Share

Bab 10. Bencana Ranjang

Penulis: Romero Un
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 17:26:53

“Astaga!” pekik Manda panik.

Buru-buru ia melangkah maju, sehingga tubuhnya tersembunyi di balik kaca bertekstur.

“Saya kan lagi mandi, Pak Raffael!” omelnya kesal.

Percikan air dari selang shower juga membasahi baju Raffael yang sudah setengah badan memasuki kamar mandi.

Raffael terdiam. Setengah mati menahan tawa sambil menggigit bibir yang terlipat ke dalam. Ia tidak tahu kalau gadis itu akan mandi tanpa menarik tirai.

Dengan nada sinis ia berkata, “Saya sudah lihat semua badan kamu, buat apa disembunyiin?”

Kemudian diletakkannya satu set piyama yang untungnya masih terbungkus rapat sehingga tidak basah, di atas meja wastafel. “Ini baju kamu, saya suruh Tara beli kemarin malam.”

Tanpa mendengar ucapan terima kasih dari si gadis yang masih setengah jalan menyelesaikan mandinya, Raffael menjauh dari kamar mandi.

Ia langsung melempar tubuhnya ke atas kasur sambil menutupi wajah. Bayangan tubuh Manda membuat wajahnya terasa panas. Jantungnya pun tak bisa diam sejak tadi.

Baru k
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 11. Mari, Buat Diri Sendiri Dipecat!

    ‘Ha! Sial! Kupikir dia bengong karena lihat kegagahanku! Malah mempermasalahkan kemeja dan utang!’ Awalnya, Raffael memang tak ingin mengambil kemeja itu lagi. Namun, semalam ia terkesan dengan harum kemejanya yang sama seperti wangi Manda. Walau ia sekuat tenaga mengelak dari tuduhan yang diutarakan hatinya. ‘Lagian, nggak mungkin aku melepas kemeja ini dan membiarkannya dijual oleh Manda,’ batinnya beralasan.Raffael menatap tajam ke arah Manda sambil berjalan menghampirinya. Manda mulai merasa tak enak. Ia takut kalau atasannya itu terpancing berbuat sesuatu karena ucapannya tadi. “Ba–bapak mau apa?!” pekiknya sambil mengangkat kedua tangan di depan dada. Seringai penuh ancaman mulai muncul di wajah bos ganteng itu, membuat sekujur tubuh Manda merinding. Dalam sekejap, Raffael mengurung tubuh Manda yang sudah terbaring terpaksa di atas tepi ranjang karena menghindari kontak fisik dengan sang atasan. “Sa–saya cuma bilang kenyataan—”“Tangan saya yang kamu pinjam buat bantal tad

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 12. Abort Mission!

    “Manda, kamu siap-siap jemput Pak Juanda di pintu lobi.” Raffael langsung memberi perintah tepat setelah sang sekretaris menelan suapan terakhir sarapannya. “Saya belum minum kopi, Pak.” Manda kembali melancarkan serangannya. “Kan mau ngerasain jadi orang kaya juga. Mumpung dibayarin kantor.” Netra Raffael melebar tak percaya dengan apa yang baru saja dijadikan jawaban oleh sekretaris pribadinya itu. “Maksud kamu, kamu nggak mau mengerjakan tugas kamu sebagai sekretaris?” Jantung Manda mulai berdebar kencang. Selama ia hidup, belum pernah ia menentang sesuatu seperti ini. Rasa hatinya tak keruan. Ia ingin membatalkan rencananya, tapi bayangan kegilaan yang akan dihadapi selama masih bekerja di bawah Raffael membuatnya bertekad untuk dipecat. “Bu–bukan nggak mau, Pak. Tapi saya mau minum kopi dulu. Lagian, kan tinggal bilang sama Pak Juandanya suruh ke restoran sini.” Melihat tingkah Manda, Raffael terdiam sesaat untuk berpikir, ‘Kenapa anak ini tiba-tiba tidak menurut? Padahal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 13. Oho! Kamu Ketahuan!

