Share

Bab 4. Kucing-kucingan

Penulis: Romero Un
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-18 15:33:16

“Manda! Dengar saya nggak, Manda?!”

Elena berbisik. Nadanya penuh penekanan. Pasalnya, staf junior yang sedang menerima perintah darinya itu malah menjauhkan telinganya dan melamun seperti orang tak sadarkan diri.

Untungnya, Manda segera tersadar dari lamunannya dan langsung teringat pada sang atasan. Ia langsung berjongkok di sebelah Elena sambil berbisik, “Ma–maaf, Bu. Saya kaget dengar kita punya presdir baru.”

“Ya … kan, Bu Camelia naik jadi CEO. Posisi presdir jadi kosong.” Elena menjelaskan dengan singkat. “Kamu dengar saya nggak tadi? Nanti kamu urus payment sama pihak restoran. Ini kartunya. Jangan lupa tambahin porsi kamu sama Yana dan Jenny.”

Mendengar itu, Manda buru-buru menjalankan rencananya untuk menghilang dari rapat itu. “Maaf, Bu. Saya tadinya mau izin. Badan saya nggak enak, Bu.”

Wajah Elena terlihat gusar dan sedikit kecewa. Hal itu membuat Manda merasa sangat bersalah karena sudah berbohong. 

“Bisa tahan sampai makan siang selesai nggak?” tanya Elena mencoba mengorganisir stafnya yang hanya berjumlah 4 orang termasuk dirinya. “Soalnya, Yana dan Jenny bakal repot urus barang di ruangan setelah rapat selesai.”

Manda berpikir sejenak, tetapi Elena menambahkan lagi. “Setidaknya sampai semua tamu undangan sudah duduk di restoran. Tolong ya, Manda?”

‘Haduh! Nggak enak juga jadinya aku. Ya, sudahlah! Gimana nanti aku coba sebisa mungkin menghindar dari orang itu,’ batinnya menyerah. 

“Baik, Bu. Saya coba tahan.”

Setelah mengantongi kartu kredit milik perusahaan, Manda pun segera pamit keluar ruangan. Namun, ia tidak berniat menunggu sampai rapat selesai untuk pergi ke restoran.

Pura-pura salah tangkap dengan perintah Elena, Manda berkata, “Kak Yana, tadi Bu Elena bilang aku harus ke restoran buat urus pembayaran, jadi aku duluan ya.”

“Oke. Aku sama Ci Jenny nanti beresin ruangan. Tolong urus restoran ya, Kak Manda.”

Manda mengangguk. Lega hatinya bisa pergi dari area rapat itu. 

‘Biarin deh kalau besok aku dianggep salah menjalankan perintah Bu Elena. Yang penting aku ada di restoran sampai semua tamu duduk.’ Manda membatin sambil mencangklong tasnya dan pergi menuju ke restoran.

30 menit setelah Manda menyelesaikan pembayaran, para petinggi perusahaan termasuk para general manajer yang mendapat kesempatan untuk makan siang bersama mulai berdatangan. 

‘Waduh! Itu dia orangnya!’ pekik Manda tanpa suara. 

Segera ia menghampiri salah satu staf restoran untuk meminta bantuan. “Mbak, itu semua yang datang atas nama PT Djaya Tambang Tbk ya. Ada 44 orang termasuk 3 sekretaris. Tolong dianterin sampai meja mereka.”

“Baik, Bu.”

Sementara staf itu melakukan tugasnya, dengan gesit Manda duduk bersembunyi di dekat hiasan pohon tinggi yang tepat berada di samping pintu masuk.

Ia mencentang semua orang yang ada dalam daftar undangannya dan setelah selesai tugasnya, ia pun segera pergi. 

‘Sebaiknya lewat basement saja, takut ada yang lihat kalau lewat pintu masuk,’ pikir Manda sambil menekan tombol B pada dinding lift. 

Tak lama pintu lift terbuka di lantai basement. Dengan langkah cepat Manda bergerak meninggalkan area restoran. Ia tidak menyadari kalau seseorang mengikutinya dari belakang. 

