Share

Bab 12. Abort Mission!

Penulis: Romero Un
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-08 13:25:31
“Manda, kamu siap-siap jemput Pak Juanda di pintu lobi.”

Raffael langsung memberi perintah tepat setelah sang sekretaris menelan suapan terakhir sarapannya.

“Saya belum minum kopi, Pak.” Manda kembali melancarkan serangannya. “Kan mau ngerasain jadi orang kaya juga. Mumpung dibayarin kantor.”

Netra Raffael melebar tak percaya dengan apa yang baru saja dijadikan jawaban oleh sekretaris pribadinya itu. “Maksud kamu, kamu nggak mau mengerjakan tugas kamu sebagai sekretaris?”

Jantung Manda mulai berdebar kencang. Selama ia hidup, belum pernah ia menentang sesuatu seperti ini. Rasa hatinya tak keruan.

Ia ingin membatalkan rencananya, tapi bayangan kegilaan yang akan dihadapi selama masih bekerja di bawah Raffael membuatnya bertekad untuk dipecat.

“Bu–bukan nggak mau, Pak. Tapi saya mau minum kopi dulu. Lagian, kan tinggal bilang sama Pak Juandanya suruh ke restoran sini.”

Melihat tingkah Manda, Raffael terdiam sesaat untuk berpikir, ‘Kenapa anak ini tiba-tiba tidak menurut? Padahal
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 13. Oho! Kamu Ketahuan!

    “Ini kartu nama saya. Mbak Manda bisa hubungi saya kapan saja.” Wanita muda yang usianya mungkin 5 tahun lebih tua dari Manda menyerahkan kertas kaku yang berisi namanya. Tercatat di sana nama lengkap sekretaris Juanda. Danna Avrilena.Raffael mencatat dalam hati bahwa ia harus mengingatkan Manda untuk meminta kartu nama dari HRD. “Ah, ya. Manda belum dapat kartu nama, karena dia baru saja jadi sekretaris.”Manda mengangguk, membenarkan ucapan sang bos. “Nanti saya yang hubungi duluan saja, Bu Danna.”Setelah mereka bertukar pamit, Raffael mengantar Juanda sampai ke lobi. Manda dan Danna berbincang singkat di belakangnya. “Kalau begitu, mohon kerjasamanya ke depan, Pak Raffael.” Juanda berkata, sambil melangkah naik ke dalam mobil. Raffael mengangguk singkat. “Tentu, tentu, Pak Juanda.”Mobil sedan itu pun mulai mengukir jalan, meninggalkan area hotel. Raffael menghela napas panjang seolah pertemuan tadi menguras tenaganya. Namun, yang membuatnya lelah adalah kekhawatirannya terha

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 14. Perintah yang Kontradiksi

    “Be–besok, Bu? Bisa, bisa!” jawab Manda dengan penuh antusias.Wajah sumringah nan keibuan yang diperlihatkan Vivian membuat Manda merasa tenang. Vivian pun cukup senang melihat calon karyawan yang begitu semangat seperti Manda.“Oh! Saya baru diinfo kalau user bisa sediakan waktu sekitar pukul 11 siang. Bagaimana, Mbak Manda?” tanya Vivian lagi. Manda kembali mengangguk, menyanggupi. “Bisa, Bu Vivian. Besok saya banyak waktu kosong.”Vivian terkekeh. Ia jelas tahu kemungkinan Manda akan mengambil cuti satu atau setengah hari. “Kalau begitu, sampai ketemu besok, Mbak Manda. Selamat siang!”“Selamat siang!”Manda menatap lekat layar ponselnya yang sudah gelap, seolah itu adalah benda paling berharga dalam hidupnya. Ia masih tidak percaya kalau akhirnya ada perusahaan yang memberi kesempatan padanya untuk melakukan interview. Namun, yang jadi masalah adalah ia harus pulang hari ini juga. ‘Duh, gimana bilangnya sama Pak Raffael ya?’ tanyanya dalam hati.Manda memutuskan untuk membahas