    “Ini kartu nama saya. Mbak Manda bisa hubungi saya kapan saja.” Wanita muda yang usianya mungkin 5 tahun lebih tua dari Manda menyerahkan kertas kaku yang berisi namanya. Tercatat di sana nama lengkap sekretaris Juanda. Danna Avrilena.Raffael mencatat dalam hati bahwa ia harus mengingatkan Manda untuk meminta kartu nama dari HRD. “Ah, ya. Manda belum dapat kartu nama, karena dia baru saja jadi sekretaris.”Manda mengangguk, membenarkan ucapan sang bos. “Nanti saya yang hubungi duluan saja, Bu Danna.”Setelah mereka bertukar pamit, Raffael mengantar Juanda sampai ke lobi. Manda dan Danna berbincang singkat di belakangnya. “Kalau begitu, mohon kerjasamanya ke depan, Pak Raffael.” Juanda berkata, sambil melangkah naik ke dalam mobil. Raffael mengangguk singkat. “Tentu, tentu, Pak Juanda.”Mobil sedan itu pun mulai mengukir jalan, meninggalkan area hotel. Raffael menghela napas panjang seolah pertemuan tadi menguras tenaganya. Namun, yang membuatnya lelah adalah kekhawatirannya terha

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 14. Perintah yang Kontradiksi

    “Be–besok, Bu? Bisa, bisa!” jawab Manda dengan penuh antusias.Wajah sumringah nan keibuan yang diperlihatkan Vivian membuat Manda merasa tenang. Vivian pun cukup senang melihat calon karyawan yang begitu semangat seperti Manda.“Oh! Saya baru diinfo kalau user bisa sediakan waktu sekitar pukul 11 siang. Bagaimana, Mbak Manda?” tanya Vivian lagi. Manda kembali mengangguk, menyanggupi. “Bisa, Bu Vivian. Besok saya banyak waktu kosong.”Vivian terkekeh. Ia jelas tahu kemungkinan Manda akan mengambil cuti satu atau setengah hari. “Kalau begitu, sampai ketemu besok, Mbak Manda. Selamat siang!”“Selamat siang!”Manda menatap lekat layar ponselnya yang sudah gelap, seolah itu adalah benda paling berharga dalam hidupnya. Ia masih tidak percaya kalau akhirnya ada perusahaan yang memberi kesempatan padanya untuk melakukan interview. Namun, yang jadi masalah adalah ia harus pulang hari ini juga. ‘Duh, gimana bilangnya sama Pak Raffael ya?’ tanyanya dalam hati.Manda memutuskan untuk membahas

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 15. Konspirasi Pria-Pria Berkantong Tebal

    “Elena, Manda belum datang?” Raffael menatap meja kerja Manda yang masih kosong. Padahal hari ini bukan hari libur, tetapi Manda belum nampak di kantor. Elena segera menghentikan ketikan di laptopnya dan menjawab, “Manda tadi izin sama saya katanya nggak enak badan setelah dinas kemarin, Pak. Jadi, dia minta istirahat 1 hari ini.”Netra sang Presdir melebar. Tak percaya dengan alasan yang dibuat sekretarisnya. Terlebih lagi, ia marah karena gadis itu tidak meminta izin darinya.“El, dia kan sekretaris saya. Kenapa kamu yang kasih izin?”Wajah Elena berubah pucat. Ia tak menyangka bahwa Manda tidak memberitahu Raffael terkait permohonan izinnya itu. “Saya minta maaf, Pak. Karena di struktur, Manda tetap berada di bawah saya, jadi saya memberi izin. Saya pikir dia sudah izin dengan Pak Raffael.” Elena tertunduk lemas.Ia menyalahkan dirinya yang tidak mengkonfirmasi keabsenan Manda pada presiden direktur mereka itu. Raffael ingin melanjutkan ucapannya, tetapi melihat Elena yang tert

