Happy Reading*****"Apa, Sayang," goda si lelaki, sengaja supaya pipi Kiran makin merah dan Amir makin senang melihatnya. "Jangan aneh-aneh panggilannya. Saya masih belum menerima Bapak sepenuhnya. Kalau terus seperti ini, saya akan memberikan poin minus," ancam Kiran."Berjanjilah kamu akan menepati semua perkataanmu tadi. Jika belum ada rasa yang hadir untukku, mulailah belajar membuka hati," pinta Amir ketika mereka sudah berada di halaman rumah Kiran. Lelaki itu menatap gadis di sebelahnya dengan serius."Udah malam, Pak. Saya masuk dulu, enggak enak sama tetangga." Kiran membuka pintu dan mengeluarkan kaki kanannya. "Tunggu!" pinta Amir dengan mencekal pergelangan si gadis. "Banyak-banyak doa dan minta petunjuk. Aku menunggumu. Kalau tidur nanti, jangan lupa mimpiin aku, ya." Amir memainkan kedua alisnya, naik turun."Pulang, Pak! Udah malam, nanti khilaf bisa dicoret dari kartu keluarga Wijananto." Kiran berlari setelah mengatakannya. Jangan ditanya bagaimana keadaan jantungn
Terakhir Diperbarui : 2025-02-07 Baca selengkapnya