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 15. Konspirasi Pria-Pria Berkantong Tebal

    “Elena, Manda belum datang?” Raffael menatap meja kerja Manda yang masih kosong. Padahal hari ini bukan hari libur, tetapi Manda belum nampak di kantor. Elena segera menghentikan ketikan di laptopnya dan menjawab, “Manda tadi izin sama saya katanya nggak enak badan setelah dinas kemarin, Pak. Jadi, dia minta istirahat 1 hari ini.”Netra sang Presdir melebar. Tak percaya dengan alasan yang dibuat sekretarisnya. Terlebih lagi, ia marah karena gadis itu tidak meminta izin darinya.“El, dia kan sekretaris saya. Kenapa kamu yang kasih izin?”Wajah Elena berubah pucat. Ia tak menyangka bahwa Manda tidak memberitahu Raffael terkait permohonan izinnya itu. “Saya minta maaf, Pak. Karena di struktur, Manda tetap berada di bawah saya, jadi saya memberi izin. Saya pikir dia sudah izin dengan Pak Raffael.” Elena tertunduk lemas.Ia menyalahkan dirinya yang tidak mengkonfirmasi keabsenan Manda pada presiden direktur mereka itu. Raffael ingin melanjutkan ucapannya, tetapi melihat Elena yang tert

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 16. Kartu AS

    “Tunggu sebentar di sini, ya. Saya kasih tau Pak CEO.”Vivian berbalik, meninggalkan Manda sejenak untuk masuk ke ruangan sang CEO. Ia mengetuk pintu kemudian membukanya begitu saja. “Pak, Mbak Manda sudah datang,” ujar Vivian sambil menjulurkan kepalanya melewati celah pintu. “Suruh masuk saja, Vian.” Suara pria yang ringan itu terdengar tergelitik. “Kau seperti hantu berleher panjang mengintip begitu.”“Ha! Baik, sebentar Pak.” Vivian menarik kepalanya lagi dan menoleh ke arah Manda. “Yuk, masuk!” ajaknya.Dengan langkah berat yang dipaksakan, Manda memasuki ruangan itu. Ia tidak yakin kalau apa yang akan didengarnya dari petinggi perusahaan itu adalah sebuah pembicaraan manis. Sayang, ia tidak punya keberanian untuk menolaknya. “Se–selamat siang! Saya Manda Adinata,” sapanya sambil membungkukkan badan cukup dalam. Ia masih tak ingin menatap pria bernama Damian itu. Damian terlihat terkejut melihat Manda membungkuk seperti itu. “Astaga! Kita nggak lagi di era kerajaan, Manda. S

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 17. Sugar Friend

    “Kartu AS?” Manda melepas tangannya dari kenop pintu dan berbalik. Damian melanjutkan ucapannya tadi. “Dia nggak akan mengurusi utang sekecil itu, kalau nggak tertarik padamu. Senang bertemu. Manda.”Manda mengangguk singkat sebelum akhirnya keluar dari ruangan. Mungkin karena tak enak hati, Vivian mengantarnya sampai ke lobi dan mengatakan kalau supir CEO mereka akan mengantar Manda pulang. Tak punya tenaga untuk berdebat, Manda menerima fasilitas yang diberikan secara cuma-cuma itu. “Semoga kita punya kesempatan untuk kerja bareng ya, Mbak Manda,” ujar Vivian penuh harapan. Sayang, kekecewaan Manda membuatnya gagal merasakan ketulusan Vivian. Ia hanya melontarkan senyum lemah dan naik ke dalam mobil Alphard hitam.Setelah mobil melaju, barulah Manda menghela napas panjang. Lelah dengan rasa putus asa dan kekecewaan yang ia terima hari ini.Absennya keingintahuan sang supir mengenai alamat rumahnya juga membuat Manda semakin muak. Semua orang seolah tahu segala hal mengenai dirin

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 18. Tes Perasaan

    “Oh!”Manda terkejut ketika ia membuka pesan Raffael dan membacanya. Senyum lega tergambar di wajahnya. ‘Ternyata cuma ‘get well soon’. Kukira dia bakal marah dan nebak aku interview.’ Tak lama kemudian, pesanannya tiba. Ia mulai menikmati minuman beralkohol lebih dulu sebelum mengkonsumsi camilan. Tak sadar seseorang mendekati dan menepuk pundaknya seraya duduk di sebelah Manda. Spontan, ia menoleh dan memamerkan cengiran polosnya.“Ike!” pekik gadis yang mulai mabuk itu.“Astaga, anak ini! Udah berapa gelas kamu minum?!” tegurnya. Ia pun ikut menikmati camilan bernama ‘pork crackling’ yang masih utuh, tak terjamah. Jelas, itu berarti Manda sejak tadi hanya sibuk minum.Manda terkekeh lemah. “Ehehe! belum juga 2 gelas, Ke. Santai! Sana pesan!”Yuike memukul pelan kepala Manda dengan kepalan tangannya. “Aku yang bayar, kenapa jadi kamu yang suruh-suruh pesan?!”Manda tergelak.“Iya, iya, my sugar friend. Aku mau chicken streak juga sekalian ya~” Suara Manda sudah mulai menandakan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 19. Rasa Bersalah

    Sementara itu, di kantor PT Djaya Tambang Tbk.“Raffa, kau belum mau berangkat?” Seorang wanita muda berkaki jenjang dengan wajah mirip Raffael, bersedekap di ambang pintu ruang kerjanya. “Oh, kamu Camelia. Aku masih ada kerjaan. Kau duluan saja.”Wanita yang dipanggil dengan nama Camelia, sang CEO PT Djaya Tambang Tbk., memutar bola matanya, lalu mengomel “Panggil aku kakak! Dasar anak nggak sopan.”Raffael hanya mendengus saja mengomentari omelan itu. Sebelum beranjak pergi, Camelia memperingatkan, “Jangan telat! Aku sudah kasih tahu Tara nanti ke hotel, bukan ke rumah utama.”Lagi-lagi Raffael merespon setengah hati, hanya dengan berdehem saja. Hampir seperti mengabaikan kakak perempuannya.Tak lama setelah kepergian Camelia, ponsel Raffael berdering. Ia melirik, menggunakan ekor matanya untuk mengecek siapa yang menghubunginya.‘Hm … paling sales asuransi. Nggak kenal nomernya,’ batin Raffael. Ia kemudian melanjutkan pekerjaannya. Namun, nomor yang sama kembali menghubunginya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 20. Pertanyaan Paling Menyeramkan

    “Tara! Segera ke hotel yang disebutkan Camelia!” Raffael memberi perintah.“Baik, Tuan.” Tara mengangguk.Wajah sang supir terlihat heran, karena tuannya seperti berniat membawa gadis yang sedang tertidur di pangkuannya itu ke hotel. Namun, ia tidak mungkin mempertanyakan perintah sang majikan.‘Mungkin Tuan Raffa minta di drop dulu dan aku yang antar Nona Manda ini.’ Tara menyimpulkan begitu saja.Segera mereka tiba di lobi hotel Vyatt. Tara bahkan sampai tertegun kala Raffael tetap membopong Manda keluar dari mobil. “Tara, kamu check-in saja. Besok langsung kantor. Tolong siapin baju Manda lagi seperti kemarin.” Raffael sempat memberi perintah, tanpa peduli seperti apa terkejutnya wajah sang supir. Tiba di depan resepsionis, tanpa perlu diminta, mereka segera mengambil kunci. Namun, Raffael menolak. “Jangan kamar yang biasa saya pakai. Cari kamar lain.”“Apa kamar lantai 5 tidak masalah, Pak Raffael?” tanya manajer hotel.Sang tamu kehormatan itu hanya menganggukkan kepala. Segera

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12

Bab terbaru

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 186. Safe Zone, Blind Spot!