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 16. Kartu AS

    “Tunggu sebentar di sini, ya. Saya kasih tau Pak CEO.”Vivian berbalik, meninggalkan Manda sejenak untuk masuk ke ruangan sang CEO. Ia mengetuk pintu kemudian membukanya begitu saja. “Pak, Mbak Manda sudah datang,” ujar Vivian sambil menjulurkan kepalanya melewati celah pintu. “Suruh masuk saja, Vian.” Suara pria yang ringan itu terdengar tergelitik. “Kau seperti hantu berleher panjang mengintip begitu.”“Ha! Baik, sebentar Pak.” Vivian menarik kepalanya lagi dan menoleh ke arah Manda. “Yuk, masuk!” ajaknya.Dengan langkah berat yang dipaksakan, Manda memasuki ruangan itu. Ia tidak yakin kalau apa yang akan didengarnya dari petinggi perusahaan itu adalah sebuah pembicaraan manis. Sayang, ia tidak punya keberanian untuk menolaknya. “Se–selamat siang! Saya Manda Adinata,” sapanya sambil membungkukkan badan cukup dalam. Ia masih tak ingin menatap pria bernama Damian itu. Damian terlihat terkejut melihat Manda membungkuk seperti itu. “Astaga! Kita nggak lagi di era kerajaan, Manda. S

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 17. Sugar Friend

    “Kartu AS?” Manda melepas tangannya dari kenop pintu dan berbalik. Damian melanjutkan ucapannya tadi. “Dia nggak akan mengurusi utang sekecil itu, kalau nggak tertarik padamu. Senang bertemu. Manda.”Manda mengangguk singkat sebelum akhirnya keluar dari ruangan. Mungkin karena tak enak hati, Vivian mengantarnya sampai ke lobi dan mengatakan kalau supir CEO mereka akan mengantar Manda pulang. Tak punya tenaga untuk berdebat, Manda menerima fasilitas yang diberikan secara cuma-cuma itu. “Semoga kita punya kesempatan untuk kerja bareng ya, Mbak Manda,” ujar Vivian penuh harapan. Sayang, kekecewaan Manda membuatnya gagal merasakan ketulusan Vivian. Ia hanya melontarkan senyum lemah dan naik ke dalam mobil Alphard hitam.Setelah mobil melaju, barulah Manda menghela napas panjang. Lelah dengan rasa putus asa dan kekecewaan yang ia terima hari ini.Absennya keingintahuan sang supir mengenai alamat rumahnya juga membuat Manda semakin muak. Semua orang seolah tahu segala hal mengenai dirin

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 18. Tes Perasaan

    “Oh!”Manda terkejut ketika ia membuka pesan Raffael dan membacanya. Senyum lega tergambar di wajahnya. ‘Ternyata cuma ‘get well soon’. Kukira dia bakal marah dan nebak aku interview.’ Tak lama kemudian, pesanannya tiba. Ia mulai menikmati minuman beralkohol lebih dulu sebelum mengkonsumsi camilan. Tak sadar seseorang mendekati dan menepuk pundaknya seraya duduk di sebelah Manda. Spontan, ia menoleh dan memamerkan cengiran polosnya.“Ike!” pekik gadis yang mulai mabuk itu.“Astaga, anak ini! Udah berapa gelas kamu minum?!” tegurnya. Ia pun ikut menikmati camilan bernama ‘pork crackling’ yang masih utuh, tak terjamah. Jelas, itu berarti Manda sejak tadi hanya sibuk minum.Manda terkekeh lemah. “Ehehe! belum juga 2 gelas, Ke. Santai! Sana pesan!”Yuike memukul pelan kepala Manda dengan kepalan tangannya. “Aku yang bayar, kenapa jadi kamu yang suruh-suruh pesan?!”Manda tergelak.“Iya, iya, my sugar friend. Aku mau chicken streak juga sekalian ya~” Suara Manda sudah mulai menandakan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11

Bab terbaru

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 243. Sponsor Yang Lebih Kuat