Tanpa bisa menghindar, Manda tertangkap oleh orang tersebut. Ia didorong dengan sedikit kasar ke dalam mobil. Kondisi remang basement membuatnya tak bisa langsung melihat siapa pelakunya. 

“Siapa kamu?!” pekik Manda. 

Ia memeluk tasnya di depan dada, takut kalau-kalau kejadian yang sedang dihadapi menjurus pada pelecehan asusila.

Klik!

Lampu yang ada di langit-langit mobil menyala terang, menyingkap wajah si pelaku yang sudah berada di atas tubuhnya. Manda pun tercengang melihat siapa orang itu. 

“Pa–Pak Raffael?!” pekik Manda panik. “Bapak mau apa?! Jauh-jauh dari saya! Saya bakal teriak bapak mau culik saya!”

Pria itu mendengus geli. “Ha! Sepertinya kau ingat siapa saya, hm?”

Ia mencengkram pergelangan tangan Manda. “Teriak saja. Saya bisa sebarkan foto-foto polosmu saat merintih manja di ranjang hotel.”

“Bohong! Tidak mungkin!” raung Manda panik.

Sambil memenjara tubuh Manda di antara lututnya, Raffael mengeluarkan ponsel dan mengutak-atik benda kotak itu. “Kita lihat saja besok sudah viral di media sosial. Aku juga ingin tahu berapa banyak yang bakal booking kamu kalau lihat foto-foto ini.”

“Jangan!” pekik Manda ketakutan. Bola matanya sampai bergetar karena merasa sangat terancam.

Gadis malang itu akhirnya memutuskan percaya kalau Raffael benar-benar memiliki foto-foto yang disebutkan tadi.

“Kalau gitu, Bapak mau apa dari saya?”

Bab terkait

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 5. Bayar Pakai Tubuhmu Saja

    “Banyak yang saya mau dari kamu, Manda Adinata.”Wajah Manda terlihat kaget. Ia belum berkenalan dengan sang presdir, tetapi sudah tahu namanya. “Kenapa? Kaget saya tahu nama kamu?” ledeknya yang masih tak melepaskan Manda dari kungkungan kakinya. “Saya tanya Elena, karena saya mau nagih utang.”Mendengar itu, Manda dengan yakin berkata, “Utang?! Saya udah kasih semua uang saya di nakas hotel. Bulan ini saya sudah nggak ada uang, Pak.”Sontak Raffael tergelak. Namun, netranya tak tampak seperti sedang tertawa. Malahan pria itu seperti akan memakan Manda kalau ia lengah sedikit saja.Dengan nada penuh ancaman, Raffael berkata pelan, “Ya, ya. Uang itu. Kau membuatku rugi karena lembaran uang sialan itu.”“Rugi? Saya kan bayar, Pak,” protes Manda dengan kening berlipat.Raffael mendengus. “Bayar?! Kamu sudah menyebut saya gigolo di depan umum. Kamu juga mencuri kemeja saya. Dan hari ini kamu korupsi jam kerja dengan pulang cepat.”Wajah Manda pucat pasi. Semua yang disebutkan benar-bena

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 6. Bayar Cicilan Pertama

    ‘Senang?!’ pekik Manda dalam hati. ‘Senang kepala kau peyang! Kau doang yang senang bapak tua kelebihan hormon!’Namun, ia juga tidak punya pilihan lain selain menuruti apa yang dikatakan oleh Raffael. Sekejap, mereka tiba di depan lobi sebuah hotel. Hotel yang ia datangi kali ini 5 kali lebih mahal dari hotel kemarin.“Turun.” Raffael memberi perintah.Menurut, Manda segera melangkahkan kaki keluar dari mobil dan mengekor di belakang Raffael. Ia terus saja meremas tangannya yang terkepal, tidak tahu apa yang akan terjadi padanya setelah ini. Malam itu, ia mabuk saat bercinta dengan Raffael. Namun sekarang, ia sedang dalam kondisi sadar. Ia tidak tahu apakah ia akan serela itu disentuh oleh pria yang baru 2 kali ditemuinya.Tak menyadari ke mana langkah membawanya, ia terkejut saat Raffael berhenti di depan sebuah restoran. “Selamat datang, Pak Raffael. Ruangan seperti biasa?” tanya staf restoran sambil melirik melewati bahu Raffael. Pria itu bergumam singkat. Kemudian staf restor