    “Belum juga keluar suamimu, Nda?” tanya Diana. Manda menggeleng. Raut wajahnya terlihat sangat khawatir. Suaminya itu hanya mengatakan ia ada rapat malam, tetapi hati Manda tak percaya dengan ucapan Raffael.Tak bisa dibohongi. Wajah Raffael hari ini terlihat sangat tidak tenang. Seolah ada hal yang mengganggunya, tetapi tidak bisa ia utarakan. Selama bekerja dengannya, Manda tahu, tidak pernah Raffael punya jadwal untuk rapat malam hari. Jangankan malam, siang saja kalau bisa akan ia hindari. “Menurut Mama, apa ada hal buruk yang terjadi?” tanya Manda khawatir. “Hal buruk? Yang seperti apa maksudmu, Nak?”Manda mengangkat bahu. “Mungkin dia dapat ancaman dari orang tuanya? Atau malah dia diganggu Catherine Soreim itu? Atau apa? Aku sama sekali nggak bisa menebak.”Diana menghela napas panjang. Ia juga tak setuju putrinya dibiarkan dalam area buta seperti ini, tetapi ia yakin, menantunya itu pasti punya alasan. “Mama rasa, kamu harus jelaskan ke Raffa, Nak. Tidak ada untungnya ka

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 185. Jangan Berhalusinasi!

    “Alana?” Raffael mengkonfirmasi nama orang yang dirujuk dalam ucapan Chin Han. “Yes, Raff. Dia dijadwalkan keluar jam 3 sore,” tambah Chin Han. “Kau sebaiknya bersiap. Aku yakin dia akan cari kamu, Raff.”Sekejap, penyesalan memenuhi hati Raffael. Baru kemarin ia mengumumkan pernikahannya dengan Manda. Bahkan wajah Manda terpampang di salah satu media cetak. Bukan hanya foto Manda, tetapi foto saat semua keluarga merayakan ulang tahunnya kemarin. Otaknya berpikir cepat dan berkata, “Han, tolong urus penarikan koran yang ada hubungannya sama berita kemarin.”“Ok!”Di Surabaya mungkin takkan terlalu banyak penerbit yang memberitakan kejadian itu, tetapi penerbit besar pasti mencetaknya. Tanpa peduli sambungan mereka sudah terputus atau belum, Raffael berbalik mencari Tiara. “Pak? Ada yang ketinggalan?” tanya Tiara saat berpapasan dengan Raffael di pintu ruang rapat. Wajah Raffael terlihat tegang. Ia kemudian me“Ra! Minta semua penerbit koran menarik lagi korannya.”“Ha?! Mana bis

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 184. Keluar Dari Penjara

    ‘RAFTEN, Memecat Sejumlah Artis dan Staf!’Adalah berita yang terpampang di halaman terdepan semua media yang beredar di ibukota. Dan setelah membaca setiap kolom berita, semua akan tahu apa yang sudah dilakukan mereka hingga pantas mendapatkan pemecatan.Kutipan Raffael pun tertuang di sana. ‘Penilaian ulang akan dilakukan. Sebagai seorang talent, RAFTEN tidak butuh mereka yang ahli dalam bidang akting tetapi nol dalam etika.’Kali ini, Manda juga tidak akan merasa kasihan lagi. Karena apa yang dilakukan sudah kelewat batas sebagai seorang manusia. Namun, karena ini juga, Diana dan Rowan jadi tahu apa yang terjadi pada putri mereka kemarin. “Astaga! Nggak perlu lah anggap kamu istri bos. Kita sama-sama manusia kenapa nggak bisa lebih lembut sedikit ya,” keluh Diana sambil memeluk Manda. “Jadi, ponselmu rusak, Nak?” tanya Rowan.Manda mengangguk, tetapi langsung menambahkan, “Raffa sudah belikan baru dan sudah atur semua sama seperti ponsel lamaku.”Rowan mengangguk. “Syukurlah, Ra

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 183. Happy Birthday!

