Home / Romansa / Gadis Lugu Penakluk Bos Galak / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Gadis Lugu Penakluk Bos Galak: Chapter 91 - Chapter 100

105 Chapters

91. Meyakinkan Fitri

Happy Reading **** Masih menahan rasa kesal pada Syaif, Amir tetap mengajak sahabatnya itu beristirahat sejenak di rest area. Demi kenyamanan Kiran, dia memesan kamar. Memanggil dokter untuk mengobatinya padahal luka sang istri tidak seberapa besar. "Mas, harusnya enggak perlu sampai manggil dokter.""Mas, nggak mau kamu kenapa-napa, Sayang," jawab Amir. Lelaki itu kemudian menengok Syaif yang masih mengerucutkan bibirnya. "Awas saja kalau sampai kaki istriku bengkak nantinya."Syaif mencebik. "Maaf, aku lupa kalau Kiran phobia sama suara keras, tapi ya, nggak usah memprovokasi Fitri seperti tadi.""Biar kapok. Salah sendiri. Sudah bagus dibantuin, eh, malah ngelunjak. Kalau kayak gini, kan, impas," sahut Amir."Ayolah, Mir. Kamu nggak kasihan sama sahabatmu ini? Masak iya tega ngasih perintah Fitri kayak gitu. Lagian luka Kiran kan nggak dalam, kok." Syaif merayu sahabatnya, tetapi mendapat pelototan dari si bos."Nggak bisa!" kata Amir keras. Kiran memegang tangan suaminya. Meng
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

92. Check In atau Bulan Madu ke Bali?

Happy Reading*****"Suamiku ngerjain Pak Syaif, Fit. Dah, sana kejar. Jangan sampai kehilangan cintamu. Dia itu lelaki baik, pasti akan bertanggung jawab. Enggak usah ragu tentang masa depan adik-adikmu. Terimalah lamarannya," nasihat Kiran yang diangguki oleh Amir. "Benar kata istriku, Fit," tambah Amir. Fitri makin bingung. Tadi, dia sudah bahagia karena tidak harus menjawab lamaran Syaif. Setidaknya, perempuan itu masih punya waktu untuk berpikir. Namun, ketika sahabat dan bosnya malah mendukung, Fitri bimbang. "Syaif itu sangat bertanggung jawab. Dia anak bungsu. Kakaknya sudah punya keluarga yang suaminya sangat sukses. Apa yang mesti kamu khawatirkan? Jika sampai sekarang Syaif, masih betah jadi karyawan saya. Semua dilakukan karena rasa cintanya padamu. Bisa saja Syaif menggantikan usaha papanya dengan mudah, tapi nggak dilakukan. Dia ingin mendapatkan dirimu, Fit." Amir membuang napas, lega setelah bisa menceritakan semua tentang Syaif. Setidaknya, dia berharap Fitri mau
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

93. Liburan Sekeluarga

Happy Reading*****Kiran dan Amir terpaksa pulang malam itu juga. Mereka meninggalkan Syaif dan Fitri yang memilih meneruskan menginap di hotel sekitar lokasi kawah Ijen.Sejak kembali ke rumah, hasrat Amir begitu menggebu apalagi Kiran sudah memberikan lampu hijau terhadapnya. Namun, sayang semua itu tidak bisa terlaksana karena Naumira terus menempel pada maminya. "Sayang, besok kan kita sudah berangkat liburan. Rara, bobok di kamar sendiri, ya," pinta Amir ketika keinginan untuk memeluk dan mencium istrinya tak terbendung lagi."Nggak mau. Rara, mau nemenin. Mami. Kakinya Mami, kan, masih sakit," jawab Naumira. Langsung naik ke pembaringan dan tidur di sebelah Kiran."Kan, ada Papi jaga Mami, Sayang. Besok pagi kita sudah berangkat ke Bali, lho. Perjalanan naik mobil, nggak naik pesawat. Jadi, Rara harus bobok sekarang juga." Amir masih terus berusaha merayu putrinya. "Nggak mau. Rara mau sama Mami boboknya," rengek si kecil. Memeluk Kiran seolah Amir akan memisahkannya."Mas,"
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

94. Bulan Madu yang Tertunda

Happy Reading*****Sesampainya di kamar hotel, Amir langsung merebahkan tubuh. Di kamar ini, dia cuma berdua dengan istrinya. Naumira sengaja diajak sekamar dengan orang tuanya."Mas jangan tidur dulu. Mandi, nanti baru merem," kata Kiran menasihati. "Bentar aja, Sayang. Mau ngelemesin punggung sama kaki. Pegel banget rasanya. Perjalanan kita tadi, total hampir tujuh jam, lho." Amir meregangkan tubuh di atas ranjang. "Ya, sudah. Asal jangan kebablasan aja, ya. Aku udah siapin air hangat biar lebih cepet hilang capeknya." Baru akan melangkah ke kamar mandi. Kiran merasakan embusan hangat di lehernya. Ternyata, kepala Amir sudah berada di ceruk leher Kiran. Lelaki itu memeluknya sangat erat dari belakang. "Gimana kalau kita mandi bareng." Dia mulai mengendus dan mencium setiap lekukan tubuh istrinya."Njenengan aja yang mandi duluan. Aku masih mau beres-beres bawaan kita." Kiran menggerakkan tubuh, berusaha keluar dari pelukan suaminya. Amir segera melepas pelukannya, tetapi langsu
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

95. Mulai Ada Godaan

Happy Reading*****"Papi nggak ngapa-ngapain, Ra. Tadi, ada serangga yang menggigit leher mami pas mandi," bohong Amir pada akhirnya."Iya, bener, Ra. Serangga berambut hitam. Serangga itu lagi kelaparan dan kehausan, makanya sampai menimbulkan bekas luka yang cukup besar di leher Mami," tambah Laila. "Hah?!" kata Naumira. Gadis kecil itu menatap Kiran aneh. Wijananto menahan tawa ketika wajah menantunya memerah. "Sudah ... sudah. Nggak usah dibahas lagi," cegah Amir supaya keluarganya tidak lagi membahas masalahnya dengan Kiran. "Pi, kita keluar jalan-jalan, yuk?" kata Naumira pada akhirnya. "Jadi, Rara ke sini mau ngajak Papi sama Mami jalan-jalan?" tanya Amir sambil bergerak menuju kamar mandi untuk berganti pakaian. "Iya, dong," sahut si kecil lucu sambil mengerjapkan mata. Ketika suaminya keluar kamar mandi, Kiran masuk. Mengganti pakaiannya supaya bisa jalan-jalan bersama keluarga kecilnya. Kurang dari lima menit, Kiran sudah keluar dengan pakaian rapi dan riasan sederha
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

96. Mempertahankan Hak Milik

Happy Reading*****Dari kejauhan, Kiran menatap dua orang yang tengah berbincang itu. Mengepalkan tangan saat senyum si perempuan terbit. "Di mana urat malunya? Sudah tahu Mas Amir punya istri masih aja deketin.""Mas, kenapa lama sekali?" Kiran berkata dengan sangat manja. Tangannya langsung bergelayut ketika sang suami menghampirinya. "Bentar, Sayang. Si Mbaknya masih layani tamu yang lain." Amir menatap penuh cinta, sedangkan pada perempuan yang menyapanya tadi, dia bersikap cuek.Makin mengeratkan tubuhnya pada Kiran, Amir seolah menunjukkan sesuatu pada si perempuan yang tidak pernah diharapkan bertemu lagi. Tak peduli perempuan di sampingnya tengah mengajak berbincang dan berusaha keras mendekatinya. Amir menutup semua celah yang bisa menganggu rumah tangganya.Beberapa menit kemudian lelaki itu sudah mendapatkan apa yang diinginkan. "Ayo, Mas sudah mendapatkannya," ajak Amir pada Kiran. "Njenengan duluan, Mas," kata Kiran. Setelah beberapa langkah suaminya pergi, dia mendeka
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

97. Curhat pada si kecil

Happy Reading****"Mami kok diem aja, sih. Kalau gitu kita mainan boneka, yuk!" ajak Naumira. Kiran cuma bisa menganggukkan kepala, terlalu jengkel dengan sikap suaminya yang malah membiarkan Dahlia bergabung bersamanya. Sekarang, lelaki itu malah tidak berniat menemukannya sama sekali. Mengirim pesan atau telepon saja tidak. "Sayang, Mami ada di kamarmu, ya.""Ya, Pi. Mami lagi main sama Rara sekarang." Chat balasan sudah dikirimkan Naumira pada papinya. "Ya, sudah kalau Mami lagi di kamar Rara. Sebentar lagi, Papi nyusul ke sana," balas Amir. Saat ini, dia masih memberikan ceramah singkat pada Dahlia supaya tidak mengganggu hubungannya dengan Kiran lagi. Amir sengaja tidak melakukannya di depan Kiran demi menjaga trauma yang mungkin belum sepenuhnya hilang. "Kalau aku membolehkanmu bergabung tadi, bukan berarti aku masih mencintaimu. Ingat, Lia. Hubungan kita sudah lama berakhir. Sekali lagi, aku peringatkan. Jika kamu terus saja membahas masa lalu. Bukan nggak mungkin, aku ak
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