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 7. Nyaris Kena Tuntutan Baru

    “Nggak nyangka aku bisa dibuat ketawa seperti ini. Manda Adinata. Besok bakal seperti apa ya dia?” Raffael tergelak di dalam mobil setelah Manda menutup pintunya.Sementara mobil sedan hitam itu melaju meninggalkan kediaman Manda, gadis yang pulang dengan wajah kusut itu mendapat tatapan penuh perhatian dari sang ibu. “Manda, wajahnya kesal banget kayaknya?” sapa ibunda. “Ada apa, Nak? Apa pekerjaan kamu nggak berjalan baik?”Manda menggeleng. “Nggak, Ma. Manda nggak apa-apa. Manda udah makan, jadi langsung ke kamar ya.”Tak ingin menambah beban putrinya, wanita tua itu membiarkan saja Manda melakukan apa yang diinginkan. Sampai di kamar, Manda tidak langsung mandi. Ia menghubungi Yuike dan menceritakan kejadian gila hari ini. “Mampus nggak sih kamu, Nda?! Kau bakal sekantor sama dia. Bahkan dia bos besarmu!” komentar Yuike, ikut panik. “Mending kamu cari kerjaan baru. Aku bantuin.”Manda menganggukkan kepalanya walau Yuike tak bisa melihat. “Benar. Sebaiknya aku segera mengundurka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 8. Manda, Ayo Ke Kamar!

    ‘Sakit! Dia nggak ngakuin ini punya dia, tapi dia juga nggak bolehin aku jual. Maunya apa sih orang ini?!’Manda benar-benar dibuat pusing oleh presdir barunya itu. Merasa tak akan menang berdebat dengannya, ia memutuskan untuk menyimpan kemeja itu di kantor saja nanti.Sepanjang perjalanan Raffael terlihat sibuk dengan laptopnya, sementara itu Manda yang tidur larut karena mencari pekerjaan baru pun terhanyut goyangan mobil. Tanpa sadar ia tertidur. “Nanti kamu minta kontak sekretarisnya Pak Juanda ya. Besok-besok, biar dia yang—” ucapan Raffael terhenti ketika sesuatu tiba-tiba menyentuh pundaknya. Manda yang tertidur pulas tak sadar kalau kepalanya terjatuh di bahu bos yang jadi lawan debatnya itu.Raffael mendengus geli menyadari dirinya bahkan tidak menolak kelakuan sekretaris muda di sebelahnya. “Dasar anak ini. Tidur jam berapa semalam dia, sampai nggak sadar begini.”Mengabaikan Manda yang tengah nyaman bersandar di bahunya, Raffael melanjutkan pekerjaannya. 2 jam berlalu s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 9. Pasal Perencanaan Asusila

    “Eh?! Tu—tunggu dulu, Pak!” Manda mencoba melepaskan diri dari genggaman tangan Raffael. Ia tidak mau menambah skandal lain. Terlebih kalau sampai ada yang mengenali atasannya dan mengambil foto mereka. Sayang, Raffael malah terlihat menikmati keadaan. Dengan wajah sumringah ia menggandeng Manda berjalan menuju lift hotel. Walau begitu, Manda masih berusaha menyadarkannya terkait status mereka. “Pak, saya nggak mungkin sekamar sama atasan saya.”Persuasif Manda gagal. Raffael malah mendengus sambil menarik Manda masuk ke dalam lift, kemudian berbisik, “Kita sudah pernah sekamar, buat apa dipersulit.”Wajah Manda memerah bak kepiting rebus. Seketika, ingatan malam panas itu kembali merajai pikirannya. ‘Dasar bos gila satu ini! Ngapain dia nginget malam itu sih?!’Bisa menebak apa yang ada dipikiran sang sekretaris, penyakit jahil Raffael kambuh. “Oh! Kayaknya kamu seneng inget-inget malam itu.”Netra Manda membulat sempurna. Tak menyangka kalau atasannya itu masih saja membahas soal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 10. Bencana Ranjang

