tepat di saat ia yakin kalau Adelia sudah masuk ke kamar mandi hotel. Ini adalah hari kedua Bintang dan Adelia berada di hotel. Seharian kemarin mereka menikmati renang dan layanan spa dari hotel itu. Dan pagi ini, seperti yang sudah ia perkirakan akan terjadi. Foto dirinya melangkah keluar dari apartemen para artis RAFTEN sambil merangkul seorang perempuan tak dikenal, menghiasi halaman depan media berita artis ibukota.Tentu saja, Raffael dan Manda akan marah besar, mengira bahwa putranya berselingkuh di belakang Adelia. “Mereka pikir Anda membalas dendam atas skandal Nona Adelia.”“Ah ….” Bintang terkekeh geli dengan tebakan orang tuanya. “Aku mematikan ponselku. Kau saja yang beritahu mereka kalau foto itu adalah fotoku dengan Lia.”Black mengangguk. “Baik, Bos.”“Tapi, jangan kasih tahu kami di hotel ini,” tambah Bintang, mengingatkan. “Aku dan Lia sedang liburan.”“Siap, Bos!”Sege
Ha! Ha! Ha! “Pertanyaan dari mana itu?” Bintang tergelak mendengar kenyataan bahwa Adelia tak merasakan cintanya.CEO RAFTEN bahkan tak bisa menyalahkan siapapun kecuali dirinya, karena sudah membuat Adelia bertanya demikian. Cinta yang ia berikan sepertinya tidak nyata. Seperti apa kata sang ibunda. Hambar.“Kau nggak tahu saja, tiap malam aku datang ke sini. Tapi kau nggak pernah ada.”Netra Adelia membulat kaget. “Bohong! Aku nggak pernah ketemu kamu! Nggak pernah ada tanda-tanda kamu mengunjungi apartemenku.”Bintang mengecup bibir sang kekasih, singkat. Kemudian berkata, “Aku malas kalau harus mengakui perbuatanku. Jadi, terserah kamu percaya atau nggak. Aku nggak masalah, Lia.”Melihat Bintang tidak bersikeras membuktikan ucapannya, Adelia memutuskan untuk percaya. “Terus, kenapa kau ke apartemenku nggak bilang-bilang?” tanyanya heran. Bibir Bintang bergerak ke kanan lalu ke kiri, menimbang apa juga yang membuatnya datang ke apartemen Adelia.“Awalnya mau kasih kejutan. Tapi
‘... dia nangis karena sudah lama nggak bisa ketemu kamu, Kak.’Ucapan Alexa tadi kembali terngiang di telinga Bintang, walau sambungan telepon sudah terputus sejak tadi. Senyuman lebar tak bisa ia tahan. ‘Kurasa aku terlalu percaya pada hubungan kami. Percaya bahwa kami mengerti satu sama lain, tanpa perlu banyak interaksi.’“Ternyata aku salah,” keluhnya menyimpulkan apa yang terjadi. Dengan cepat ia mengirim pesan pada Tiara, sekretarisnya. To Tiara:Besok saya libur satu minggu. Jangan cari saya!Pesan terkirim!Kemudian ia juga mengirim pesan yang sama pada Theo, tetapi terkait Adelia. To Theo:Besok Adelia libur 3 hari. Jangan cari dia!Pesan terkirim!Bintang mematikan ponselnya dan juga Adelia begitu saja dan mulai fokus mengurus sang kekasih. Ia menggulung lengan kemejanya dan mulai menyeka bagian tubuh Adelia yang terlihat. Malam itu ia memutuskan untuk menemani sang kekasih, tidur di ranjang yang sama.‘Ah … sebaiknya aku juga ganti saja itu!’*** Keesokan paginya, Ad
‘Kalau diingat-ingat … aku terakhir lihat Lia dari jendela pintu ruang latihan. 3 minggu lalu, kalau nggak salah.’Bintang menatap lurus tanpa berkedip. Pandangannya kosong, sementara ia menggenggam gelas wine di tangannya. Ia sedang duduk di sofa apartemen sang kekasih. Masih terdiam, pikirannya kembali mengingat hari itu. ‘Setelah itu, aku pergi dinas. Dennis bilang kalau Lia sangat bersemangat siap debut.’“Nggak ada yang salah dengan kami. Kurasa.”Pria yang tengah bingung dengan komentar ibu dan rekan kerjanya itu kembali menghela napas panjang. Ia tak tahu apa yang membuat hubungannya dicap hambar. Sejauh mereka belum menikah, jelas tidak ada yang bisa mereka lakukan selain pergi kencan. Sesekali berciuman atau tidur di kasur yang sama. “Apa aku harusnya menikahi Lia?” Lagi, ia berbicara dengan diri sendiri. “Tapi dia sedang bersiap debut. Bagaimana kalau langsung hamil dan merusak karirnya?”Sudah pukul 11 malam dan Adelia tak juga tiba di rumah. Mungkin penantian Bintang ma
“Dia tidur sambil berendam.”Bintang menggelengkan kepala, heran dengan kelakuan absurd sang kekasih kecilnya. Sekarang ia tidak tahu harus berbuat apa untuk mengangkat tubuh Adelia tanpa melihat. “Lia.” Bintang mencoba membangunkannya. “Adelia!”Dengkuran halus malah menjadi jawaban dari panggilan itu. Membuat Bintang mulai kehabisan akal setelah beberapa kali mencoba membangunkannya. Ia memutuskan untuk mengambil handuk dan menutupi tubuh gadis itu setelah berhasil mengangkatnya dengan menutup mata. Setelah bekerja keras, Bintang pun berhasil membaringkannya di tempat tidur. Namun, sampai di sana, Adelia malah terbangun. “Kenapa kau baru bangun sekarang, hm?” keluh Bintang. “Kau mengerjaiku ya?”Adelia mengerjapkan netranya beberapa kali, kemudian tersadar bahwa ia sudah ada di kasurnya, masih dengan tubuh yang basah. “Astaga! Apa aku ketiduran?”Melihat dari respon Adelia, Bintang tahu kalau gadis itu pasti kelelahan setelah beberapa minggu terus berlatih dan hanya bisa tidur 2
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments