Happy Reading **** Masih menahan rasa kesal pada Syaif, Amir tetap mengajak sahabatnya itu beristirahat sejenak di rest area. Demi kenyamanan Kiran, dia memesan kamar. Memanggil dokter untuk mengobatinya padahal luka sang istri tidak seberapa besar. "Mas, harusnya enggak perlu sampai manggil dokter.""Mas, nggak mau kamu kenapa-napa, Sayang," jawab Amir. Lelaki itu kemudian menengok Syaif yang masih mengerucutkan bibirnya. "Awas saja kalau sampai kaki istriku bengkak nantinya."Syaif mencebik. "Maaf, aku lupa kalau Kiran phobia sama suara keras, tapi ya, nggak usah memprovokasi Fitri seperti tadi.""Biar kapok. Salah sendiri. Sudah bagus dibantuin, eh, malah ngelunjak. Kalau kayak gini, kan, impas," sahut Amir."Ayolah, Mir. Kamu nggak kasihan sama sahabatmu ini? Masak iya tega ngasih perintah Fitri kayak gitu. Lagian luka Kiran kan nggak dalam, kok." Syaif merayu sahabatnya, tetapi mendapat pelototan dari si bos."Nggak bisa!" kata Amir keras. Kiran memegang tangan suaminya. Meng
Last Updated : 2025-02-16 Read more