    “Astaga!” pekik Manda panik. Buru-buru ia melangkah maju, sehingga tubuhnya tersembunyi di balik kaca bertekstur. “Saya kan lagi mandi, Pak Raffael!” omelnya kesal.Percikan air dari selang shower juga membasahi baju Raffael yang sudah setengah badan memasuki kamar mandi. Raffael terdiam. Setengah mati menahan tawa sambil menggigit bibir yang terlipat ke dalam. Ia tidak tahu kalau gadis itu akan mandi tanpa menarik tirai. Dengan nada sinis ia berkata, “Saya sudah lihat semua badan kamu, buat apa disembunyiin?” Kemudian diletakkannya satu set piyama yang untungnya masih terbungkus rapat sehingga tidak basah, di atas meja wastafel. “Ini baju kamu, saya suruh Tara beli kemarin malam.” Tanpa mendengar ucapan terima kasih dari si gadis yang masih setengah jalan menyelesaikan mandinya, Raffael menjauh dari kamar mandi. Ia langsung melempar tubuhnya ke atas kasur sambil menutupi wajah. Bayangan tubuh Manda membuat wajahnya terasa panas. Jantungnya pun tak bisa diam sejak tadi. Baru k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 11. Mari, Buat Diri Sendiri Dipecat!

    ‘Ha! Sial! Kupikir dia bengong karena lihat kegagahanku! Malah mempermasalahkan kemeja dan utang!’ Awalnya, Raffael memang tak ingin mengambil kemeja itu lagi. Namun, semalam ia terkesan dengan harum kemejanya yang sama seperti wangi Manda. Walau ia sekuat tenaga mengelak dari tuduhan yang diutarakan hatinya. ‘Lagian, nggak mungkin aku melepas kemeja ini dan membiarkannya dijual oleh Manda,’ batinnya beralasan.Raffael menatap tajam ke arah Manda sambil berjalan menghampirinya. Manda mulai merasa tak enak. Ia takut kalau atasannya itu terpancing berbuat sesuatu karena ucapannya tadi. “Ba–bapak mau apa?!” pekiknya sambil mengangkat kedua tangan di depan dada. Seringai penuh ancaman mulai muncul di wajah bos ganteng itu, membuat sekujur tubuh Manda merinding. Dalam sekejap, Raffael mengurung tubuh Manda yang sudah terbaring terpaksa di atas tepi ranjang karena menghindari kontak fisik dengan sang atasan. “Sa–saya cuma bilang kenyataan—”“Tangan saya yang kamu pinjam buat bantal tad

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 12. Abort Mission!

    “Manda, kamu siap-siap jemput Pak Juanda di pintu lobi.” Raffael langsung memberi perintah tepat setelah sang sekretaris menelan suapan terakhir sarapannya. “Saya belum minum kopi, Pak.” Manda kembali melancarkan serangannya. “Kan mau ngerasain jadi orang kaya juga. Mumpung dibayarin kantor.” Netra Raffael melebar tak percaya dengan apa yang baru saja dijadikan jawaban oleh sekretaris pribadinya itu. “Maksud kamu, kamu nggak mau mengerjakan tugas kamu sebagai sekretaris?” Jantung Manda mulai berdebar kencang. Selama ia hidup, belum pernah ia menentang sesuatu seperti ini. Rasa hatinya tak keruan. Ia ingin membatalkan rencananya, tapi bayangan kegilaan yang akan dihadapi selama masih bekerja di bawah Raffael membuatnya bertekad untuk dipecat. “Bu–bukan nggak mau, Pak. Tapi saya mau minum kopi dulu. Lagian, kan tinggal bilang sama Pak Juandanya suruh ke restoran sini.” Melihat tingkah Manda, Raffael terdiam sesaat untuk berpikir, ‘Kenapa anak ini tiba-tiba tidak menurut? Padahal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08