    “Fleur minta Adelia dikeluarkan dari survival home.”Dahi Bintang berkerut. “Apa dia sebut alasannya? Kenapa di hari kalian nggak syuting, bisa ada bentrok? Apalagi antara artis selevel Fleur dengan pendatang baru.”Brian menggeleng. “Fleur nggak menjelaskan keberatannya mengenai keberadaan Adelia. Tapi dia mengancam, kalau kami nggak mengeluarkan Adelia, dia yang akan keluar dari survival home.”Bintang menggaruk kepala belakangnya. Pusing dengan kelakuan Fleur yang tiba-tiba memusuhi kekasih barunya itu. “Saya nggak habis pikir apa yang membuat Fleur tiba-tiba memusuhi Lia, Pak Brian. Apa Anda punya clue?”Brian terdiam sesaat kemudian mengoreksi ucapan Bintang. “Sejak awal Fleur nggak suka dengan Adelia, Pak. Jadi, sepertinya rasa tidak suka itu menumpuk dan meledak sekarang.”Napas Bintang terdengar panjang dan lelah. “Ya sudah, keluarkan saja Fleur dari sana.”Mendengar itu spontan Brian berdiri dan menggebrak meja kerja sang CEO. “Nggak bisa, Pak! Dia wajah acara ini!”“Saya ju

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 242. Perseteruan

    “Aku cukup tua untuk atur hidupku, Pa,” keluh Bintang. “Apa kalian semacam detektif? Datang mau interogasi?”Raffael mendengus. “Kalau kau nggak buat masalah, Mama Papa juga nggak akan sibuk urusin hidup kamu, Bintang.”Bintang memutar manik matanya. Ia memang sengaja membuat banyak skandal untuk meminimalisir perempuan mendekatinya. “Fine. Kalian sudah makan pagi? Karena aku lapar.”“Aku sudah makan roti dari kulkasmu, Nak. Kau bisa buat makan pagi sendiri.” Manda menyesap teh yang sudah hampir habis. Bintang membawa dirinya ke dapur, membiarkan kedua orang tuanya tetap mengajukan pertanyaan, sementara ia memasak sarapan pagi. “So, kamu akhirnya pacaran dengan Adelia?” tanya Raffael dengan nada penuh curiga. “Papa baru dengar beberapa menit lalu kalau kamu baru saja meresmikan hubungan pura-pura kalian.”Bintang terkekeh. Ia cukup lega karena sang ayah tidak mulai pembicaraan dengan memarahinya karena sudah membuat rencana gila seperti menjadikan Adelia sebagai pacar pura-puranya.

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 241. Hubungan Yang Berubah

    “Nomor yang anda tuju—”Brak! Raffael menghantam gagang telepon. Kesal karena ternyata bukan putranya yang menerima panggilan itu. Manda berhenti tepat di ambang pintu ruang kerja sang suami. “Raffa! Apa kata Bintang?”“Masuk mailbox!” keluhnya sambil menghempaskan tubuh di atas kursi kerja.Manda menghela napas lega. Ia punya waktu untuk memberitahu Bintang kalau dirinya kelepasan bicara.“Manda, apa yang kamu bilang itu benar?” tanya Raffael sekali lagi. “Raffael, Honey.” Manda mencoba menenangkan hati suaminya dengan panggilan sayang yang sangat jarang digunakan olehnya. “Dengar dulu ceritaku. Jangan judge Bintang.”Raffael membuka kedua tangannya, meminta sang istri untuk duduk dipangkuan, sementara cerita yang dijanjikan itu bergulir. “Sepertinya Bintang belum tahu apa Adelia suka sama dia. Ditambah dia ditekan oleh kamu dan Damian untuk menikahi Yara. Akhirnya dia membuat keputusan itu.”Dahi Raffael berkerut. “Tapi kulihat Adelia cukup menyukai Bintang, Honey. Dia bahkan mem

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 240. Kunjungan Malam Sang CEO (2) (18+)

