Semua Bab Gadis Lugu Penakluk Bos Galak: Bab 81 - Bab 90

141 Bab

81. Suasana Pengantin Baru

Happy Reading*****Pagi menjelang, Kiran membuka mata dan melihat sang suami yang masih menutup mata. Perlahan, gadis itu menyusuri wajah Amir tanpa berani menyentuh. Walaupun tangan Kiran tidak menyentuh wajahnya, tetapi Amir bisa merasakan setiap gerakan sang istri. Lelaki itu pun membuka mata. "Kenapa nggak langsung dipegang saja?" "Mas," kata Kiran, tersipu. Menyingkap selimutnya, bersiap turun dari pembaringan."Sayang, jangan turun dulu. Kasih morning kiss, dong.""Genit, ih." Setengah berlari, Kiran meninggalkan suaminya. Suasana sarapan di rumah Nur saat ini terasa sangat ramai. Sekalipun dalam keadaan berkabung, tetapi berkat kehadiran Naumira, mereka semua bisa tersenyum. Melupakan kesedihan walau sejenak. "Mami hari ini kerja?" tanya Naumira di sela-sela mengunyah nasi goreng. "Telan dulu makananmu, Ra. Baru ngomong," kata Amir, "Mami akan kerja hari ini sekaligus pamitan sama karyawan lain. Besok, Mami full di rumah sambil jagain Rara. Oke."Masih sambil mengunyah m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

82. Godaan Baru

Happy Reading****"Astagfirullah," ucap Syaif, "maaf, Mir. Aku terlampau menghayati tangisan munafiknya."Syaif mengusap wajahnya. Dia baru menyadari jika perempuan bernama Dahlia itu sering melakukan hal sama untuk mencapai tujuan dan kepentingan pribadinya. Sering kali berdrama."Jangan diulang. Aku dan Kiran baru saja membangun pernikahan. Kamu tahu trauma istriku itu, 'kan? Aku nggak mau Kiran salah paham dan membenciku. Dahlia adalah masa lalu terburukku dan juga persahabatan kita." Amir menghela napas. Syaif mengusap wajahnya, mengangguk, membenarkan ucapan sahabatnya. "Jadi, gimana malam pertama kalian? Berapa ronde semalam?"Lemparan sekotak tisu mengenai hidung Syaif. "Sembarangan kalau ngomong. Emang aku cowok apaan. Nggak ngerti situasi berkabung masih pengen gituan. Mulai geser otakmu sekarang," kata Amir keras, tetapi tetap menaikkan garis bibirnya. "Elah. Siapa tahu sudah nggak kuat nahan, main terabas aja walau banyak halangan.""Sana balik ke ruanganmu. Ngomongin m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

83. Rumah Mertua

Happy Reading*****"Maaf, Pak. Saya kira, hanya ada Kiran tadi." "Aku kira kamu sedang makan siang, Fit," cicit Kiran sambil menyembunyikan wajahnya di balik punggung sang suami. "Nggak papa, Ran. Aku yang salah. Harusnya, tadi ngetuk pintu dulu." Fitri sudah akan berbalik arah, tetapi Syaif sudah berdiri di sampingnya."Kenapa, Fit?""Kalian berdua ngapain ada di sini barengan? Sengaja memata-matai kami," kata Amir dengan nada tegas ketika melihat sahabatnya.Kiran memberanikan diri memegang tangan suaminya. Setelah ditatap, perempuan itu menggelengkan kepala. "Jangan sembarangan nuduh, Mas," bisik Kiran. "Siapa tahu, Yang. Mereka pengen kayak kita." Amir sengaja memeluk kembali sang istri. "Dih," decak Syaif. Lelaki itu sudah akan memegang pergelangan sang kekasih, tetapi Fitri malah melotot tanda tidak setuju."Ngaku aja, deh. Kamu pasti pengen juga kayak aku gini." Amir mengeratkan pelukannya pada Kiran. Lalu, sengaja mencium pipi perempuan yang baru dihalalkannya itu. "Dasa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

