Semua Bab Gadis Lugu Penakluk Bos Galak: Bab 61 - Bab 70

141 Bab

61. Lamaran Naumira

Happy Reading*****"Enggak usah ngegombal, Pak. Enggak pantes," protes Kiran setelah berhasil meredakan irama jantungnya. Tawa Amir terdengar. "Aku nggak ngegombal, Ran. Boleh kamu tanya sama Syaif, aku ini lelaki seperti apa. Nggak ada perempuan yang pernah aku puji seperti dirimu tadi."Kiran membasahi kerongkongannya. Pipinya terasa memanas, pasti saat ini merah akibat perkataan Amir tadi.Gugup, Kiran mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tak ada seorang pun di ruangan itu kecuali dirinya dan Amir. Sementara lelaki itu masih tertawa."Pak, kenapa cuma kita berdua di sini. Di mana Rara dan lainnya?" tanya Kiran setelah sekian lama. "Duduk aja dulu. Bentar lagi mereka pasti datang. Kayaknya ini kejutan buat kita," kata Amir tenang. Dia menyeret satu kursi dan menyilakan gadis itu untuk duduk. "Pak." Suara Kiran bergetar saat memanggil nama Amir. Jelas sekali jika gadis itu sangat gugup saat ini. "Jika boleh jujur, aku juga gugup duduk berdua denganmu. Riasan dan segala hal yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

62. Seperti Siput

Happy Reading*****"Papa sama Mama, bisa-bisanya minta Rara ngomong kayak gitu," gerutu Amir. Walau bibirnya berkata tidak setuju, tetapi hati lelaki itu bersorak gembira. Jika sudah seperti ini, Kiran tidak akan menolak apa yang diminta oleh Rara. "Emang kenapa? Kalau Papa yang nyuruh dan ngajarin dia?" Lelaki paruh baya itu merangkul Laila dan Naumira untuk segera duduk. "Gerakanmu kayak siput, lambat banget. Keburu uban Papa bertambah, baru bisa lihat kalian di pelaminan," ucap Wijananto enteng.Setelah Wijananto duduk, dia kembali berkata, "Mulai sekarang, kamu resmi jadi menantuku, Ran. Jangan ada lagi kata Pak atau Bu saat memanggil kami berdua. Panggil kami seperti Amir." Sang kepala keluarga menatap Kiran yang terbungkam."Ayo makan! Papa dah laper banget."Selesai berkata, Wijananto mengerakkan tangan dan datanglah beberapa karyawan membawa hidangan mereka. Naumira duduk di antara Amir dan Kiran. Menyatukan kedua tangan pasangan itu di pangkuannya. "Mami cepet pulang ke r
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

63. Ragu, tetapi Mau

Happy Reading*****"Alhamdulillah," ucap Wijananto dan Laila bersamaan. Amir juga mengucapkan kata tersebut walau salam hati. Obrolan mereka berlanjut masalah lain. Naumira lebih banyak mendominasi pembicaraan keluarga tersebut hingga Kiran tak lagi merasa canggung. Waktu terus berlalu, Wijananto mengajak Naumira pulang. Meminta putranya untuk mengantar sang calon menantu. "Hati-hati di jalan. Papa nggak mau sampai ada kabar jelek tentang kalian berdua," nasihat Wijananto mewanti-wanti putranya. "Calon mantu Mama, harus selamat sampai rumah, lho, Mir," tambah Laila."Mi, nanti kabari Rara kalau Papi nyetirnya ngebut. Biar Rara jewer sampai rumah." Si kecil juga ikut-ikutan menasihati membuat Kiran tersenyum dan merasa sangat diinginkan oleh keluarga atasannya.Amir mencebik, menatap anggota keluarganya bergantian. "Sebenarnya, anak kandung Papa sama Mama itu siapa? Rara juga kenapa ikut-ikutan ngasih nasihat gitu?" tanya Amir disertai lirikan penuh arti pada gadisnya. "Biarin,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