    “Hon—”“Diam di dalam dulu. Aku mau ganti baju!” Setelah tenang, Manda mengunci Raffael di ruang rapat kecil, di dekat ruang kerjanya. Istri sang CEO itu memutuskan untuk tak peduli dengan apa yang sudah terjadi dan menyuruh Raffael berlatih menampilkan wajah terkejutnya saat nanti ia mendapatkan kejutan.“Baiklah ….” Raffael menyerah. Baginya yang terpenting saat ini Manda sudah terlihat lebih riang. Ia tak menyangka, istrinya bukan tipe wanita lemah yang bisa diinjak sembarangan. Padahal lawannya banyak dan ia kewalahan membuktikan statusnya sebagai istri sang CEO.‘Kurasa, aku harus membuat pengumuman dan memasang video pernikahanku segera. Supaya tidak ada kejadian seperti ini lagi,’ tekad Raffael dalam hatinya.Kemudian, diam-diam ia meminta Tiara membukakan pintu ruang rapat itu. Lebih baik ia segera mengurus para pembuat onar.“Pak, sebenarnya ada apa?” tanya Tiara. Ia berdiri di samping Raffael yang tengah menunggu lift. “Saya belum tahu cerita detailnya. Tapi saya sudah

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 182. Kejutan Gagal

    Tak punya pilihan, Manda segera melayangkan tas besarnya ke arah satpam tersebut. Namun sayang, pintu lift sudah tertutup lagi.“Ibu ini! Malah mukul yang berwajib!”Satpam yang terkena pukulan pun langsung protes dan langsung mencengkram tangan Manda untuk memborgolnya. Namun, sebelum borgol itu menyentuh tangan Manda, suara Raffael menggelegar dari pintu lobi. Seperti biasa pagi tadi ia bangun dan menghubungi sang istri, tetapi tidak tersambung sama sekali. Takut terjadi sesuatu, Regan pun ia perintahkan untuk mencari tahu. Secepat kilat Raffael datang ke kantor karena mendapat bocoran dari Chang bahwa Manda pergi ke kantornya. Itu pun setelah Regan mengatakan bahwa ponsel majikan perempuan mereka tidak bisa dihubungi. Dan kondisi Manda yang tengah menghajar satpam kantor menjadi pemandangan pertama di mata Raffael. “Regan! Tangkap mereka semua!” bentak Raffael membuat semua orang yang ada di sana, termasuk mereka yang menonton ketakutan. Regan segera menggiring semua orang ke

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 181. Persiapan Pesta

    “Ma, aku titip Bintang ya,” bisik Manda pada Diana yang masih setengah tidur. Diana mengangguk paham, kemudian melanjutkan tidurnya di kamar Manda, di rumah mereka yang ada di Jakarta. Bintang masih terlelap di dalam boks bayinya. “Aku pergi dulu.”Manda segera menutup pintu kamarnya dan bergegas keluar dari rumah menuju mobil. Chang dan Tara sudah berada di depan untuk mengantar. Sebelum pergi, Manda menjelaskan tugas mereka. “Chang, nanti tolong jagain Bintang dulu. Aku sama Tara ke RAFTEN, sekitar jam 8 atau 9 Tara jemput kalian.”“Siap, Madam!”Pagi masih belum penuh, tapi Manda harus segera menuju kantor Raffael karena ia sudah mengatur jadwal dengan Rara bahwa hari ini ia harus tiba di kantor pukul 7 pagi untuk mengatur berbagai hal. Berangkat pukul setengah 6 pun tak membuat Manda datang tepat waktu. Ia terlambat 5 menit. “Tara, kamu balik ke rumah ya,” perintah Manda. “Jemput Mama, Papa sama Bintang.”“Baik, Nyonya.”Sepeninggalan Tara, Manda pun berbalik untuk memasuki g

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 180. Pesta Kejutan!