84. Pisah Rumah

Happy Reading*****Kedatangan Kiran di sambut baik oleh Laila. Walau dirinya dan Amir cuma datang untuk tidur saja, tetapi perempuan paruh baya itu tetap bersikap baik. Seperti pagi ini, ketika Kiran hendak pamit ke rumah Nur bersama Amir yang akan berangkat kerja. "Ran, Mama nitip beberapa bahan pokok untuk ibumu, ya. Semua sudah Mama siapkan di kardus itu. Maaf, Mama belum bisa bantu-bantu lagi dan belum sempat sowan ke rumahmu," kata Laila. "Enggeh, Ma. Nanti, Kiran sampaikan." Gadis itu menengok sang suami. Sedikit kesal sejak kemarin karena dia disuruh cuti sampai acara tujuh harian ayahnya selesai."Apa, Sayang?" tanya Amir yang mengerti arti tatapan sang suami. "Enggak apa-apa," sahut Kiran berusaha menutupi semua kekesalan hatinya."Mas, cuma nggak mau kamu kecapean aja. Harus ngurus urusan kerjaan, sudah gitu ngurus bantuin Ibu," jelas Amir. Laila menatap keduanya, mulai mengerti arah pembicaraan pengantin baru tersebut."Apa yang Amir katakan benar, Ran. Saat ini, sebai
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

85. Rencana Liburan

Happy Reading*****Pagi yang membuat Kiran uring-uringan terjadi. Pasalnya, Mir kembali melarangnya ke kantor."Mas, aku beneran enggak boleh ngantor?" tanya Kiran."Sayang, semalam kan sudah dibahas masalah ini. Kok, masih tanya lagi? Lagian, ya, semua tugas yang menjadi tanggung jawabmu sudah aku limpahkan pada Fitri," jawab Amir santai.Setelah memberikan baju yang akan dikenakan suaminya, Kiran duduk di depan meja rias. Memandang Amir yang sibuk mengancingkan kemeja.'Tapi, Mas. Aku pasti bosen kalau nggak ngerjain apa-apa. Kan, sudah terbiasa banyak tugas dan pekerjaan," balas Kiran, masih mencoba merayu suaminya supaya diperbolehkan bekerja. "Pekerjaan rumah sama ngurus Rara pasti menyita waktumu. Mas, nggak mau menambah beban istri dengan masalah kerjaan di kantor. Mas, janji, akan mencukupi semua kebutuhanmu. Nggak usah sungkan. Mas, ikhlas melakukan semua demi membahagiakanmu." Sisir yang dipegang saat berbicara tadi, Amir letakkan. Menatap si istri dengan penuh cinta. La
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

86. Alarm untuk Pelakor

Happy Reading*****"Mir!" panggil Syaif. Sang pemilik perusahaan yang baru saja melangkahkan kaki, terpaksa berhenti. Mengerutkan kening, wajah kusut sahabatnya terlihat jelas. "Apa ada masalah?" tanyanya. "Tunggu!" cegah sang manajer HRD. Wajah Syaif sangat serius saat ini membuat Amir berpikir hal-hal negatif. "Ada apa, sih? Nggak usah nakut-nakutin gitu, mukanya." Amir menepuk pundak sahabatnya. "Sebaiknya kamu nggak usah masuk ruangan," suruh lelaki berhidung mancung itu dengan raut serius penuh kekhawatiran."Kenapa? Bisa-bisanya kamu nyuruh aku nggak masuk ruanganku sendiri." "Pliss, dengarkan aku kali ini," pinta Syaif. "Jangan sampai kamu menyesal dan menyalahkan aku.""Ribet, deh. Cepetan ngomong ada apa?" Amir mulai terlihat emosi. Kesabarannya yang terkadang setipis tisu dibelah dua, malah pancing oleh sng manajer HRD.Kekasih Fitri itu menggaruk kepala, tingkahnya juga agak aneh. "Cepetan ngomongnya," bentak Amir. Lelaki itu sudah akan melangkahkan kakinya ke ruanga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

87. Dikira Pembantu, padahal .....

Happy Reading*****Kiran memajukan bibirnya saat membaca balasan chat yang dikirim sang suami. "Enggak, mau. Lagian aku sedang sama Mama. Malu, Mas," jawab Kiran terhadap ajakan sang suami. "Kenapa mesti malu?""Pokoknya enggak mau. Lagian, baru beberapa menit nggak ketemu, masak udah kangen. Nanti, sore juga udah ketemu lagi," tulis Kiran."Karena kamu memang ngangenin, Sayang. Mas, nggak bisa jauh-jauh walau semenit saja. Pengennya berduaan terus.""Kalau gitu, ijinin aku kerja lagi supaya bisa bareng terus.""Nggak, Sayangnya Mas, nggak boleh kerja."Kiran tersenyum membaca balasan Amir hingga membuat sang mertua menoleh. "Hayo, kenapa senyum-senyum sendiri," tanya Laila."Nggak papa, Ma," jawab sng menantu. Berkutat dengan pekerjaan rumah sudah biasa dilakukan Kiran, tetapi jika harus sepanjang hari berada di rumah, mungkin akan bosan juga. Apalagi semua pekerjaan beres-beres sudah ada asisten rumah tangga. Dia dan sang mertua cuma duduk. "Ma, nggak ada yang bisa aku kerjain
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