64. Instrospeksi Diri

Happy Reading*****"Apa, Sayang," goda si lelaki, sengaja supaya pipi Kiran makin merah dan Amir makin senang melihatnya. "Jangan aneh-aneh panggilannya. Saya masih belum menerima Bapak sepenuhnya. Kalau terus seperti ini, saya akan memberikan poin minus," ancam Kiran."Berjanjilah kamu akan menepati semua perkataanmu tadi. Jika belum ada rasa yang hadir untukku, mulailah belajar membuka hati," pinta Amir ketika mereka sudah berada di halaman rumah Kiran. Lelaki itu menatap gadis di sebelahnya dengan serius."Udah malam, Pak. Saya masuk dulu, enggak enak sama tetangga." Kiran membuka pintu dan mengeluarkan kaki kanannya. "Tunggu!" pinta Amir dengan mencekal pergelangan si gadis. "Banyak-banyak doa dan minta petunjuk. Aku menunggumu. Kalau tidur nanti, jangan lupa mimpiin aku, ya." Amir memainkan kedua alisnya, naik turun."Pulang, Pak! Udah malam, nanti khilaf bisa dicoret dari kartu keluarga Wijananto." Kiran berlari setelah mengatakannya. Jangan ditanya bagaimana keadaan jantungn
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

65. Tamu Pagi-pagi

Happy Reading*****Setelah berpikir semalam, Kiran mencoba membuka hatinya untuk memaafkan sang Ayah. Seperti kata Agung, mungkin sudah saatnya mereka sekeluarga mulai melangkah, berusaha berdamai dengan masa lalu.Pagi ini, suasana hatinya berubah lebih plong. Kiran baru akan keluar dari kamar ketika ibunya berteriak memanggil untuk sarapan. Gegas dia berlari keluar dan menuju meja makan. Nur terlihat sibuk menyiapkan makanan dan memasukkan pada rantang ketika gadis itu sampai di meja makan. "Ibu mau ke rumah sakit sekarang?" tanya Kiran sambil berusaha membantu Nur."Iya. Numpang masmu pas berangkat kerja nanti. Ibu kasihan sama adikmu, Ran. Cukup lama dia nunggu ayahmu di rumah sakit," jelas perempuan paruh baya tersebut. Perlahan, dia sudah bisa menerima kehadiran Farel menjadi bagian keluarganya. Kiran cuma bisa menganggukkan kepala sebagai jawaban. Dia tahu persis jika Farel tidak pernah pergi dari sisi Agus selama berada di rumah sakit.Suara bel berbunyi bertepatan dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

66. Godaan Menggemaskan

Happy Reading*****Bau harum mawar menyeruak ketika Kiran membuka mobil atasannya. Gadis itu diam termenung ketika melihat sebuah buket mawar merah yang tergeletak di kursi belakang kemudi. Pikirannya sudah mengembara ke mana-mana.Amir melirik Kiran dan senyum-senyum sendiri ketika melihat arah pandang gadisnya. Lelaki itu jelas mengetahui isi pikiran Kiran saat ini. "Ayo cepet masuk! Aku ada meeting pagi ini di hotel Putri Sri Tanjung," perintah Amir ketika Kiran malah terdiam sambil melihat buket mawar tersebut.Sang gadis tersentak, sadar dari segala lamunnya tadi. Lalu, masuk dengan bibir sedikit maju. Duduk di sebelah si bos dengan gelisah. Berharap, Amir menjelaskan untuk siapa buket itu. Namun, nyatanya tak terjadi. Kiran duduk masih dengan raut kekesalan. Beberapa saat setelah melajukan kendaraannya, Amir menoleh pada gadis yang terlihat kesal. " Kamu pasti bertanya-tanya untuk siapa buket itu. Rara, tadi nyuruh aku ngasih buket mawar di belakang itu buat kamu. Ambil, gih
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

67. Ada apa dengan Kotak Bekal?

Happy Reading*****Di rumah sakit ketika Nur baru sampai, beberapa dokter tengah memeriksa Agus. Panik menyerang apalagi melihat Farel yang duduk dengan menutup muka, terlihat frustasi. Perempuan itu mendekat, menyentuh lengan anak tirinya.Farel mendongak, menyalami Nur dengan mata berkaca-kaca. "Pagi ini kondisi Ayah memburuk, Bu. Farel nggak tahu apa sebabnya. Setelah memangil-manggil nama Mbak Kiran. Kondisi beliau drop," terangnya. "Ya Allah. Semoga keadaan ayahmu baik-baik saja," doa Nur, "sebaiknya kamu sarapan dulu. Ibu bawakan makanan." Dia memberikan rantang di tangannya pada Farel. "Terima kasih, Bu. Nanti saja Farel makan," ucap Farel. Salah satu perawat memanggil lelaki itu. "Tolong jaga emosional Ayah Anda. Kesehatannya sewaktu-waktu bisa drop seperti ini," pinta perawat, "siapa di antara kalian yang bernama Kiran?"Nur dan Farel saling pandang. "Dia putri saya, Sus. Ada apa?" tanya Nur. "Kalau bisa suruh Kiran datang ke sini. Dari tadi pasien terus mencarinya." Set
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