Bab terbaru

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 99. Bukan Cinta Sepihak

    Deretan pertanyaan Manda membuat Raffael tertegun. Ia tahu, sekeras apapun ia menolak pertunangannya dengan Catherine, bukan berarti hubungan itu jadi tidak ada. “Yeah. Kau benar soal pertunanganku dengan Catherine, Manda.” Raffael menjawab perlahan semua ucapan sekretarisnya. “Aku berniat membatalkan itu.”Manda tertegun. Ia tak tahu apa makna di balik jawaban Raffael. Apakah ia setuju untuk menyudahi kontrak atau mereka tetap harus berpura-pura menjadi sepasang kekasih dan menunjukkan pada keluarga dan juga pihak Soreim?Untuk menghindari kesalahpahaman, Manda pun bertanya, “Jadi, apakah kita bisa sudahi kontrak ini, Pak?”Raffael menggeleng. “Tidak.”Manda terlihat lesu. Ia pikir ia tak perlu menyusahkan sang ayah soal biaya untuk vas antik yang pecah itu, kalau sang atasan setuju menganggap kontrak itu tak ada.Namun, kalau Raffael tak menyudahi kontrak, hal yang bisa dilakukan Manda adalah memaksanya dengan perjanjian untuk membayar utang. “Pak, sebenarnya saya membahas ini ka

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 98. Menyelesaikan Kontrak

    Elena: Manda, sudah mau jam 5. Kita lanjut besok.Manda mengerjapkan mata. Ia terlalu fokus bekerja dan tak memperhatikan waktu berlalu cepat.“Astaga! Udah jam 5!” serunya sambil merenggangkan badan yang kaku karena sejak tadi duduk di depan laptop.Ia memutuskan untuk memesan makanan. Dan sementara menunggu ia memilih untuk menyegarkan tubuh dengan mandi. Namun, bel pintu kamarnya malah ditekan oleh seseorang tepat ketika ia hendak memasuki kamar mandi. “Hm? Nggak mungkin kan makanannya datang secepat itu?”Dipakainya lagi baju yang sudah ia tanggalkan dan melangkah menuju pintu. Ia menutup satu matanya untuk melihat dari lubang itu, siapa yang ada di depan kamarnya.“Hm? Pak Damian bukan sih itu?” gumam Manda sedikit ragu. Pasalnya ia tidak tahu kalau atasannya juga punya jadwal bertemu dengan CEO D&D Jewelry. Dengan cepat Manda membuka pintu dan ia terkejut. Tidak hanya ada Damian di sana. Selain Raffael yang berdiri sambil berpegangan dengan Damian, ada 1 orang yang tak perna

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 97. Berubah Jadi Liburan

    “Diam di kamar ini, Manda. Jangan ke mana-mana.” Raffael mengedipkan mata sebelum ia akhirnya keluar dari kamar. Manda pun hanya bisa menghela napas panjang. Lelah dengan kelakuan sang bos. “Ha! Jangan kira aku akan menurut saja,” gumam Manda.Ia menunggu beberapa saat kemudian menarik lepas kunci dari slot listrik dan keluar dari kamar. Gadis itu berencana memesan kamar lain. ‘Kalau cuma 2 juta aku bisa pakai duit sendiri lah! Lagian aku bakal coba minta ganti ke kantor.’Manda berdiri di depan pintu lift, menunggu benda itu terbuka. Ia harus kembali ke resepsionis dan memesan kamar. Namun, ketika lift terbuka, Belinda muncul dengan wajah sedikit panik. Begitu melihat Manda, ia langsung terlihat lega. “Oh God! Syukurlah Anda keluar, Mbak Manda. Saya kepikiran kalau-kalau Anda butuh kamar lain.”Manda terkejut tetapi bersyukur. “Astaga! Iya benar, Mbak Belinda. Saya baru mau ke resepsionis untuk pesan kamar, karena saya nggak tahu cari Mbak di mana.”Belinda meraih tangan Manda dan

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 96. Kasurnya Terpisah. Aman.