    Duk!“Aduh!”Kepala Adelia menghantam langit-langit kulkas, saking terkejutnya karena Bintang berada dekat dan mendengarkan ucapannya tadi. “Astaga!” Bintang bergegas mendekat, memeriksa kalau-kalau ada bagian tubuhnya yang terluka. “Kau nggak hati-hati, Lia.”“Kamu ngagetin!” keluh Adelia, lupa dengan kecanggungannya berakting saat hanya berdua. “Kukira kamu di sofa tadi.”Bintang terkekeh. “Sakit?” tanya Bintang sambil mengusap-usap kepalanya. “Katanya usap pakai rambut, tapi rambutku nggak panjang.”Adelia merasa perutnya seperti diserbu ratusan bulu-bulu menggelitik. Karena tak juga menjawab, Bintang mengambil kesempatan itu untuk melingkarkan tangannya di pinggul Adelia. Membuat gadis itu terkejut dan mendongak untuk melihat wajah seperti apa yang ditunjukkan sang CEO.Semua sentuhan Bintang membuatnya lemah. Namun, bukan berarti ia tak suka. Kebalikannya, ia tak ingin Bintang melepas dekapannya itu. “Jadi, beda apanya?” Bintang bertanya ulang. “Kau dan Fleur kan sama-sama ar

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 239. Kunjungan Malam Sang CEO (1)

    “Kayaknya ….”Dahi Raffael berkerut sebelum akhirnya tergelak mendengar pernyataan penuh keraguan dari Adelia. “Fine! Om percaya sama kamu.” Raffael menyerah.Baginya, mengetahui kalau hubungan Bintang dan Adelia tidak dimulai dari kesalahan, sudah cukup melegakan. “Terus, apa Bintang sudah bilang, kapan kalian akan menikah, hm?”Kali ini giliran Adelia yang hampir saja menjatuhkan sendok kecilnya. “Me–menikah?!”Melihat Adelia yang terkejut mendengar pertanyaannya, Raffael pun murka. “Apa Bintang nggak pernah bahas soal pernikahan?! Apa anak itu cuma main-main?!”“Nggak, Om. Itu—”Cklak!Pintu ruang VIP terbuka dengan kasar. Bintang masuk dan segera memeluk Adelia dari belakang. “Pa! Kenapa Papa teriak-teriak ke Lia?!”Melihat Bintang ada di hadapannya, Raffael pun langsung menunjuknya. “Kamu! Kamu belum bahas soal pernikahan sama Adel?!”“Astaga, Raffa!” Manda yang juga bergegas kembali setelah melihat Bintang berlari ke dalam ruang VIP, mulai menegur sang suami. “Mereka baru juga

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 238. Perjaka Ting Tong!

    “Ah … sorry. Ada telpon dari Surabaya.” Bintang bergegas berdiri, hendak meninggalkan ruang VIP restoran itu. Sebelum pergi, ia sempat membungkuk dan bertanya pelan pada Adelia, “Lia, kamu nggak apa-apa kan, kutinggal?”Adelia jelas takut, tapi ia sedang berakting sebagai Lia yang sedang jatuh cinta pada Bintang. Tentu saja, mau tak mau ia mengangguk. “Nggak apa-apa. Tapi cepet kembali ya.”Bintang meremas pelan pundak artis perempuan muda itu sebelum akhirnya keluar dari ruangan.Untungnya, mereka masih menikmati hidangan penutup, sehingga gerak-gerik Adelia tak terlalu canggung.“Hon, tolong tanyakan apa ada sup burung dara di sini.” Raffael tiba-tiba meminta Manda untuk keluar mencari tahu. Ia juga melirik Alexa dan menambahkan, “Kamu temani Mama!”Tak bisa membantah, Manda dan Alexa wajib menurut kalau nada suara sang kepala keluarga sudah terdengar singkat walau wajahnya tersenyum. Manda menatap Raffael dengan tajam dari belakang tubuh Adelia, kemudian menepuk pelan pundak keka