68. Cincin di dalam Kue

Happy Reading*****"Ran, Halo. Halo," ucap Amir setengah berteriak. "Yah, kok malah dimatiin, sih. Aku kan belum selesai ngomongnya. Apa dia marah, ya? Apa perkataanku terlalu keras?"Berbagai pertanyaan itu bermunculan di pikiran Amir. "Apa sebaiknya aku ke rumah sakit sekarang, ya? Nyusul dia. Ah, Kiran ... Kiran. Seneng banget buat aku khawatir seperti ini."Resah, lelaki itu kembali ke parkiran, melajukan kendaraan ke arah rumah sakit. Amir memutuskan untuk mendatangi gadisnya. Bunyi perut yang menandakan rasa lapar dihiraukan begitu saja. Lelaki itu memilih meneruskan perjalanan untuk bertemu lngsung dengan gadisnya. Dia, hanya mengganjal rasa lapar dengan meminum air putih. "Kalau kamu nggak makan bekal itu bisa gagal kejutan yang aku siapkan. Kenapa nggak mau pamit, padahal kirim chat 'kan bisa biar aku nggak khawatir kayak gini." Amir menggerutu dalam perjalanan menuju rumah sakit. Mencoba sekali lagi melakukan panggilan, Kiran me-reject teleponnya. "Kok, malah di-reject,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

69. Tegang

Happy Reading*****Tatapan marah, diberikan Kiran pada sang lelaki. "Cuma karena ini, Anda marah tadi?""Maaf," pinta Amir sambil menyatukan kedua tangannya. Senyum lelaki itu dibuat semanis mungkin. Tangan kanan Amir mulai bergerak, mengambil isi di dalam kotak yang dipegang Kiran. Lalu, memegang tangan kiri si gadis dan melepaskan cincin yang dipasangkan Naumira kemarin, menggantinya dengan yang baru. Cincin pemberian putrinya dipindahkan ke tangan kanan si gadis. Si gadis diam mematung. Semua perlakuan Amir begitu cepat hingga dia tidak sempat melayangkan protes."Kalau kemarin Papa ngomong kamu resmi jadi menantunya setelah Rara memasangkan cincin itu. Sekarang aku mengatakan, kamu resmi menjadi tunangan dan calon istriku. Cincin ini sebagai tandanya," ucap Amir.Tak ada waktu bagi Kiran untuk menolak atau mendebat ucapan Amir. Semua dilakukan dengan sangat cepat oleh sang lelaki. Tanpa diketahui, di belakang keduanya ada Agung yang mengamati tingkah mereka. Dia cuma bisa meng
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

70. Luka si kecil

Happy Reading*****Setelah menutup panggilan dari Laila. Amir tampak gugup dan bingung. Memandang ke arah gadisnya dan Nur secara bergantian. Berat sekali meninggalkan Kiran dengan keadaannya sekarang. Namun, dia juga tidak bisa membiarkan putrinya sendirian di rumah sakit."Ran, aku pulang sekarang. Rara masuk rumah sakit," pamit Amir. Dia sudah membulatkan tekad, kesehatan Naumira jauh lebih penting. "Ya Allah. Kenapa sama Rara, Pak?" Kiran pun mulai ikut khawatir dengan si kecil. "Semalam keadaannya masih sangat baik. Mengapa sekarang masuk rumah sakit?""Kata Mama terserempet motor pas mau nyebrang. Aku pulang sekarang, Ran. Maaf nggak bisa nemeni.""Iya, enggak apa-apa. Bapak mendingan pulang sekarang, kasihan Rara," kata Kiran. Amir menyalami Nur dan lainnya. Lalu, berlari menuju parkiran setelah mendapat persetujuan Kiran."Rara itu siapa, Dik?" tanya Nur pada putrinya. "Rara itu gadis kecilnya Pak Amir." Kiran mengembuskan napas panjang. Kembali teringat dengan permintaan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
15
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status