88. Rahasia Naumira

Happy Reading*****Sampai di rumah, pikiran Kiran terus dihantui pertanyaan tentang siapa Naumira sebenarnya. Perempuan itu terus menatap kertas yang berisi data si kecil."Apa kertas itu lebih menarik dari suamimu yang ganteng ini, Sayang?" tanya Amir menggoda Kiran yang terlihat terpaku memandangi kertas di tangannya. Senyum si perempuan seolah sirna. Tatapannya terus saja mengarah pada selembar kertas. Sesekali menghela napas panjang bahkan suara Amir tadi tidak didengar. Lelaki itu terpaksa menyentuh pundak sang istri supaya menyadari kehadirannya. "Astagfirullah," ucap Kiran. Perempuan itu segera menyalami suaminya yang baru pulang. "Sudah lama datang, Mas?""Lama sih nggak. Cuma kertas itu menghilangkan sebagian fokusmu hingga salamku nggak terdengar." Satu kecupan mendarat pada kening Kiran. Lalu, lelaki itu tersenyum manis. "Kertas apa, sih?" Tangan Amir sudah akan mengambil kertas itu, tetapi ditepis oleh sang istri. "Hmm itu." Kiran tampak ragu ingin bertanya. Wajah lel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

89. Piknik Pancingan

Happy Reading*****Selesai dengan makan malamnya, Kiran langsung menghubungi Fitri. "Assalamualaikum," sapa Kiran ketika panggilannya terangkat. "Wassalamu'alaikum. Tumben Bu bos malam-malam gini nelpon. Ada hal penting apa nih?" sapa Fitri yang begitu riang di telinga sahabatnya. "Fit," rengek Kiran manja. "Naik gunung, yuk?""Eh, kok tumben?" Nada suara Fitri terdengar terkejut. Di sebelah sang istri yang sedang merayu sahabatnya, Amir mengendus -endus leher Kiran yang putih mulus. Sesekali, lelaki itu tersenyum dengan sifat manja Kiran pada sahabatnya."Enggak tahu, kok, tiba-tiba pengen naik gunung lagi. Kangen pemandangan kawah Ijen," alibi Kiran. "Ya, udah. Besok selesai salat subuh kita berangkat, tapi suamimu gimana?" Saat menyebut Amir, Fitri terlihat ragu."Enggak apa-apa, sih. Nanti, aku ijin sama beliau. Lagian, biarpun besok hari libur, beliau enggak libur. Katanya, ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan."Amir mencolek hidung sang istri gemas ketika Kiran san
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya

90. Lamaran Syaif

Happy Reading*****"Bukan aku yang ngomong. Semalam, Kiran sendiri, lho, yang ngasih tahu," protes Fitri karena sng kekasih menatapnya aneh. "Lagian, semalam dia juga ngomong kalau Pak Amir nggak bisa menemani. Tapi sekarang, kok?" kening Fitri makin berkerut. "Mami bohongin Tante Fitri, ya?" tanya si kecil seolah mengetahui arah pembicaraan para orang dewasa. "Mami enggak bohong, Sayang. Om Syaif tuh yang bohong," tunjuk Kiran pada lelaki sahabat suaminya."Kok, aku, Ran?" protes sang manajer HRD."Kalau bukan kamu, siapa lagi," tambah si bos. Dia memilih berdiri di samping sang istri. Lalu, mengusap keringat Kiran yang berada di wajahnya. "Capek, ya, Sayang?"Kiran cuma bisa menganggukkan kepala sebagai jawaban, sedangkan Fitri melongo melihat semua adegan di depannya.Kekasih Syaif itu menggaruk kepala, bingung. "Sebenarnya ada apa, sih. Kok, Pak Syaif juga ada di sini? Memangnya ada acara penting, ya, sampai kalian semua berkumpul di sini.""Elah, masih manggil Pak. Padahal ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
15
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status