    “Raffa, tunjukkan wajahmu sebentar saja!” Manda menyeret Raffael kembali ke meja makan di resort yang mereka sewa. Tentu saja, walau mereka bersenang-senang dengan pantai, Manda tidak lupa tugasnya mengingatkan Raffael jika ada rapat penting yang butuh kehadirannya. “Hanya satu ini lagi, Raffa,” bujuknya, melihat wajah cemberut sang suami. “Benar hanya satu ini lagi?” tanya Raffael mengerutkan dahi, seakan tak percaya. Manda mendengus. “Aku bukan kamu yang bilang sekali ini saja tapi bohong!”Mendengar itu Raffael tergelak. Ia akhirnya menurut dan duduk di depan laptop untuk mengikuti rapat. “Rapat harus selesai dalam 15 menit,” perintah Raffael tegas. “Beritahu saya apa saja masalah yang butuh penanganan!”Manda hanya bisa menggelengkan kepala, heran dengan CEO satu itu. Ia membiarkan Raffael dengan pekerjaannya dan menyusul Camelia yang tengah menikmati air laut di pinggiran pantai bersama dua anaknya. “Mau kerja dia?” tanya Camelia sambil terkekeh melihat adiknya tetap dipaks

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 179. Pak Bos Kabur

    “Astaga, Ra. Jadi, bos kamu kabur ini?” tanya Manda panik.Ia sedang menunggu Raffael keluar dari kamar mandinya pagi ini, ketika melihat pendar biru menyala lama dari layar ponsel sang suami.Ketika diintip, ternyata sekretarisnya yang menelepon. Takut ada hal penting, Manda menggunakan kebebasannya untuk mengusap layar ponsel ke atas. Menerima panggilan telepon itu. “Pak Raffael, apa Bapak sudah bangun? Saya sudah menunggu di lobi.”“Ra. Raffa lagi di Jogja. Apa kamu nggak diberitahu?”Spontan Manda mendengar suara seruan panik dari sang sekretaris. Hatinya merasa kasihan mendengar bahwa tidak seharusnya Raffael bisa meninggalkan kantor selama satu minggu ke depan. “Saya harus gimana, Bu Manda?” keluh Tiara dengan suara lemas. “Menurut kamu, ada pertemuan yang sangat penting sampai tidak bisa ditunda nggak?” Manda mencoba membantu sekretaris muda itu untuk mengejek jadwal si bos yang menyebalkan itu. ‘Kenapa juga aku bisa nikah sama dia. Tapi dulu dia nggak sesulit ini dihadapi.

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 178. Penyelinap!

    “Hon?”Raffael menghubunginya via panggilan video karena pesannya tak dibalas oleh Manda. Ia terkekeh melihat wajah sang istri yang tengah tersipu malu. “Ah … aku jadi ingin pulang. Kau membuatku gemas.”Manda membuang muka. Ia kesal karena jadi lemah dengan semua kata-kata Raffael yang seperti itu. Setelah mengkondisikan wajahnya, Manda pun kembali menatap layar. “Kamu nggak bisa tarik keputusan kamu soal artis itu?” tanya Manda, berharap Raffael lebih manusiawi. Namun, Raffael menggeleng. “Nggak. Tapi aku sudah meminta salah satu sutradara menjadikannya pemeran utama film layar lebar. Kau nggak perlu khawatir. Aku menyerahkannya ke rumah produksi lain.”Manda terlihat lega mendengar kalau Raffael tidak memecatnya dan menjadikan wanita itu kehilangan pekerjaan. Sederhananya, ia hanya memindahkan artis itu ke perusahaan entertainment lain. “Kalau begitu, aku lebih tenang.”Bersamaan dengan itu, ketukan di pintu kamar Manda mengejutkan Bintang dan dirinya. Diana masuk perlahan dan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status