98. Pernyataan Cinta

Happy Reading*****Kiran menyipitkan mata sambil berpikir, kenapa bocah berumur 5 tahun sudah tahu kata cinta-cintaan. Terus dia harus jawab apa pada Naumira. Ternyata Kiran terperangkap oleh kata-katanya sendiri sekarang. Bingung, Kiran pun cuma bisa diam dan termenung."Mi, kok diem aja?" Naumira mengguncang pelan tubuh maminya. "Hmm. Gimana, ya, jawabnya. Rara pengen tahu atau pengen tahu banget?" Kiran merotasi bola matanya. Naumira berpura-pura pingsan sambil menepuk kening. Perempuan yang baru saja menikah dengan Amir itu terkikik. Menggelitik pinggang putrinya, gemas. Tawa mereka pecah dan membuat lelaki yang masih setia menunggu jawaban istrinya dari telepon meringis."Ayolah, jawab. Aku juga pengen tahu isi hatimu yang sebenarnya, Ran," gumam sang suami di seberang sana. Amir mulai gelisah. Akankah istrinya itu mempunyai jawaban lain. Selama ini, Kiran memang tidak pernah menyatakan perasaannya. Amirlah yang selalu mengungkapkan isi hatinya. Sangat mencintai wanita yang
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

99. Ketahuan

Happy Reading*****Ketukan pintu terdengar, Kiran dan Naumira saling pandang. Keduanya tampak berpikir, mungkin menduga-duga suara lelaki yang berkata tadi. Antara Wijananto dan Amir, memang suaranya mirip. "Mi," panggil Naumira. "Bukain, ya. Mungkin itu Nenek sama Kakek," pinta si bocah. "Yakin itu suara Kakek?" "Kayaknya iya."Tanpa rasa curiga sedikitpun, Kiran turun dari ranjang, berjalan untuk membukakan pintu. Perempuan itu membulatkan mata begitu melihat wajah lelaki di depannya."Lha, kok?" tanya Kiran kaget. Amir segera memeluk sang istri, langsung menciumi seluruh wajahnya penuh kebahagiaan. Tak peduli masih ada Naumira di dekatnya."Terima kasih, Sayang. Mas juga cinta banget sama kamu." Lagi-lagi Amir mencium seluruh wajah Kiran. Kiran kesal dan mendorong tubuh suaminya. "Mas, ini kenapa, sih?"Bukannya menjawab, Amir malah mengerlingkan mata pada Naumira."Papi," sapa si kecil. Langsung turun dan memeluk Amir. "Terima kasih, Sayang," ucap Amir. Mengangkat putrinya
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

100. Berusaha Menjebol Gawang

Happy Reading*****Kiran menatap wajah si kecil, inginnya dia marah. Namun, apalah daya, perempuan itu berpikir tentang psikis Naumira. Jika dia marah dan membentak, maka si kecil akan memiliki trauma. Kiran tidak akan membiarkan semua itu terjadi. Seperti yang dialaminya waktu masih kecil."Mami nggak akan marah kok, Sayang," jawab Amir, "ya, kan, Mi?" Menoleh pada istrinya yang terlihat melamun."Eh, iya. Mami enggak marah, kok, Sayang," jawab Kiran.Amir mengambil tangan Naumira dan menggendong, membawa si kecil ke ranjang. Menggelitik pinggang di kasur besar sampai bocah itu tertawa keras. Kiran juga mengikuti aksi suaminya menggoda Naumira. Keluarga kecil itu tertawa lepas, melupakan segenap permasalahan yang beberapa waktu lalu menghampiri. Suara bel menghentikan tawa mereka. "Bentar, biar Papi yang bukain." Amir turun dari ranjang dan membukakan pintu. Ketika itulah ucapan syukur terlontar keras dari bibirnya. Melihat kedatangan orang tuanya sudah seperti mendapat harta mel
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status