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 237. Akting Yang Mendebarkan

    “Inget ya, Raff, Lex! Jaga sikap!”Alexa dan Raffael mengangguk paham. Mereka tengah duduk menunggu kedatangan Bintang dan kekasih yang baru dipacarinya itu. “Lexa denger dia orang nggak punya, Ma. Mama tahu sesuatu?” tanya Alexa membuat Manda menyesal sudah membawanya. Karena pertanyaan itu membuat Raffael berprasangka buruk lagi. “Dan dia jadi artis karena nggak punya uang?”“So what?!” tegur Manda kesal. “Emangnya dulu aku kerja jadi sekretaris, bukan karena uang? Aku jadi pacar pura-pura kamu, bukan karena uang?”Alexa mengangakan mulutnya, terkejut mendengar kenyataan yang baru saja sembarangan keluar dari mulut sang ibu.Sementara itu, Raffael terlihat panik. “Sayang, sabar dulu. Bukan itu maksudku.”“Nada bicaramu mengarah ke sana, Raff!” sentak Manda. Untungnya mereka ada di dalam ruang VIP restoran. Sehingga apapun isi percakapan mereka, tidak akan terdengar keluar.“Oke, oke. Aku jujur kaget. Aku nggak masalah dia orang biasa atau orang kaya. Tapi kalau kayak gini, ada ke

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 236. Undangan Makan Malam

    “Raffa, nggak semua artis begitu kali!” tukas Manda, memberi waktu putranya untuk berpikir ulang jawaban untuk sang ayah. “Ya, mostly, Hon.” Raffael mengangkat bahu. Namun, ucapan Manda jadi membuatnya semakin penasaran. Kepala keluarga itu menoleh pada putranya dan menuntut jawaban, “Apa memang artis? Kau yakin?” Bintang terdiam. Tidak mungkin juga dia bisa menipu sang ayah. Ke depannya Adelia akan lebih banyak muncul di layar kaca. Jelas tidak akan bisa terlewat dari pandangan Raffael. “Dia artis pendatang baru.” Bintang akhirnya mengaku.Raffael menepuk meja makan sedikit keras. “Ha! After all your bullshit nggak mau nikah dengan artis, sekarang bahkan artis pendatang baru. Jelas-jelas cari pamor!”“Raffael!” Manda berharap suaminya berhenti berkomentar pedas. Sejujurnya, Manda pun tak punya jaminan Adelia akan berbeda dari mereka yang mencari pamor. “Kalau itu Lia, Bintang nggak keberatan, Pa!”Raffael ingin menghardik putranya, tetapi ia merasakan tatapan tajam sang istri.

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 235. Marriage in Mind!

    “Sudah, Pa.”Bintang menjawab singkat. Ia baru akan melanjutkan ucapannya, tetapi Manda datang dengan dua piring nasi goreng. Untuknya dan untuk ayahnya. “Sudah. Makan dulu, baru bahas urusan lain.” Manda melirik Bintang, seolah memberi isyarat kalau ia sudah tahu isi percakapannya dengan Alexa pagi tadi.“Wah! Nasi goreng favorit, Honey! Thanks!” seru Raffael sambil merangkul pinggang istrinya. “Ayo, ayo! Makan dulu.”Sepanjang makan, topik pembicaraan beralih pada urusan kantor. Raffael memuji Bintang yang sudah mulai mengurangi hobinya membuat skandal. Namun, hingga saat ini, kedua orang tuanya itu masih menganggap Bintang sebagai playboy yang sudah meniduri banyak perempuan. Karena tidak menyebabkan kisruh berkepanjangan, Raffael dan Manda memutuskan untuk mengubur semua itu. “Kalau kau sudah yakin dengan perempuan yang membuatmu jatuh cinta, sebaiknya kau segera menikah, Bint.” Raffael mulai mengembalikan topik pembicaraan saat makanan di piring sudah hampir habis. “Papa ngga

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status