    Ha! Ha! Ha!Raffael benar-benar tergelak mendengar tebakan Manda. “Benar, sih. Kita sedang dalam pelarian, tapi bukan karena utang.”Bibir bawah Manda ditekannya keluar. “Dulu kan Bapak sering bikin saya ngutang, saya pikir Bapak nggak punya duit mungkin,” ejeknya.“Manda, stop bikin lelucon,” rintihnya sembari memegangi perut. “Aku lelah tertawa.”Sang sekretaris hanya berdecak kesal. “Ish! Terus apa alasannya kita sampai buru-buru?”“Soreim.” Raffael mengatur napas setelah kelelahan tertawa. Dahi Manda berkerut tak mengerti kenapa sang atasan menyebut nama keluarga calon mertuanya. “Soreim? Kenapa?”“Mereka membuntutiku.” Raffael menjawab seraya mengecek kelengkapan Manda sebelum pesawat lepas landas. “Aku minta rekan bisnisku di Surabaya untuk mengirimkan undangan untukku, jadi aku bisa pergi dari Jakarta.”Rahang Manda seolah jatuh mendengar kenyataan itu. “Jadi, ini nggak benar-benar dinas?”Raffael memamerkan cengiran polosnya, seolah tak ada yang salah dengan ‘dinas pura-pura

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 95. Dinas Yang Seperti Pelarian

    “Ngomong-ngomong, Pak, kenapa tiba-tiba ada jadwal perjalanan dinas?” tanya Manda dengan nada heran. “Nggak ada yang kontak saya minta ketemu Pak Raffael.”Raffael tersenyum penuh kebanggaan. Ia mengeluarkan secarik kertas dari kantong yang ada di belakang jok depan mobil. “Ini.”Manda menerima surat dengan kop surat milik perusahaan cabang Surabaya. “Cabang Surabaya? Mereka datang ke Jakarta kan, Pak? Kok mereka nggak kasih tahu Bu Elena atau saya?”Namun, Raffael menggeleng. “No. Kita ke Surabaya, Manda.”“Ha?!” Manda mulai protes. “Tapi Pak, saya nggak bawa baju kalau harus ke luar kota.”“Kau bisa pakai bajuku, Manda,” ujar Raffael sambil mengedipkan satu matanya. Manik mata Manda berputar, tak habis pikir dengan sifat kekanakan atasannya yang selalu muncul kalau mereka sedang berdua. “Ya, ya.”Raffael baru saja berniat memejamkan mata, tetapi Manda masih melontarkan pertanyaan. “Tapi Pak, Bapak kan harus pidato!”“Biar saja mereka cari pengganti saya. Saya sudah kasih tahu Cam

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 94. Perjalanan Dinas Dadakan

    “Semangat! Ria, Ci Melly!” seru Manda di depan pintu lobi. Setelah fokus persiapan acara pameran marketing selama dua minggu, akhirnya hari H tiba. Ria dan Melly yang akan mengurus kedatangan para pemegang saham dan komisaris Djaya tambang. Raffael juga akan hadir untuk memberikan sepatah dua patah kata dalam acara itu. “Enaknya kalian! Kantor sepi bisa makan cemilan!” seru Ria, memasang wajah pura-pura cemberut. Elena mendengus geli. “Nggak sepi juga kamu terus aja ngemil, Ria.”Mereka tertawa bersamaan. Setelah itu, mau tak mau mereka harus berpisah. Mengerjakan tugas masing-masing. “Oke. Kerjaanmu gimana Manda?” tanya Elena sambil merenggangkan tubuhnya. Mereka sama-sama berbalik ke dalam kantor, menuju ruang kerja. “Saya tinggal nunggu respon para pemegang saham, Bu. Soal kedatangan mereka di rapat.”Elena mengangguk tenang. “Saya baru dapat agenda rapat pemegang saham luar biasa kali ini.”“Soal apa memang bu? Kemarin padahal baru rapat pemegang saham kan.”Elena kemudian m

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 93. Raffael Terjebak

    Hari Senin. Sampai detik ini, Manda dan Diana belum membahas soal pembatalan kontrak pada Rowan. Manda berniat untuk membahasnya dulu dengan Raffael. Kalau memang presdirnya itu mau menunggu sampai sang ayah mendapatkan pinjaman, barulah ia membahasnya dengan Rowan.Namun, kenyataan sepertinya tak berniat mendukung. Pagi ini Elena sudah langsung mengajak rapat dengan wajah seriusnya.“Kita mesti bagi tugas,” ujar Elena membuka rapat. Ketiga anak buahnya mengangguk paham. Bahkan Manda sudah lupa masalah hatinya. Kalau Elena sudah terlihat serius, jelas beban pekerjaan tak akan mudah.Kemudian, kepala sekretaris itu beralih pandang pada Manda. “Saya juga sudah bilang sama Pak Raffael untuk pinjam kamu bantuin salah satu kegiatan kantor.”“Baik, Bu.”Mendengar nama bos-nya, hati Manda seperti diremas perih. Namun, ia berusaha fokus pada tugasnya. Jangan sampai ia dianggap mencampur urusan pribadi dengan pekerjaan.Untungnya, sejak kemarin ia memberitahu Elena mengenai hubungannya deng

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 92. Keputusan Sulit

    “Iya, Bu. Saya tidak bisa menolak permintaan Pak Raffael juga untuk hari ini.”Manda menjelaskan posisinya. Ia tidak mau orang mengira dirinya mengambil kesempatan untuk menjadi dekat dengan sang presdir.“Orang tuamu tahu?” Camelia bertanya lagi. “Mereka tahunya saya harus menjadi kekasih pura-pura sebagai bantuan. Bantuan untuk ganti rugi vas itu. Kalau saya bicara dari awal, saya nggak mungkin kasih tahu mereka soal malam itu.”Camelia semakin pusing dibuatnya. Ia menyandarkan kepala di punggung jok mobil dan menghela napas panjang. “Lalu, apa kau mencintai Raffael sekarang?”Deg!Jantung Manda seperti jatuh ke perut. Ia tidak menyangka bahwa sang CEO akan menanyakan itu. “Aku perempuan, Manda. Kalau aku ada di posisimu, yang setiap hari dimanja pria setampan Raffael, aku mungkin luluh.”Manda meringis. “Well, nggak semua begitu, Bu. Saya nggak memiliki perasaan seperti itu pada Pak Raffael. Saya tahu batasan saya.”Camelia menatap Manda, seolah mencari kebenaran atas pernyataan

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 91. Pengakuan Manda

    “Kau tanya begitu saja pasti sudah tahu jawabannya, Nona.”Gideon tiba-tiba bergabung dalam obrolan Manda dan Emilia.Manda paham dengan perkataannya. Kalau ia menganggap mereka pelaku, sudah pasti ia takkan setenang sekarang. Hanya saja ….“Pengakuan akan terasa lebih menenangkanku, Pak Gideon.” Manda beralasan.Gideon terkekeh. “Benar. Dan lagi kalau tebakanmu kami adalah penolong, juga tak sepenuhnya benar.”Spontan Manda menaikkan dinding pertahanan mendengar pengakuan pria bertubuh besar itu. “Apa maksudnya?”Emilia mengambil pertanyaan itu untuk ia jawab. “Kami yang menjadi pelaku. Tapi kami melakukan itu untuk menolongmu. Kamu belum tahu Soreim hanya lembut di permukaan.”Gideon mengangguk membenarkan, sementara Manda masih tak bisa memahami apa konteks yang sedang mereka bicarakan.“Hari di mana kamu dipilih Raffael menjadi sekretaris pribadinya, keluarga Soreim mengirim mata-mata ke hotel kamu menginap.”Gideon memberi contoh mengenai perilaku keluarga Soreim.Manda mencoba me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status